Mohon tunggu...
Ranielfa Nur Safira
Ranielfa Nur Safira Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

write

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Seni Berbenah dan Konsep Gaya Hidup Minimalis

22 Maret 2021   22:37 Diperbarui: 22 Maret 2021   22:43 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dewasa ini, konsep gaya hidup minimalis banyak dibahas oleh orang-orang dari berbagai kalangan. Beberapa orang yang sudah menerapkan gaya hidup minimalis berujar bahwa gaya hidup minimalis seolah-olah hadir sebagai jawaban di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang memusingkan. Pasti, salah satu dari kita pernah berkutat berjam-jam di depan cermin sembari mengeluh tidak punya baju untuk dipakai, sementara pakaian yang ada di dalam lemari menumpuk karena tidak pernah digunakan. Pun dengan kamar kita yang merupakan ruang privasi, penuh dengan barang-barang yang dulu dibeli tanpa berpikir dua kali, membuat tidak ada personal space yang tersisa. Menurut Fitria (2008), kondisi kamar dapat menentukan psikologis sang pemilik ruangan, sebab, apabila terdapat banyak barang di sekitar dan menyebabkan personal space seseorang berkurang, mereka cenderung mengalami stress.

Lantas, apakah kita harus membuang semua barang-barang yang memenuhi lemari atau bahkan rumah kita?

Fumio Sasaki, seorang penulis buku asal Jepang, membagikan pengalamannya ketika ia memutuskan untuk hidup minimalis. Dalam bukunya yang berjudul 'Goodbye Things', Sasaki menjelaskan bahwa hidup minimalis adalah ketika seseorang mengetahui hal-hal yang penting dan bernilai bagi dirinya sendiri dan mempertahankannya.

Tetapi, masih banyak orang yang salah kaprah. Hidup minimalis bukan berarti hidup dengan hanya membuang barang-barang yang dimiliki dan berlomba-lomba memiliki barang dengan jumlah yang paling sedikit. Marie Kondo pernah mengatakan, "If something truly gives you joy, you should keep it.".

Mungkin bagi beberapa orang yang sudah mengadopsi gaya hidup minimalis dalam kehidupan sehari-hari, nama Marie Kondo juga sudah tidak asing lagi. Beliau adalah seorang instruktur 'berbenah' terkenal dari Jepang dengan buku berjudul 'The Life Changing Magic of Tidying Up' yang sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Metode berbenah yang ia beri nama Metode KonMari ciptaannya berhasil mengubah hidup ribuan muridnya yang tersebar di seluruh dunia.

Banyak orang yang mengira, berbenah adalah pekerjaan yang mudah dan tidak memerlukan skill khusus. Berbenah sejatinya hanyalah kegiatan meletakkan barang-barang ke tempat semula. Tetapi, kenyataannya, banyak orang dengan berbagai latar belakang memiliki kesulitan untuk berbenah. Hal itu dikarenakan berbenah tidak hanya memerlukan skill untuk merapikan barang-barang, tapi juga membutuhkan ketekunan, kesadaran, dan erat kaitannya dengan pola pikir. Pasti, kita pernah berbenah dan tidak lama setelah itu, kamar menjadi berantakan lagi.

Marie Kondo menyebutkan kalau pola pikir adalah hal yang harus dibenahi di sini, dengan cara menerapkan teknik yang benar. Tidak hanya mempelajari cara mengorganisasi, memilah-milah, dan menata barang, tetapi pola pikir juga harus diperbaiki agar tercipta keteraturan dan terbentuk pribadi yang rapi.

Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun