Mohon tunggu...
Ranny Emilia
Ranny Emilia Mohon Tunggu... -

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nyatanya Dosen Juga Bisa Berang

17 Desember 2013   13:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:49 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jejaring sosial yang diciptakan oleh Group Dosen Indonesia (GDI) mewakili apa yang dirasakan dan dialami oleh para dosen di negara Republik Indonesia. Sejak disahkannya PerPres 88 tahun 2013 oleh Presiden SBY, terlihat sebuah perubahan yang dramatis pada banyak dosen. Semakin banyak yang berani berkata jujur tentang apa yang dialami dan dirasakannya, yang sebelumnya dipendam sendiri karena berbagai alasan.

Sekalipun ada banyak isu yang diperdebatkan, juga muncul perbedaan pendapat, dan beragam usulan di dalamnnya, ada beberapa hal yang mengemuka dalam beberapa hari belakangan ini, yang membutuhkan perhatian Pemerintah Negara, bersama pembuat kebijakan pendidikan, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat.

A. Tunjangan Kinerja Dosen

1. Jumlah tanggungjawab dan beban kerja dosen semakin berat, yang secara linear berujung pada kegagalan banyak dosen untuk menjalankannya secara penuh, akibat dibatasi oleh banyak faktor, antara lain pengisian tanggungjawab keluarga dan tanggungjawab yang lain yang meminta pembiayaan uang. Sementara pemerintah negara, mellaui PerPres 88 Tahun 2013 telah menyatakan bahwa dosen tidak termasuk kedalam kelompok yang mendapat tunjangan kinerja.

2. Yang paling mendasar pada PerPres No 88 Tahun 2013, khususnya pada pasal 3, adalah bagaimana tanggungjawab dikonstruksikan oleh pemerintah dan bagaimana hal itu bekerja hingga membuat praktek-praktek diskriminasi dan ketidakadilan mungkin diterapkan di dunia pendidikan. Seperti pernyataan tidak mendapatkan tunjangan kinerja yang melekat pada tanggungjawab guru dan dosen. Tindakan ini telah mengkesampingkan pengharagaan atas tanggungjawab itu bersamaan dengan penghargaan yang tinggi yang diberikan kepada para pejabat di birokrasi pendidikan, dan para dosen yang sedang menjalankan tugas sebagai pejabat struktural.

3. Setiap dosen tahu bahwa keberhasailan dirinya dan keberhasilan pendidikan bukan akibat dari kerja-kerja pejabat struktural, sejak para pejabat ini hanya mampu membuat dan mengganti-ganti peraturan, tanpa menunjukan komptensi yang memuaskan untuk menyediakan solusi bagi permasalahan pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

B. Tugas Extra Dosen

1. Tugas-tugas ekstra yang dibebankan kepada dosen seperti pengisian data-data yang dibutuhkan untuk membuat penilaian atas prestasi dan kinerja serta mengunggah bukti2 materialnya, yang cendrung dilandasai oleh asumsi bahwa ada satu set pilihan dan jawaban yang sudah tersedia untuk itu, dan dosen tinggal memasukannya, telah memaksa dosen untuk mencukupi segalanya sendiri, untuk kepentingannya sendiri.

2. Realitas sosial yang tercipta dari kemajuan teknologi dan alat-alat komunikasi, yang mengatakan bahwa yang paling berkepentingan dengan keberhasilan adalah individu-individu, karena itu tiap-tiapnya bertanggungjawab atas dirinya sendiri dan dengan prinsip seseorang bisa menjadi apapun, melampaui ruang dan waktu, yang tercipta dari keterwakilan secara kekayaan material dan bukti fisik, yang dinyatakan, diedarkan, dan dikonsumsi melalui mesin-mesin, kian dianggap sebagai kebenaran, keterpecayaan tentang apa yang seharusnya tentang kualitas seorang pendidik.

3. Praktek ini telah mengurangi apa yang kita yakini sebagai kebenaran hidup, dengan akibat kerusakan yang bermakna, lebih kurang bentuknya seperti klaim-klaim keberhasilan dari hasil kebohongan, penipuan dan simbol-simbol tanpa menunjukan nilai yang seharusnya ditunjukan dari kualitas tersebut.

4. Dalam penerapannya sistem komputerisasi juga menimbulkan biaya tambahan pribadi (uang, waktu) dan biaya professional, berupa pengabaian terhadap proses-proses dan interaksi-interaksi vertikal dan horizontal dalam membuat penilaian atas prestasi dan kinerja. Pilihan ini nyatanya juga memaksa dosen untuk abai kepada tanggungjawab yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun