Mohon tunggu...
Ranty Miracle
Ranty Miracle Mohon Tunggu... lainnya -

Just a simple person

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Percaya Kekuatan Doa

26 Juni 2012   07:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 1907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_184693" align="alignright" width="300" caption="Pipit, Mb Iis, Ranty, Tyo dan Dwy .dok pribadi"][/caption]

Bahrain, 23 April 2012

Sepulang kerja kami berlima berkumpul di salah satu cafeteria, tempat dimana kami kadang meluangkan waktu bersama teman sambil minum jus dan makan swarma, untuk menghilangkan penat pada rutinitas kerja harian dan kejenuhan didalam ruangan. Ritual ini biasanya tejadi secara spontan, tanpa ada rencana sebelumnya. Tapi tidak dengan saat ini, kami bahkan telah mengatur kesepakatan kapan dan dimana, waktu dan tempat pertemuan sejak siang tadi. Kesempatan ini diambil karena merupakan hari terakhir bagi salah satu sahabat kami yang hanya singgah di Bahrain selama 10 hari. Waktu bergulir begitu adanya, bercerita panjang lebar, bersendau gurau, ejekan-ejekan ringan yang membuat kami tertawa lepas, seolah menambah keakraban suasana. Setelah selama setahun kami hanya hidup didunia maya, dan di kesempatan inilah kami bisa saling bertatap muka, bersahabat secara nyata. Sore kini berganti malam. Tak ingin rasanya kebersamaan yang indah ini berakhir dengan cepat, namun waktu telah didapan mata. Hanya beberapa menit saja tersisa.

Tibalah acara inti pada malam hari ini. Sebelum detik perpisahan menghampiri, kami satu per satu mencoba untuk mengungkapkan atau menitipkan kata, kesan dan pesan selama 10 hari kami bersahabat didunia nyata setelah sebelumnya kami tidak pernah menyangka. Memang tidak ada yang tidak mungkin jika itu sudah menjadi kehendak Yang Kuasa. Selain itu, kesempatan ini terwujud juga karena kerja keras, doa, niat dan kemauan yang tinggi dari salah satu sahabat diantara kami yang berprinsip bahwa belajar itu tidak mengenal usia, waktu bahkan status.

Disela-sela obrolan kami dia selalu menyisipkan pesan, yang membuat obrolan kami terasa bermakna.  Kebetulan dia yang dituakan diantara kami. Selain karena memang usianya yang paling tua, juga karena banyaknya ilmu dan pengalaman yang telah berhasil dikantongi. Dan aku adalah yang paling muda diantara mereka. hehehe sekalian promosi….(promosi kayak dagangan saja).

“Ranty, kalimat yang diucapkan ketika kamu lulus S1 itu akan memiliki nilai yang berbeda saat diucapkan ketika kamu lulus S3, meskipun kalimatnya sama.”

Diam-diam kata-kata itu membangunkan tidurku, yang begitu pulas, menganggap bahwa mengantongi D3 itu adalah suatu batas akhir yang memuaskan.

“Ranty, menjadi seorang istri dan ibu dari anak-anaknya adalah merupakan kodrat sebagai seorang wanita yang tidak bisa ditawar. Tapi jangan dijadikan kodrat itu sebagai alasan untuk berhenti bermimpi dan berkarya. Kadang memang kodrat itu menunda mimpi, tapi tidak membunuh. Jadi jangan pernah berhenti untuk mewujudkan mimpi tanpa harus melawan kodrat Illahi.”

Sungguh, perlahan darah ini mendidih, menghancurkan sedikit ketakutanku akan masa depan yang terkurung dalam persepsi sempit. Diusiaku yang menjelang 26, aku merasa termasuk dalam golongan dewasa. Setidaknya sempat terlintas dibenak tentang rencana masa depan, kodrat dan mimpi. Kurangnya pengalaman dan pendidikan yang mungkin membuatku berpikir sempit dan kadang dihantui oleh rasa takut tak mampu mengimbangi antara kodrat dan mimpi. Dari sinilah aku sadar bahwa belajar itu tidak mengenal usia, status dan waktu. Belajar, belajar dan terus belajar  kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun hingga waktu tiada lagi.

[caption id="attachment_184697" align="alignright" width="300" caption="Mb Khairunnisa musari, masjid Al Fateh Bahrain .dok pribadi"]

13406941251507113239
13406941251507113239
[/caption]

Sahabatku yang satu ini adalah istri dari seorang dokter dan dosen. Dia sendiri juga seorang dosen dibeberapa universitas sekaligus mahasiswa S3 tahap akhir yang dengan kunjungannya ke Bahrain merupakan salah satu bagian dari riset untuk tesisnya. Semoga dalam waktu dekat ini Allah memudahkan dan melancarkan segala urusan dalam merampungkan studinya. Selain sebagai aktivis disalah satu partai politik, journalist dibeberapa media cetak, dia juga disibukkan oleh beberapa wirausahanya. Namun hebatnya, padatnya kegiatan itu tidak sedikitpun mengurangi tugas utamanya sebagai seorang ibu dari ketiga malaikat kecilnya yang insyAllah menjadi pembawa tiket ke Syurga bagi kedua orang tuanya kelak. Itu yang mengajari aku bahwa, kodrat bukanlah penghalang bagi kaum wanita dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.

[caption id="attachment_184700" align="aligncenter" width="300" caption="3 malaikat kecil Mb Iis"]

1340694308350033194
1340694308350033194
[/caption]

“Ranty, Seorang Ibu adalah madrasah utama bagi putra-putrinya. Mendidik seorang anak itu seperti memahat batu, sangat susah untuk dibuat, tapi jika sudah terbentuk itu akan membekas selamanya.”

“Untuk menjadi seperti Mbak Iis juga tidak secara tiba-tiba, butuh waktu, proses, pengorbanan dan dukungan suami, anak-anak, orang tua dan doa juga jangan sampai putus. Sebab IQ (Intellegence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) saja tidak menjamin kesuksesan, tapi juga harus di imbangi dengan SQ (Spiritual Quotient).”

SubhanAllah, Segala Puji bagi Allah….bibir ini tak mampu lagi bergeming kecuali tahmid (Alhamdulillah). Sebab Allah telah menjawab doaku, memberikanku ilmu pengetahuan dan men-silaturahmikan kami dalam ikatan persahabatan.

Ya sahabat, sebab kami sama-sama mahasiswa. Aku mahasiswa dari dosen yang masih berstatus mahasiswa S3, meski sebentar lagi akan menyandang Phd. Hehehehe ngelesss, padahal selain karena mungkin tidak mampu kalau harus kuliah sampai S3, memang karena males untuk sekolah lagi. Yah walaupun tidak formal setidaknya ikut belajar cari ilmu dari orang yang pernah kuliah sampai S3. Meski pada dasarnya kita harus belajar itu dari siapa saja.

Sebagai kakak, sebab dia selalu protes kalau dipanggil Bunda, takut dikira sudah tua karena yang manggil bunda umurnya hampir 26 berarti usia bunda…? Hahahaha

Dan pada detik-detik perpisahan itulah mutiara ini muncul sebagai pesan terakhinya.

“Percaya pada Kekuatan Doa, mengaji dan jangan lupa 5 waktunya.”

Yah, percaya pada kekuatan doa memang yang telah menemaniku kemanapun aku melangkah.

Percaya pada kekuatan doa saat aku harus melawan Ibu dari melarangku mengaji dan bersekolah.

Percaya pada kekuatan doa saat aku memohon kepada Allah agar Ibuku terbuka hatinya untuk menerima dan mengamalkan agama Allah.

Percaya pada kekuatan doa yang aku mohonkan melalui Ibuku agar Allah memudahkan rezekiku sewaktu  aku akan mulai kuliah dengan tanpa bantuan mereka.

Percaya pada kekuatan doa agar Allah melindungiku dari maksiat, alcohol dan narkoba saat aku harus mengambil rezeki dari Allah di dunia malam dengan lebih memilih menjadi House Keeping, posisi paling rendah padahal tawaran lain lebih menjanjikan menurut syurga dunia, hanya untuk dapat membiayai kuliah.

Percaya pada kekuatan doa hingga akhirnya aku masih di beri kesempatan sampai sekarang untuk belajar mensyukuri segala nikmat, karunia dan cobaan.

Dan percaya pada kekuatan doa bahwa apapun yang telah terjadi adalah untuk kebaikan kita menurut perhitungan-Nya.

Kawans, maaf jika menganggap dia adalah salah satu orang yang aku kagumi dan patut dipelajari ilmunya terutama untuk diriku sendiri. Kerendahan dan kelembutan hatinya membuatku bercermin. Kerja keras dalam menejemen waktu,tenaga, fikiran dan kemampuan menye-imbang-kan antara IQ, EQ dan SQ membuatku sadar bahwa itulah kunci kesuksesannya. Dan bersahajanya lagi bahwa gelar, pendidikannya yang tinggi dan dengan kesuksesannya yang diraih itu tidak membuatnya menutup sebelah mata. Dan dia masih mau berteman dengan orang seperti aku, membagi ilmunya tidak hanya kepadaku. SubhanAllah….. Allah Maha Besar dan Segala Puji bagi Allah…..

Tapi siapapun dia, tetaplah manusia biasa yang pernah diberikan rasa sakit, pahit, getir, resah dan bahagia. Sebab itu adalah cara Tuhan menguji seberapa besar keimanan terhadap-Nya, cara Tuhan menghapuskan dosanya, dan cara Tuhan mengangkat derajat disisi-Nya.

Kawans, mohon keikhlasannya untuk meng-amin-kan doa ini.

Ya Allah, berilah dia kemudahan dalam menyelesaikan studinya dan jadikanlah ilmunya bermanfaat di dunia dan akhirat. Tetapkanlah keimanannya. Kuatkan dan berilah kesabaran dalam menghadapi sagala cobaannya. Hapuskanlah dosa-dosanya, terimalah amal dan ibadahnya. Balaslah kebaikanya dengan kebaikan dari sisi-Mu yang berlipat-lipat. Jadikanlah dia orang yang dibanggakan oleh orang tua, suami, anak-anak dan orang sekitarnya. Hilangkanlah rasa sakit dan resah yang menderanya. Dan lancarkanlah rezekinya.

Amin.

Semoga siapa saja yang dengan ikhlas meng-amin-kan doa ini diangkat derajatnya dan dimuliakan oleh Tuhan Semesta Alam. InsyAllah, Amin Ya Rabb

13406950191392042924
13406950191392042924

Mari kita percaya pada kekuatan doa.

*Mbak Iis,  semoga dengan kepercayaan kita terhadap kekuatan doa, Allah akan memudahkan segala urusan mb iis.amin

-Miracle-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun