Mohon tunggu...
Ranti Tirta
Ranti Tirta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Perempuan biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Hati

12 Oktober 2013   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:39 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak seperti sebelumnya,semua berjalan lambat tanpa ada waktu yang bisa merubahberkutet ditempat itu aja.

Seekor kupu – kupucantik masuk dalam ruang kerja dengan warna cerah.

“ Biasa aja kalee,” Tiap hari juga sering ketemu,senandung kata hati!”

Jangan kau pergi lagi yaa

Aku tidak mau ditinggal dalam samudra tanpa batas ini

Ingin ku bagi sari maduku bersamamu kasih

Membangun mahligai

Membangun mimpi kita yang tertunda

Bernyanyi bersama tanpa tau itunada dasarnya

Keharmonisan yang sangat membuatku terbuai tanpa kata

Sepintas kulirik sms masuk ,tersenyum sendiri.

Ngga ada yang aneh biasa aja karena itu sudahmenu harian antara aku dan doimenjaga komunikasi agar tetap terjalin.

Pucuk rindu dalam hati ini mekar kembali

Memahat kata cinta tanpa jeda

Kokohkanke anggunan dalam simphonyjiwa

Balasankuterkirim

“Sruput,kuhabiskansisa cappucino yang terlantardgnrainbow cakesesaat pulang kerja mampir duludipertigaan tadi.”

Kuarahkan pandanganmata melihat jalan,semuamengejar ingin sampai kearah tujuan dengan selamat tanpa ada kendala.

Begitu juga dalam pencariansosokyang bisa membuatku tenang.Nyatanyaorang yang dekatcuma inginmenjeratku dalam keegoisan mereka aja.

Sudah berapa lagu habis kudengarkan mengisi malam ini, hingga alarmdari alam membuyarkanku tertidur pulas.

Kupu – kupu itu datang lagi, menggigit lenganku.

Kubiarkan terbang sesukamu

Hinggaplah kemana kau mau

Keputusanku sudah kudapat, jangan melihat yang tidak bisa kau lihat tapi tanyalah hatimu dimana yang bisa membuatmu damai.

Jadilahimamku,dalam sujud pagi kupanjatkan doa semoga semua berjalan lancar indah pada waktunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun