Melansir laman DPM-PTSP Kabupaten Batu Bara, Istana Niat Lima Laras merupakan salah satu bentuk peninggalan sejarah kerajaan Melayu pesisir yang berlokasi di kawasan perkampungan nelayan, bermula dari nazar Datuk Matyoeda Sri Diraja atau Datuk Muhammad Yoeda. Larangan Berdagang tanpa alasan yang jelas oleh pemerintah Hindia Belanda disinyalir akibat dari imbas monopoli perdagangan hasil bumi. Bila ada yang melanggar kebijakan tersebut maka armada beserta isinya akan ditarik paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Datuk Matyoeda sering berdagang hasil bumi seperti kopra, Damar, dan Rotan ke Malaka, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Sehingga Datuk Muhammad Yoeda berniat untuk membangun istana apabila berhasil berdagang dengan selamat.
Setelah berhasil dengan dagangannya dan berlabuh dengan selamat di pelabuhan Tanjung Tiram, Datuk Matyoeda merasakan limpahan rezeki dari hasil perdagangannya. Kemakmuran yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya membuncah di hatinya. Ingatannya kembali pada janji yang pernah ia ucapkan. Dengan penuh semangat, ia memulai pembangunan sebuah istana megah di tahun 1907. Istana itu bukan sekadar bangunan megah, melainkan simbol dari kejayaan Kerajaan Lima Laras dan bukti nyata atas kuasa Tuhan yang telah melimpahkan berkah kepadanya, pembangunan istana selesai di tahun 1912.
Tertanggal 31 Juli 2024, dalam rangka pelaksanaan kuliah kerja nyata oleh Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 30 mahasiswa/mahasiswi yang tegabung kedalam kelompok KKN 99, lokasi pengabdian Desa Lima Laras, melakukan kunjungan ke Istana Niat Lima Laras, yang berlokasi tepat di Jalan Istana desa, Lima Laras, Kec. Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.
Dalam kegiatan kunjungan ini, para mahasiswa mempelajari secara langsung terkait sejarah  kerajaan Melayu pesisir khususnya kerajaan di Istana Niat Lima Laras, mengenai keturunan-keturunan kerajaan, sejarah dibangunnya kerajaan, masa kejayaan sampai masa berakhirnya penguasaan kerajaan Melayu Pesisir Lima Laras. Lebih daripada itu juga, mahasiswa menyaksikan secara langsung tata letak Istana yang memiliki 6 anjungan yang masing-masing menghadap ke arah empat mata angin, memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela dan sebuah sumur yang sampai sekarang masih menghasilkan air dengan kualitas yang sangat baik.
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud dapat mengenal dan mempelajari sejarah kebudayaan dari daerah tempat dilakukannya kegiatan KKN, menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri, serta mendapatkan inspirasi untuk program kerja guna pengembangan desa yang nantinya akan dilakukan.
