Mohon tunggu...
Rantika Nur Assiva
Rantika Nur Assiva Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hobi menulis dan membaca. Topik konten favorit yaitu pendidikan, literasi, psikologi, dan politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Mengatasi Chronically Online

15 Mei 2024   06:59 Diperbarui: 15 Mei 2024   07:03 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dilansir dari vice.com, istilah ini merupakan turunan dari frasa "extremly online" yang sempat tenar di tahun 2010-an. Saat itu istilah ini ditemukan di aplikasi X (dulunya Twitter). Pada pertengahan tahun 2010-an, muncul istilah baru yaitu "terminally online". Arti dari kedua istilah ini pada dasarnya sama, yaitu untuk menggambarkan orang yang selalu berada di dunia maya (baik media sosial maupun game).

Kini, istilah baru kembali muncul. Chronically online banyak digunakan oleh Gen Z untuk menyebut orang-orang yang terlalu banyak berada di media sosial atau internet. Istilah ini sebenarnya bisa diartikan juga sebagai sindiran dari terlalu banyak berinteraksi di dunia maya dan melupakan dunia nyata membuat manusia akan mulai sedikit melenceng dari kebiasaannya. Seperti pelupa dan konsentrasi yang tumpul.

Manusia pada umumnya bersifat dinamis dan akan terus berubah seiring dengan pengetahuan yang terus berkembang. Namun, terlalu sering online secara kronis akan menyebabkan perubahan sikap dan kepribadian yang cenderung memburuk.

Dilansir dari dataindonesia.id, laporan We Are Social menunjukkan, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi di dalam negeri.

Pada dasarnya, media sosial adalah ruang bebas bagi semua orang untuk berbagi pendapat. Namun, bukan berarti kita bisa membebaskan semuanya. Ingatlah bahwa hak kita dibatasi oleh hak orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bersikap bijak di media sosial.

Saat ini, kita sering melihat orang-orang membangun citra baru secara online. Mereka menjauh dari teman-teman di dunia nyata dan ingin dikenal sebagai orang yang baru. Yang terjadi selanjutnya adalah Anda akan merasa lebih nyaman hidup di dunia maya. Akibatnya, Anda akan merasa bahwa media sosial dan kehidupan di dalamnya adalah realitas yang Anda jalani.

Terlalu sering membuka media sosial akan membuat Anda kecanduan. Jika dibiarkan, hal ini lama-kelamaan akan berujung pada menurunnya produktivitas karena fokus yang terpecah.

Ketika Anda tidak lagi produktif, masalah kepercayaan diri akan muncul. Orang-orang di sekitar Anda mulai merasa bangga dengan pencapaian mereka. Banyak postingan momen-momen bahagia yang berlalu lalang di beranda media sosial Anda.

Di sisi lain, Anda masih terjebak dalam lingkup yang sama dan tidak ada kemajuan. Hingga akhirnya, Anda diselimuti rasa cemas akan ketertinggalan. Hal-hal inilah yang mempengaruhi kesehatan mental. Oleh karena itu, membatasi diri dalam bermain media sosial adalah jalan keluar terbaik.

Selain itu, Islam menawarkan berbagai solusi untuk mengatasi masalah "chronically online" melalui prinsip-prinsip ajaran agama yang menekankan keseimbangan, tanggung jawab, dan etika dalam penggunaan waktu. Berikut adalah beberapa solusi yang ditawarkan dalam Islam:

1. Penggunaan Waktu yang Efisien (Al-'Asr) :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun