Mohon tunggu...
Rani Aulia
Rani Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - @ranii_nhy

Belajar menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Honorer yang Tersisihkan

4 Februari 2020   07:07 Diperbarui: 4 Februari 2020   07:10 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guru dalam bahasa Jawa menunjuk pada seseorang yang di gugu dan di tiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya. Namun, kini posisi guru dipandang sebelah mata oleh masyarakat,khususnya guru honorer. Gaji yang terbilang kecil membuat orang-orang meremehkannya. Bahkan banyak orang yang tidak ingin menjadi guru. Padahal menjadi guru merupakan profesi yang mulia.

Namun miris, kebanyakan guru honorer  di Indonesia tidak mendapatkan kesejahteraan. Padahal dalam dunia pendidikan guru merupakan unsur yang sangat penting yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. 

Apakah layak seorang guru yang bertugas mencerdaskan anak bangsa ini hanya mendapatkan upah Rp. 300.000,- per bulan. Dimana peran pemerintah? Bukankah guru juga disebut pahlawan yang harus dihormati dan dijamin kesejahteraannya?

Padahal jika di lihat tugas seorang guru itu berat. Tidak hanya mengajar, guru dituntut untuk mendidik. Mendidik anak bangsa agar berkarakter dan memiliki moral. Bukankah jika generasi bangsa terbentuk menjadi generasi yang cemerlang negara pun akan merasa bangga?

Seharusnya pemerintah lebih memprioritaskan profesi guru khususnya guru honorer. Gaji yang diterima guru honorer seharusnya lebih dari Rp. 300.000,- per bulan karena beban yang dipikulnya pun cukup berat dan melelahkan. Pemerintah juga seharusnya bisa memberikan kesejahteraan bagi guru honorer terutama di pelosok-pelosok desa.

Pendidikan merupakan unsur terpenting bagi kecerdasan anak bangsa. Melalui guru anak-anak mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi masa yang akan datang. Maka dari itu, kesejahteraannya pun perlu diperhatikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun