Berhubung alamat e-mail saya yang lama diblokir dan kompasiana tidak memberikan solusi untuk mengganti alamat e-mail, maka artikel ini yang saya posting tanggal 27 Mei 2014 dipindahkan dari akun lama “Rano” (/ranoldus) ke akun baru “Ranoldus Tangke”. Selamat membaca!!!
Pamanku pergi menantang pagi
Pikul singkong sampai lalu
Tak pupus harap, hari ke hari
Demi menyambung nyawa yang hanya satu
Air mata dan darah terus terkuras
Namun hujan kebahagiaan belum juga tiba
Hanya setetes demi setetes
Tak mampu menghilangkan dahaga
Wahai kalian,
Jangan sekejap tuli dan buta
Ingat, kami sudah beri kertas titipan
Yang juga pesan dari surga
Kami sudah merelakan keluarga
Dipisahkan oleh batas sebuah jalan
Menatap dari seberang, Nusantara
Nusantara dalam darah, tapi kami butuh nyaman
Terus lagi pamanku bertanya
Yang mana wakil kami?
Bersama debu, hilang semua
Tertiup angin nafsu birahi
Tanda tanya itu berteriak terus
Untuk kalian pemimpin-pemimpin pertiwi
Jika belum tuntas,
Akan menghantui kalian sampai mati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI