Mohon tunggu...
Minhaqillah
Minhaqillah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang mulai menulis untuk berbagi pengalaman dan pemahaman yang saya miliki dalam dunia pendidikan. Dengan semangat untuk memberikan kontribusi positif dalam profesi ini, saya berbagi cerita, pengetahuan, dan pandangan saya tentang bagaimana pendidikan dapat memberdayakan peserta didik untuk meraih potensi mereka sepenuhnya. Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat memberi inspirasi dan wawasan bagi rekan-rekan pendidik dan juga orang-orang yang peduli terhadap dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggali Makna: Refleksi Filosofis tentang Esensi Pendidikan

16 Juni 2024   07:46 Diperbarui: 16 Juni 2024   09:32 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar by iStock : Riza Azhari

Sejak kecil, kita diajarkan bahwa pendidikan adalah kunci sukses, jalan menuju masa depan yang cerah. Namun, apa sebenarnya esensi dari pendidikan? Apakah sekadar proses transfer pengetahuan dari guru ke murid? Atau lebih dari itu ?

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pemikiran Ki Hajar Dewantara, salah seorang tokoh filosofi pendidikan Indonesia, dan menghubungkannya dengan praktik pendidikan saat ini.

Pada zaman pra-kemerdekaan, pendidikan bertujuan untuk mencetak pegawai pemerintah dan tenaga kerja terampil yang dapat mengabdi kepada pemerintah kolonial. Sekolah-sekolah yang didirikan pada masa itu umumnya hanya tersedia bagi kalangan terbatas, terutama dari kalangan priyayi (bangsawan Jawa) dan kaum ningrat (bangsawan lainnya). Hingga akhirnya gerakan Taman Siswa  yang didirikan Ki Hajar Dewantara menjadi tonggak penting dalam sejarah pendidikan Indonesia karena berhasil menciptakan pendekatan pendidikan yang lebih humanis dan inklusif.

Ki Hajar Dewantara, atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, terkenal tidak hanya sebagai pendiri pendidikan Taman Siswa, tetapi juga sebagai tokoh yang membawa pandangan baru tentang esensi pendidikan di Indonesia. Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan bukan hanya tentang mentransfer pengetahuan dari guru ke murid. Lebih dari itu, pendidikan dianggap sebagai alat untuk membebaskan potensi manusia, mengembangkan karakter yang tangguh, serta membentuk individu yang bertanggung jawab dan beretika dalam masyarakat.

Ada kutipan menarik menarik dari Ki Hajar Dewantara. "Jasmani perlu dibesarkan, budi perlu diperindah, dan jiwa perlu dibahagiakan" Secara menarik, filosofi ini tidak hanya mengajarkan pentingnya pengembangan fisik (jasmani) melalui pendidikan jasmani dan kesehatan, tetapi juga menyoroti keharusan untuk memperindah budi pekerti (mental dan moral) melalui pendidikan karakter. Dalam konteks ini, "budi" tidak hanya merujuk pada pengetahuan intelektual, tetapi juga pada kemampuan untuk berpikir kritis, berempati, dan berperilaku baik. Selain itu, "jiwa perlu dibahagiakan" menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh hanya fokus pada aspek intelektual dan fisik semata, tetapi juga harus mencakup aspek spiritual dan emosional siswa. Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan yang baik harus mampu membawa kebahagiaan dan kepuasan batin kepada siswa, membantu mereka menemukan makna dalam hidup mereka, dan mengembangkan keseimbangan yang harmonis antara tubuh, pikiran, dan jiwa. 

Dalam konteks praktik pendidikan modern, gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan masih relevan. Pendidikan saat ini tidak hanya dituntut untuk menghasilkan lulusan yang cerdas secara akademis, tetapi juga yang memiliki integritas moral, kemampuan beradaptasi dengan perubahan global, serta kepekaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan.

Dengan memahami dan mengaitkan kembali pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, kita diingatkan bahwa esensi sejati dari pendidikan adalah untuk memberdayakan individu secara menyeluruh, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan masa depan, dan menginspirasi mereka untuk berkontribusi bagi kebaikan bersama. Pendidikan bukan hanya tentang apa yang dipelajari di sekolah, tetapi juga bagaimana pengetahuan dan nilai-nilai itu diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari, membentuk manusia yang lebih baik dan masyarakat yang lebih baik pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun