Mohon tunggu...
Ranifiaini
Ranifiaini Mohon Tunggu... Penulis - Rani Fitri

into the unknown.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Segitiga Bermuda (Part 2)

1 Desember 2019   19:43 Diperbarui: 1 Desember 2019   19:43 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Coba tanyakan pada seluruh siswa SMA Permata Edelweis perihal persahabatan siapa yang paling unik. Coba tanyakan pada seluruh guru SMA Permata Edelweis perihal persahabatan siapa yang memiliki cerita paling rumit. Semua pasti serentak menjawab; SEGITIGA BERMUDA.
"ALRICK!!!" teriakan Echa menggema. Alrick justru tertawa melihat wajah kesal Echa. Lelaki itu gemar sekali membuat Si Jagoan Fisika marah.
"Hahaha! Lucu kamu, Cha!" ejek Alrick yang masih saja tertawa. Echa pun berlari mengejar Alrick yang juga berlari menjauhinya.
"Echa! Alrick! Ada titipan buat kalian!" perkataan Salma itu seketika menghentikan aksi kejar-kejaran. Echa mengambil secarik surat yang dibawa Salma.
"Makasih, Sal" ucap Echa sebelum siswi kelas X-IPS 1 itu berlalu.
"Apaan, Cha?" tanya Alrick sembari berjalan mendekat. Echa berhasil membuka amplop itu dan mengambil kertas yang ada di dalamnya.
"Kita baca aja, Rick!" mereka pun membaca kata demi kata yang ditulis di kertas itu. Mereka termangu ketika tahu apa isi surat itu. Kaki Echa melemas dan gadis itu pun terduduk.
"Cha, kamu nggak papa?" tanya Alrick khawatir.
"Kenapa Zayn nggak pamit sama kita?!" tanya Echa marah. Alrick menghela napas panjang.
"Tenang, Cha. Mungkin dia nggak sempat ngabarin dan buru-buru ke bandara. Jadi dia cuman bisa ngasih kita surat" Alrick mencoba menenangkan Echa.
"Tapi kenapa, Rick?! Kenapa dia nggak pernah bilang sama kita?!" lagi-lagi Echa menyudutkan dunia dengan pertanyaannya.
"Cha, Zayn bilang kalau dia cuman pergi sebentar. Dia ada keperluan keluarga yang mendadak. Zayn bakalan masuk sekolah lagi, kok. Zayn juga udah kasih tahu kita pesawat yang dia naiki. Flag Airline 2073. Dia udah kasih kita kabar. Udah, Cha.." kali ini Alrick berhasil menenangkan Echa. Gadis itu menghela napas sembari memejamkan mata kemudian mengangguk pelan. Alrick mengukir senyum tipis. Sebenarnya lelaki itu juga marah. Tetapi sudahlah, yang penting Echa sudah tenang.
Bel istirahat berbunyi nyaring. Echa dan Alrick segera melangkah menuju kantin sekolah. Seperti biasa, mereka duduk sambil mengobrol ria. Sesekali mereka menyantap makanan kantin yang sudah mereka pesan. Keadaan hari ini begitu ramai. Banyak anak berlalu-lalang. Penjaga kantin sibuk melayani para murid sembari mendengarkan berita yang disiarkan oleh stasiun televisi ternama.
"Pemirsa, baru saja dikabarkan bahwa pesawat Flag Airline 2073 hilang dari radar. Di dalamnya terdapat 174 penumpang. Sampai sekarang belum ada kabar terbaru dari pesawat tersebut. Tim SAR segera dikerahkan untuk menyusuri lokasi"
Berita itu disampaikan dengan lancar oleh sang reporter. Tetapi tidak dengan jantung Alrick dan Echa yang kini seolah berhenti berdetak. Flag Airline 2073. Hal se penting itu tidak mungkin diabaikan begitu saja oleh dua siswa cerdas SMA Permata Edelweis. Echa segera berlari meninggalkan hiruk pikuk kantin. Ezra menatap adiknya bingung.
"Cha!" panggil Alrick yang kemudian mengejar Echa.
Echa berhenti berlari tepat di depan rumah megah yang di dominasi cat berwarna abu-abu. Pagar besi rumah itu terkunci rapat layaknya pintu dan jendela yang ada di dalamnya. Echa menggedor-gedor pagar rumah itu dengan gemboknya. Air mata tak mampu berhenti mengalir dari mata indah Echa.
"Zayn!!" panggil Echa sambil menggedor pagar. Gadis itu terisak. "Zayn! Buka pintunya, Zayn!! Ini Echa!! Echa mau masuk, Zayn!! Buka pintunya!!" teriak Echa pilu.
"Echa!" panggil Alrick. Namun gadis itu tak menoleh. Dia tetap menggedor pagar sambil terus meneteskan air mata.
"Zayn, keluar!! Tolong, Zayn!! Ini Echa!!" Echa masih tetap meneriaki rumah Zayn yang terkunci rapat.
"Cukup, Cha! Nggak ada gunanya kamu teriak-teriak! Zayn dan keluarganya nggak ada disini!" bentak Alrick. Echa menoleh kemudian menatap Alrick sendu.
"Ini mimpi kan, Alrick? Ini mimpi terburuk yang pernah Echa alami! Zayn nggak pamitan sama kita dan tiba-tiba dia pergi gitu aja. Bahkan seluruh dunia nggak tau dimana keberadaan Zayn sekarang. Ini nggak lucu, Rick! Echa mau bangun! Echa nggak mau mimpi buruk kayak gini! Echa mau bangun, Alrick!!" kata demi kata yang diucapkan Echa terasa begitu menyakitkan. Seolah kata kata itu mampu menyayat hati Alrick. Untuk pertama kalinya persahabatan mereka diuji dengan begitu beratnya.
Echa jatuh terduduk sambil menangis. Alrick memejamkan mata. Hujan mengguyur mereka berniat menghapus luka. Namun hujan tidak tahu bahwa usahanya tidak mampu menghapuskan luka yang begitu besar di hati Alrick dan Echa. Alrick membuka matanya kemudian menatap nanar rumah Zayn. Air mata lelaki itu menetes.
"Kembali, Zayn. Kamu nggak lihat Echa sehancur ini? Kembali, Zayn. Segitiga Bermuda nggak lengkap tanpa sosok serius kayak kamu. Kembali, Zayn. Aku juga hancur ketika mendengar semuanya.." lirih Alrick.
Hari demi hari berlalu. Echa berubah menjadi sosok yang begitu pendiam. Begitu juga dengan Alrick yang menghabiskan waktunya dengan berdiam diri dan melamun. Ezra sudah mengetahui semuanya. Berkali-kali Ezra membujuk adiknya namun gagal. Bahkan untuk makan saja, Echa tidak mau. Dia hanya memakannya sedikit.
"Selamat pagi, Echa!" sapa Athir. Echa hanya menatap Athir dengan tatapan kosong. Athir terdiam. Tak lama kemudian, Ezra datang.
"Kakak kelas yang selama ini kamu idolakan udah menyapa kamu dengan ceria loh, Cha. Hargai dikit, kek!" protes Ezra. Echa menghela napas panjang.
"Pagi" Echa membalas sapaan Athir dengan singkat. Athir pun menggeser kursi di sebelah Echa mendekat kemudian duduk sambil menatap Echa.
"Cha, dengerin kak Athir! Kakak dan semua orang disini tahu kalau Echa sedih. Kami semua tahu kalau Echa bener-bener kehilangan Zayn. Tapi yang merasakan luka itu bukan cuman Echa dan Alrick. Kakak juga, Cha. Zayn itu pinter Kimia. Kita sering ikut olimpiade Kimia bareng. Kakak juga kenal Zayn, Cha. Waktu denger berita itu, kakak juga sedih. Echa, kakak tahu ini berat. Tapi jangan lupakan diri kamu sendiri, Cha. Zayn nggak bakalan suka kalau lihat kamu dan Alrick kayak gini. Kamu harus bangkit. Nggak ada yang bisa ngehancurin Segitiga Bermuda." Kata demi kata diucapkan Athir. Echa menoleh dengan mata berkaca-kaca. Apa yang dikatakan Athir memang benar. Dia tidak boleh terus menerus larut dalam kesedihan. Dia harus bangkit. Perlahan, senyum di bibir Echa terukir. Athir dan Ezra tersenyum puas.
"Makasih, Kak Athir. Kakak bener. Echa nggak boleh sedih terus. Echa harus semangat. Makasih banyak, Kak Athir! Nggak salah Echa pilih idola!" kata Echa yang kemudian ditertawakan Ezra. Sementara Athir tersenyum kikuk menanggapi pengakuan Echa yang begitu natural.
***
Benar. Segitiga memang memiliki tiga titik sudut. Tetapi berbeda dengan Segitiga Bermuda milik SMA Permata Edelweis. Hal apapun yang menghancurkan ketiga titik sudut, Segitiga Bermuda akan tetap ada dan terukir indah di dalam hati mereka. Zayn, Echa, dan Alrick.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun