Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendekap Renjana

2 September 2023   13:00 Diperbarui: 2 September 2023   13:17 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com/JavidNaderi

Fajar merekah, menyibak bunga tidurku
Kembali kuingat wajahmu
Yang membasuh air mukaku yang pilu
Dengan sederet do'a nan sendu 


Kusibak selimut
Menata hari menyambut terik
Menunggu senja yang kemerahan
Menjemput pekat malam 


Di sudut ruang
Dan langit-langit kamar
Di secangkir teh manis hangat
Dan sepiring nasi yang baru matang 


Kudapati bayangmu menyapa
Mengikuti hingga ke pangkal hari
Bahkan terik mentari di atas kepala
Tak menghilangkan bayangmu walau sekejap 


Kau tahu mengapa?
Kalbumu menyatu di lorong hatiku
Do'amu mengalir dalam aliran darahku
Dan rinduku meneriakkan namamu 


Kini senja kembali hadir di pangkuan langit
Indahnya mampu menyeka jarak di antara kita
Membuat binar mataku menemukanmu di ufuk sana
Kau melengkungkan bibirmu dengan manisnya
 
Langit pun menyiratkan renjana
Irama senja mengantarkanku pada malam dan segudang rindu yang menunggu
Namun, tak dapat kugulung jarak
Apalagi melompati waktu untuk dapat menemuimu 


Rindu yang kutimbun kian membuncah
Jika saja jarak mampu kulipat untuk dapat bertemu denganmu
Akan kubawakan sejumput kisah tawa dan tangis di tanah perantauan ini, Bu
Namun, aku hanya bisa mendekap renjana ini 


Bu, jangan kau goreskan luka meski hanya sejengkal di tubuhmu
Tunggu aku kembali
Jangan sia-siakan tabungan rindumu padaku selama ini
Tumpahkan semuanya saat kita bertemu nanti 


Biar renjana yang mendekap kita berdua dari jarak ribuan kilometer ini
Biar hujan yang merintih mengadu rindu pada langit
Jangan kita yang melakukannya, Bu
Cukup do'a pada bentangan sajadah yang akan mengantarkan kita bertemu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun