Duhai perempuan, ini kali ketiga aku menyuratimu. Semoga kenan masih menyemayamimu. Semoga takbosan engkau menyimak kesah hatiku. Aku ingin menyibak kisah yang selama ini barangkali tersembunyi daripadamu. Aku ingin membuka topeng yang mungkin tidak kusadari telah kukenakan pada wajahku.
Wahai perempuan yang baik, jika engkau memilihku lantaran aku senantiasa romantis dalam berkata-kata, itu adalah hal yang lumrah. Namun patut engkau cermati, suatu ketika engkau pasti menjumpai diriku berkata yang tidak mengenakan, atau mungkin menyakitkan.
Jika engkau memilihku karena padaku engkau melihat kekuatan, itu hal yang semestinya menjadi pandanganmu. Namun patut engkau siaga, suatu hari nanti engkau akan menjumpai diriku dalam keadaan paling rapuh.
Jika engkau memilihku tersebab aku terlihat ‘alim, itu wajib menjadi harapanmu. Tetapi takusah engkau terkejut, kala suatu waktu nanti engkau mendapati diriku sedang dalam keadaan futur.
Jika engkau memilihku karena aku ramah dan murah senyum, mungkin itu hal wajar yang menimpamu. Tetapi wajib bagimu menyiapkan diri, karena suatu ketika engkau akan mendapatiku menjadi pemarah dan paling menyebalkan.
Jika engkau memilihku karena aku senantiasa rapi dan klimis, mungkin itu mesti bagimu. Tetapi perlu engkau siapkan diri, karena suatu hari nanti engkau akan mendapati diriku dalam keadaan berantakan.
Jika engkau memilihku lantaran ada kelebihan padaku, itu lumrah. Namun engkau mesti siap, dengan kekuranganku yang akan engkau dapati di sepanjang perjalanan kebersamaan kita.
Perempuan yang baik, itulah nyata diriku. Ada banyak fatamorgana dalam diriku yang selama ini menyihir pandanganmu. Percayalah, jika selama ini harapanmu terlalu melambung, siap-siaplah engkau untuk limbung. Karena seharusnya engkau paham, diriku sama denganmu; sempurna dengan kekurangan.
Maka kupilih dirimu, karena aku percaya engkau bisa menciptakan suasana yang senantiasa romantis. Kupilih dirimu, karena aku percaya, engkau mampu memulas kekasaranku menjadi pelajaran hebat buatku.
Maka kupilih dirimu, karena aku yakin engkau tidak akan memperolok kerapuhanku. Engkau akan senantiasa menguatkanku.
Maka kupilih dirimu, karena aku tahu engkau akan senantiasa mengingatkanku. Dan membetotku dari kubangan futur yang berkepanjangan.