Ngikuti pedati yang penuh sesak dan bau parfum bikin rusak suasana hatiku, dandanankupun tidak luput sudah luntur kena keringat, ini aku ngga suka mending tadi naik ojek sendiri, tapi sama teman lain mana berani aku bilang.Padahal mereka semua sainganku.
Sampai balai desa suasana hiruk pikuk sudah terasa,semua yel - yel terdengar dari atas panggung hiburan.Bergegas kami rombongan calon ibu Kades mencari muka calon yang diusung sebagai KADES.
Kembang,Zwang,Jingga, Asih, Miss Rochma,Dewi,Rena,Devi,Ghara dan Yuli, aku sendiri senggol sana - sini ngga mau kalah maju ke depan panggung. Untung membawa payung memberian mas Hans berasa teduh dibawah terik matahari yang menyengat. Yang lain mulai mengeluarkan kaos pemberian mas Hans bikin hatiku ciut...
Jingga berada di sampingku bisik - bisik " aku ,Ran..." Pengen sama mas Hans tapi sejak kejadian lampu mati itu langkahku terasa terpasung,terikat mati karena oleh mas Reporter sudah di wanti " boleh ikut kampanye mas Hans tapi  hati tetap padaku " Jiwa ku tidak sebebas kalian.
"Siapa yang memilih aku nanti jangan lupa inga..inga..inga no.1 lupakan nomor lainnya," Sayup - sayup terdengar suara mas Hans menggema di hatiku, sebodoh dengan mereka sainganku pokoknya aku harus jadi bu KADES , kapan lagi kalau tidak mulai dari sekarang,Oma Eni pasti senang .
Dengan semangat kuteriakkan yel - yel penyemangat mas Hans, ngga sadar di tepuk mereka pundakku dan teriak..."Woii...hello.. Sudah habis tuch di panggung.." Rupanya keasikkan ngelamun di atas panggung pertunjukkan sudah bubar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H