Oleh: Ranto Sibarani
Jika anda adalah seorang demonstran yang anti TPL (Toba Pulp Lestari, sebelumnya Inti Indorayon Utama/IIU) atau demonstran yang sedang memperjuangkan agar tanah anda dikembalikan karena selama ini dikuasai TPL, atau anda sedang memperjuangkan agar hutan Haminjon (kemenyan) anda tidak dibabat oleh TPL, maka anda harus waspada kaki anda dirobek oleh sejenis ranjau yang sudah memakan korban saat mendemo TPL.
Adalah seorang demonstran bernama Demi Situmorang (56 tahun) penduduk Desa Lumban Sitorus Kecamatan Parmaksian yang kakinya berdarah-darah dan harus dirawat di rumah sakit Porsea dengan belasan jahitan karena kakinya di robek oleh ranjau ketika melakukan aksi demonstrasi di pintu masuk pabrik TPL Sosor Ladang pada tanggal 16 Maret 2015 yang lalu untuk menuntut TPL mengembalikan tanah adat mereka yang berada di kawasan Zior Sisada-sada dan Silosung yang terletak di Silosung Sosor Ladang Desa Tangga Batu I, Kecamatan Parmaksian seluas 46 Ha. Konon tanah adat ini telah dikuasai secara sepihak oleh PT. TPL sejak tahun 1984. Masyarakat menuduh TPL melakukan segala hal termasuk melakukan manipulasi adat, intimidasi sehingga masyarakat terpaksa menyaksikan tanah tersebut dikuasai oleh TPL. Bahkan TPL dituduh masyarakat mengancam akan memecat karyawan yang berasal dari Lumban Sitorus jika ada perlawanan terus dilakukan.
[caption id="attachment_406999" align="aligncenter" width="560" caption="Aksi massa menuntut TPL 16 Maret 2015"][/caption]
Sebagaimana kita ketahui, TPL adalah perusahaan penghasil pulp yang berada di Kabupaten Tobasa, menggunakan bahan baku kayu yang berada di hutan kawasan Danau Toba. Tidak tanggung-tanggung, pada tahun 1984, TPL memiliki HPH (Hak Pengusahaan Hutan) seluas 150.000 Ha, mencakup hutan pinus merkusi di Sumatera Utara. Kemudian pada 1 Juni 1992, diperluas menjadi 269.060 Ha, dengan SK Menhut (Ir. Hasjrul Harahap), meliputi Tapanuli Utara termasuk Toba Samosir, Tapanuli Selatan, Dairi, Simalungun, dan Tapanuli Tengah. Terakhir, pada tahun 2011, luasan konsesi TPL menjadi 188.055 Ha, sesuai dengan SK Menhut No. 58/MENHUT-II/2011.
Kembali ke ranjau, luka robek yang diderita oleh demonstran ini bermula sat terjadinya dorong mendorong pagar gerbang yang menutup perusahaan antara demonstran dengan satpam TPL. Ketika terjadi dorong mendorong tersebut, entah bagaimana, seseorang dari satpam TPL mendorong sejenis besi tajam yang terbuat dari pipa baja dengan diameter sekitar 15 cm dan ketebalan 1 cm yang dipotong dengan kemiringan 45 derajat, diduga pipa baja tersebut dipotong dengan las listrik, sehingga sudut-sudutnya menjadi tajam tidak beraturan. Potongan pipa ini didorong melalui bagian bawah pagar besi, demonstran yang merangsek masuk tidak memperhatikan bagian bawah pagar, sehingga ranjau-ranjau tersebut melukai kakinya.
[caption id="attachment_406998" align="alignnone" width="640" caption="Ranjau ini merobek kaki demonstran TPL"]
[caption id="attachment_407000" align="alignnone" width="640" caption="Ranjau dibawah pagar besi"]
Untuk itu, bagi demonstran yang akan melakukan aksi massa terhadap TPL , dihimbau untuk lebih hati-hati dan menggunakan sepatu yang keras, sehingga tidak akan robek kakinya  ketika harus dihadapkan dengan ranjau-ranjau tadi. Sebagaimana kita ketahui, TPL sebagai perusahaan yang sering disebut-sebut merusak lingkungan dan menebangi pohon haminjon rakyat akan terus berupaya meredam perlawanan masyarakat. TPL saat ini mulai disebut-sebut menteri lingkungan hidup dan kehutanan Siti Nurbaya sebagai salah satu perusahaan yang sering berkonflik dengan rakyat, hal ini akan ditindaklanjuti oleh sang Menteri. Informasi ini pastilah akan memicu perlawanan rakyat yang selama ini kurang mendapat dukungan dari pemerintah dalam memperjuangkan tanah adatnya dari TPL, dengan kata lain, rakyat akan mulai berani untuk melakukan aksi massa menuntut TPL ditutup, menghentikan penebangan pohon, pencemaran udara dan air, penebangan hutan haminjon rakyat dan mengembalikan tanah adat yang selama ini dikuasai secara sepihak oleh TPL.
Oleh: Ranto Sibarani, S.H.
Humas Jalin d Toba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H