Mohon tunggu...
Ranti Tirta
Ranti Tirta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Perempuan biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senandung Rindu

24 Oktober 2013   09:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:07 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hembusan angin itu merusak susunan poni yang sudah ditata rapi menjadi hancur berantakan.

Aku mempercepat langkah, takut kuliah pertamasudah dimulai.

Perjalanan waktu mana bisa kita duga

“ Tidak ! Ini semua bukan cerita animasiyangjadi tontonan segar.”

“ Kitaketemu ditempat biasa aja, sapaanmu diselapembatas gerbang.”

“ Oh Tuhan !”

Semua tersusun lagidalam ingatan saat kebersamaan, tidak ada waktu luang tanpa kehadirannya menenamiku.

Indah sangat indah, seakan alam memberi tangan merangkai kata dalam diam keheningannya.

Aromatanah basah yang kusuka masih diingatnya dengan jelas dan lantunan musiklembut menggeliat rasa membuncah dalam dada ini.

Senandung rindu menyayat dalam jiwa ini

Tidak ada yang bisa menghentikannya

Aku merasa nelangsa tanpa bisa berkata

Diamdan diam membungkus bibir ini

Sekat itu sudah saatnya terbuka, muara cinta membawanya datang dengankilauan cahaya abadi

Sungguh memabukan, aku ngga bisa ngelak lagi

Tubuhku tergoncangmerasakan untaian kata dari bibirnya

Seakan lumpuh semua sendi melayang ke nirwana

Perlahan dengan pasti uluran tanganmu membuka cakrawala baru

Kemari lah, lihat cahaya rembulan menerangi wajah kita

Kicauan pagi akan menuntunmu menyambut mentari

Rasakan panasnya membakar rasa rindu ini dalam balutan sabda alam

Begitulah,sederet kata yang pernah kami ikrarkan membuatku tidak bisa lari darinya.

Sekarangpayung cinta itu terbuka ingin membuat pasangan yang pernah terpisah menjadi satu dalam ikatan yang agung

Cinta tidak pernah salah, yang ada pembenaran dalam jiwa yang kosong penuh keegoisan membuat cinta itu terpecah

Hakekatnyamenyatukan dan kasih sayang Tuhanperantara Agungbagi jiwamerasakan dalam hati damai sekali.

Dalam dekapanmu, kurasakan detup jantung mengiringi kebersamaan ini

Sapaan pagi dengan segelas kopi menebarkan aroma canda diantara bisikan cinta menggelitik kuping ini

Senyum menghantarkan katupan bibir merapat dalam diam

Biarkanlahmusik mengalun sendiri membawa jiwa pasangan ini ke langit.

NB : utang lunas ..:D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun