Masyarakat Jepang sendiri dikenal sebagai masyarakat homogen yang memiliki identitas nasional yang kuat dan dapat dikatakan sangat sedikit memiliki perbedaan etnis atau ras. Namun bukan berarti tidak memiliki perbedaan sama sekali, terdapat kaum-kaum minoritas yang juga tinggal di Jepang, salah satunya adalah Zainichi Korea.
Istilah zainichi sendiri dapat diartikan sebagai tinggal di Jepang dan juga dapat digunakan untuk menunjuk orang asing yang tinggal di Jepang, namun kata zainichi lebih sering diasosiasikan dengan keturunan Korea di Jepang (Fildza, 2021).
Sebagai kaum minoritas di Jepang, tentu saja banyak di antara mereka yang mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari masyarakat sekitar. Berikut adalah beberapa contoh kasus diskriminasi yang terjadi pada kaum zainichi korea di Jepang.
Kasus Diskriminasi Kaum Zainichi Korea
Meskipun secara fisik, kaum Zainichi Korea memiliki kesamaan dengan masyarakat Jepang pada umumnya, namun secara garis keturunan tentu saja berbeda. Hal ini membuat mereka mengalami kebingungan identitas. Krisis identitas inilah yang menjadi konflik internal yang tidak dapat dilepaskan dari komunitas ini (Fukuoka dalam Lee, 2017: 50).
Sementara itu, tindakan diskriminatif khusus zainichi Korea antara lain berupa dikecualikannya minoritas Korea dalam skema pensiun nasional negara sehingga zainichi Korea tidak berhak mendapatkan skema pensiun nasional, dan hal tersebut telah melanggar pasal 5(e)(iv) dari International Convention of the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (ICERD) (Lawyers Association of Zainichi Koreans, 2014).
contoh rasisme terhadap kaum Zainichi Korea di Jepang yang terjadi baru-baru ini adalah ujaran kebencian yang lakukan oleh pria berumur 68 tahun di Jepang kepada kaum Zainichi Korea.
Pada 12 mei, seorang pria berusia 68 tahun di Prefektur Oita diperintahkan oleh Pengadilan Tinggi Tokyo untuk membayar ganti rugi 1,3 juta yen kepada Neo Nakane berusia 18 tahun dari Prefektur Kanagawa karena pernyataan rasis yang dibuat pria Oita di blognya tiga tahun lalu. Nakane, yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama saat itu, menuntut pria tersebut atas komentar yang dibuat tentang dirinya dan ibunya, yang merupakan etnis Korea (Shoji 2021).
Contoh lain kasus rasisme yang terjadi pada kaum Zainichi Korea yaitu pada 2021 lalu, seorang mahasiswa Zainichi Korea bernama Yoo Jaeho menceritakan pengalamannya saat mendapatkan diskriminasi di universitas. Jaeho yang saat itu di terima di Universitas Komazawa pada April 2016. Yoo telah bersekolah di sekolah Jepang sampai SMA, dan telah menggunakan nama alias Jepang-nya dalam kehidupan sehari-hari. Ia selalu merasa ragu untuk mengungkapkan nama resminya kepada teman-temannya, dan terkadang merasa frustrasi karenanya, sehingga ia berencana untuk mulai hidup dengan nama resminya di perguruan tinggi. Tapi itu juga bukan karena dia merasakan penolakan terhadap nama Jepangnya, jadi dia pikir tidak masalah jika dia menggunakannya pada dokumen resmi.
Setelah menyerahkan semua dokumen terkait pendaftarannya dalam alias Jepang-nya, kantor registrasi melihat nama itu berbeda dengan nama resminya, lalu mendesak Yoo untuk mengajukan izin menggunakan alias Jepang-nya. Sehingga selama Yoo berkuliah di Komazawa, ia harus selalu menggunakan nama Jepang-nya. Setelah hampir satu tahun kemudian, Yoo yang melakukan negosiasi dengan pihak universitas akhirnya bisa mengubah namanya di semua catatan universitas ke nama Korea-nya.
“Fakta bahwa butuh banyak waktu dan energi membuat saya merasa martabat saya sebagai warga Zainichi Korea sedang diinjak-injak,” katanya kepada Mainichi Shimbun (“Zainichi student fights 11 months for Japanese univ. to recognize his Korean name” 2021).
Salah satu aktor dan atlit MMA keturunan Korea-Jepang, Choo Sung Hoon (Yoshiro Akiyama) yang terkenal karna keluarganya membintangi variety show Korea yang berjudul “Superman Return” juga memberi komentar mengenai diskriminasi mengenai kaum zainichi di Jepang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!