Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menyendok Sisa Tawa dalam Sepiring Kesepian

22 Januari 2024   11:42 Diperbarui: 7 Maret 2024   00:44 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Peralatan makan. (Sumber gambar: unsplash.com/DebbyHudson)

"Bu, masak apa hari ini?" Soleh bertanya sambil beranjak duduk, menghadap meja makan. Hanya ada tudung saji dan teko air yang termangu di situ. Jam dinding sibuk memutar jarum-jarumnya. 

Warsini sibuk mengaduk secangkir kopi hitam. Denting sendok yang mengenai sisi dalam cangkir adalah salah satu suara favorit Soleh di pagi hari.

"Sayur lodeh, Pak. Kesukaan Robi," jawab Warsini menyebut nama anak tengahnya, sambil membawa secangkir kopi menuju meja makan. Kepul asapnya menerpa wajah Soleh. Warsini membuka tudung saji, lalu beranjak ke rak piring, mengambil dua piring dan dua gelas.

"Ada tempe goreng dan sambal terasi juga. Kesukaan Santi," Warsini kembali berkata, menyebut nama anak sulungnya.

Soleh menyeruput kopi perlahan lalu mengangguk. Ia menyesap ampas kopi yang larut dan melumer di lidahnya. Semangkuk sayur lodeh nampak membuat mata Soleh berbinar, cacing di perutnya pun bernyanyi riang. 

Labu siam, terong, kacang panjang, dan kondimen lain nampak menguarkan kelezatan yang menyatu dalam kuah santan. 

Aroma sambal terasi yang khas, juga gurihnya tempe goreng menjadi menu sarapan hari itu untuk sepasang suami istri yang ditinggal jauh anak-anaknya. Untuk usia yang berada di kepala enam, Warsini termasuk nenek-nenek yang masih produktif untuk memasak.

"Kau tak masak cumi asam pedas? Itu kesukaan Ela, anak bontot kita," Soleh bertanya sambil menerima sepiring nasi dari istrinya.

"Itu kesukaan Ela saja, Pak. Kita kan nggak doyan,"

"Siapa tahu dia pulang hari ini,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun