Mohon tunggu...
Rania Putri
Rania Putri Mohon Tunggu... Freelancer - raniaa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkuat Kerukunan di Tengah Kemajemukan: Mahasiswa KKN MIT ke-14 Kelompok 98 UIN Walisongo Semarang Adakan Seminar Moderasi Beragama

27 Juli 2022   22:56 Diperbarui: 28 Juli 2022   11:59 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikatakan pula bahwa perbedaan agama di desa kemawi 94% beragama Islam, sisanya ada yang menganut agama kristen, protestan serta ada beberapa warga yang menganut aliran kepercayaan seperti sapta dharma, pangestu tunggal, sapto dadi. 

Selanjutnya pemateri juga menerangkan mengenai penyebab kemajemukan di desa kemawi yang salah satu contohnya adalah adanya transmigrasi lokal dari tentara AD yang purna tugas serta adanya perkawinan silang.

Selain itu, Bapak Bambang Kuswadi selaku pemateri juga banyak menjelaskan mengenai faktor yang menjadikan keharmonisan masyarakat ditengah keberagaman yang ada termasuk didesa kemawi baik faktor internal maupun eksternalnya.

“Meskipun desa kemawi kaya akan keberagaman namun secara umum desa kemawi termasuk desa yang damai. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor baik internal maupun eskternal. 

Adapun faktor internal penyebab kerukunan di desa kemawi adalah karakter asli masyarakat yang suka kedamaian dan ketentraman, kekerabatan yang dekat antar penduduk, tradisi lokal yang melibatkan segenap masyarakat, peran tokoh masyarakat, agama, dan pemerintahan yang mampu memiasi setiap permaslaahan yang ada dengan jalan kekeluargaan, dan lain sebagainya” ujarnya

Pemahaman agama yang benar dalam diri setiap warga juga mempengaruhi perspektif warga mengenai agama dan cara beragama. Adanya sikap toleransi dan moderasi beragama yang tinggi di Desa kemawi dapat dijadikan contoh bagi warga desa lain agar tercipta kerukunan dan keharmonisan sebgaimana yang dinginkan. 

Hal ini sangat penting dipahami terlebih lagi bagi para generasi muda yang hidup ditengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

“Dipercaya atau tidak anak-anak zaman sekarang lebih mendewakan media sosial sebagai panutan atau guru dalam mempelajari berbagai hal termasuk agama. Sebagai orang tua kita harus senantiasa mengawasi anak-anak kita ketika bermain hp untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. 

Selain itu pesan saya untuk mbak-mbak dan mas-mas sebagai mahaiswa harus lebih berhati-hati dalam menerima informasi dari media sosial. Kita harus lebih bijak dalam bermedia sosial, informasi yang didapat dari media sosial tidak boleh diterima mentah-mentah, 

tetapi kita harus pandai memilah dan memfilter informasi tersebut serta mencari tahu kebenarannya karena di zaman sekarang banyak oknum-oknum yang tidk bertanggungjawab dan menyebarkan informasi yang salah dimedia sosial termasuk dalam hal agama” tutur beliau

Dokpri
Dokpri
Kegiatan seminar ini berlangsung kurang lebih selama 2 jam ang diikuti oleh mahasiswa UIN Walisongo Semarang dan masyarakat umum. Selama kegiatan berlangsung banyak pertanyaan dari para peserta mengenai topik yang diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ini disambut hangat oleh para peserta dengan sntusiasme yang sanagat luar biasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun