Mohon tunggu...
Ranna Babel
Ranna Babel Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hy

Anak Pend. IT yang merangkap suka Sastra, Seni dan Nicholas Saputra.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Moralitas manipulasi

26 Desember 2024   15:53 Diperbarui: 26 Desember 2024   15:53 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Habis liat banyak konten bagaimana memainkan psikologis manusia agar dia tertarik sama kita atau dia menjadi seperti yang kita inginkan. Istilahnya manipulasi pikiran.


Gue sendiri merasa cukup mengerti taktik itu, tetapi apakah itu penting? apakah bermain game psikologis untuk menarik atensi manusia tidak buang-buang waktu?


Semakin tua, gue menyadari salah satu hal yang paling penting di dunia ini adalah waktu. Memanipulasi pikiran orang lain adalah kegiatan yang mengorbankan banyak hal termasuk waktu. Dan sampai kapan juga?


I want genuine attention and connection, not something driven by manipulation.


Memanipulasi pikiran orang lain adalah sikap membohongi diri sendiri karena melakukan berbagai cara yang sebenarnya bukan kebiasaan dan kemauan kita. Tetapi tetap dilakukan untuk tujuan kepuasan ego.


Dalam interaksi yang terpenting buat gue adalah kejujuran. Thats why gue pun cukup clear menunjukkan sikap tidak suka gue ketika kecewa terhadap seseorang. Gak ada sikap pura-pura nice. Berlaku ketika nyaman di suatu lingkungan atau interaksi per individu. Gue akan sangat terbuka menunjukkan rasa excited gue.


Memanipulasi pikiran orang dalam konteks biar dia bersikap sesuai harapan kita adalah kejahatan. Dan gue gak nyaman melihat orang tersiksa akibat taktik-taktik psikologis. Buat gue semua orang sudah seharusnya bahagia. Mereka tidak boleh tersiksa cuma karena ego dan obsesi kita terhadap mereka. Let them be, allow them to analyze and think for themselves about their happiness. Don't intervene or manipulate. It's wrong.


Menarik perhatian orang dengan cara manipulasi adalah bentuk mengulur-ngulur waktu untuk mengenal keaslian kita. Manipulasi memang bisa memberi hasil instan, seperti perhatian atau persetujuan, tapi hubungan yang terjalin jadi rapuh karena didasarkan pada hal yang fake. Dalam jangka panjang, ketika keasliannya nampak, hubungan dan interaksi tersebut bisa dengan cepat runtuh.

So yeah, be authentic --- because it's far more valuable than just trying to seem impressive. When you embrace who you truly are, it leads to deeper connections and real happiness, not just surface-level impressiveness.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun