Mohon tunggu...
Rania Syafira
Rania Syafira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa yang sedang bereksplorasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bonus Demografi: Sebuah Titik Pivot dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Negara

21 Agustus 2023   19:57 Diperbarui: 21 Agustus 2023   20:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pergerakan proses pembangunan menuju status ekonomi negara yang lebih baik sedang dalam perjalanannya yang telah berlangsung sejak 2015. Definisi pembangunan ekonomi tidaklah terbatas hanya semata-mata untuk menyejahterakan rakyat dan meningkatkan kualitas hidup atau mencakup aspek peningkatan pendapatan masyarakat. Jika mengacu pada konteks skala daerah, pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai sebuah proses dari pemerintah daerah dan masyarakat di wilayahnya dalam memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya serta menjalin sebuah kerja sama antara pihak pemerintah daerah dengan pemerintah swasta untuk mewujudkan lapangan kerja yang baru yang dapat meningkatkan lajunya pertumbuhan serta perkembangan ekonomi di wilayah tersebut, Arsyad (2010). Namun untuk mewujudkan aspirasi ini dibutuhkan sumber daya yang cukup memadai, tidak hanya dari pihak pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif masyarakatnya. 

Jika dilihat dari aspek eksternal, pengaruh demografi memegang kunci dalam menentukan arah perkembangan ekonomi. Sesuai yang tercatat pada data, Badan Pusat Statistik (BPS) telah memperkirakan Indonesia akan mengalami era yang disebut sebagai era bonus demografi sekitar pada tahun 2020--2035 mendatang, di mana pada saat era tersebut diperkirakan jumlah penduduk dengan usia produktif (15--64 tahun) akan mendominasi dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif (0--14 tahun dan 65+ tahun). 

Bonus demografi serta pertumbuhan penduduk adalah dua hal yang saling berkaitan yang dapat membawa dampak positif dan negatif. Bagaimana cara mengelola kedua hal inilah yang menentukan outcome-nya. Jika ditinjau dari aspek penduduk itu sendiri, ada dua hal yang memengaruhi sebuah demografi---dalam hal ini, bonus demografi---yaitu Dependency ratio dan variabel tenaga kerja. 

Dependency ratio adalah salah satu aspek yang menunjukkan seberapa tingginya beban yang harus ditanggung penduduk untuk membiayai hidup, baik kehidupan mereka sendiri maupun kehidupan bagi mereka yang sudah lewat masa usia produktif. Dependency ratio juga dapat didefinisikan sebagai angka rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia tidak produktif terhadap usia produktif. Jika dianalogikan, Dependency ratio seolah-olah bertindak sebagai titik pivot dalam menentukan perkembangan ekonomi, terutama dalam hal kesempatan bekerja. Semakin tinggi angka rasionya, maka semakin rendah kesempatan untuk bekerja.Sederhananya, jika angka rasio semakin tinggi---semakin banyak orang yang bergantung untuk dipenuhi kebutuhannya---tentu akan menimbulkan penurunan jumlah angka orang yang ingin bekerja sehingga akan meningkatkan angka pengangguran secara bertahap. Dengan komplikasi ini, menyusut dan mulai sepinya lapangan kerja adalah after-effects dari tingginya angka Dependency ratio walaupun masyarakat tersebut didukung oleh bonus demografi, hal ini dapat dibuktikan pada data penelitian BPS yang dilakukan di Aceh mengenai perkembangan Dependency ratio tahun 2010--2016.

Akan tetapi, perspektif dari lensa yang berbeda dapat mengubah trajectory arah pertumbuhan ekonomi. Pada masa bonus demografi, tahapan inisiasi untuk mewujudkan umpan balik positif dapat dilakukan untuk mewujudkan benih-benih awal terciptanya lapangan kerja, terutama di kalangan usia produktif. Permulaan masa bonus demografi pada tahun 2020 nanti membuka pintu untuk perluasan potensi tenaga kerja serta kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan investasi dalam sumber daya manusia. Mulai dari pengelolaan sumber daya manusia yang bijak hingga mengembangkan kualitas manusia melalui pendidikan dan pelatihan terpadu dapat meningkatkan serta memperluas pasar lapangan kerja.

Bonus demografi memiliki impact yang cukup setimpal jika dikelola dengan baik. Outcome yang terlihat akan ditentukan oleh seberapa bijak pengelolaan sumber daya yang tersedia---tidak merugikan maupun menguntungkan.

Sumber referensi:

Setiawan, S. A. (2018). Mengoptimalkan Bonus Demografi untuk Mengurangi Tingkat Kemiskinan di Indonesia.

Suci Prasasti, E. T. (2020). Karakter dan Perilaku Milenial: Peluang atau Ancaman Bonus Demografi.

Uswatun Hasanah, D. A. (2021). Analisis Dampak Bonus Demografi Terhadap Kesempatan Kerja di Propinsi Aceh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun