Mohon tunggu...
Rani Margvirah Lubis
Rani Margvirah Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Medan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penyuluhan Pertanian Melalui Sekolah Lapang: Mengembangkan Potensi Budidaya cabai

22 Oktober 2024   22:56 Diperbarui: 22 Oktober 2024   23:23 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto Pribadi

Langkat, 21 Mei 2024 -- Penyuluhan pertanian melalui program Sekolah Lapang (SL) telah menjadi salah satu upaya yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, terutama dalam budidaya tanaman cabai. Cabai, sebagai salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia, sering kali menjadi fokus utama dalam program ini. Melalui SL, para petani dapat belajar secara langsung di lapangan mengenai teknik budidaya yang tepat, pengelolaan hama dan penyakit, hingga strategi pasca panen yang menguntungkan. Program ini sangat bermanfaat karena membantu petani menerapkan praktik-praktik yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, Sekolah Lapang dikategorikan sebagai bagian dari pendidikan nonformal di bidang pertanian yang dikelola secara terstruktur untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di sektor ini. Sekolah Lapang (SL) adalah salah satu metode penyuluhan yang diakui dalam peraturan tersebut. SL bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani, nelayan, dan masyarakat kehutanan melalui pendekatan partisipatif dan berbasis pengalaman langsung.

"Kegiatan Sekolah Lapang Tanaman Cabai Bersama Penyuluh BPP Sei Bingai"

Dalam penyuluhan ini, penyuluh di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat memperkenalkan berbagai teknologi baru yang dapat mendukung produktivitas tanaman cabai. Salah satunya adalah anggota kelompok tani Harapan diajarkan cara membuat pupuk organik dan pestisida nabati untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia sintetik, yang sering kali merusak kualitas tanah dalam jangka panjang. Dengan adanya teknologi ini, diharapkan produksi cabai dapat meningkat secara signifikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Selain itu penanganan pasca panen cabai juga diajarkan dalam sekolah lapang ini, yang selama ini sering menjadi titik lemah dalam rantai produksi pertanian. Dengan penyuluhan yang diberikan, para petani tidak hanya fokus pada bagaimana menanam dan merawat cabai, tetapi juga diberikan keterampilan dalam menjaga kualitas hasil panen agar nilai jualnya tetap tinggi di pasar.

"Pentingnya Sekolah Lapang"

Pendekatan langsung yang diterapkan dalam SL membuat para petani lebih mudah memahami konsep-konsep teknis yang diajarkan. Melalui metode "learning by doing", mereka tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga langsung mempraktikkannya di lapangan. Hal ini sangat penting karena banyak petani yang tidak memiliki akses terhadap informasi pertanian modern. Dengan belajar secara langsung di lapangan, mereka dapat melihat hasil nyata dari setiap teknik yang diterapkan, yang tentunya akan meningkatkan motivasi untuk menerapkan teknologi tersebut di lahan mereka sendiri.

Penyuluhan pertanian melalui SL juga menekankan pentingnya kerjasama antarpetani dalam mengelola lahan dan produksi. Petani diajak untuk membentuk kelompok tani yang solid, sehingga mereka dapat berbagi pengalaman, sumber daya, dan akses terhadap bantuan pemerintah. Dengan kerjasama yang baik, para petani dapat lebih mudah mendapatkan akses kredit usaha tani, bibit unggul, dan teknologi pertanian terbaru, yang semuanya mendukung peningkatan produksi cabai secara kolektif.

Secara keseluruhan, program Sekolah Lapang untuk tanaman cabai memberikan dampak positif bagi petani, baik dari segi peningkatan pengetahuan teknis maupun penguatan kelembagaan petani. Dengan terus melibatkan petani dalam program seperti ini, sektor pertanian di Indonesia dapat berkembang lebih pesat dan lebih mandiri, serta siap menghadapi tantangan global dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun