"Apa yang kamu maksud adalah "laki laki" itu?
"Iya," kataku
"Ada apa dengan laki-laki itu?"
"Laki-laki itu teman mainku... dulu..."
"Lalu apa yang terjadi sampai kamu berani berkata dulu? Ceritakan tentang lak-laki itu."
"Laki-laki itu adalah teman mainku, kita selalu menghabiskan waktu di sini. Dia selalu datang dan membawa mainan baru. Dia selalu membuka jendela ini, dan membiarkan angin serta sinar matahari masuk," kisahku. "Dia juga selalu menenangkan ketika mainanku rusak, kalau ada petir atau gledek dia selalu menutup kupingku. Kalau ada orang lain mengejek atau menggangguku, dia selalu memelukku dan membuat mereka takut."
"Mengapa dia tidak disini sekarang?" tanyanya lagi.
"Saat itu, mamaku membelikanku boneka baru, dan laki-laki itu juga datang membawa robot. Pertamanya kita membuat cerita tentang bonekaku yang dijaga oleh robot laki-laki itu, tapi cerita itu menjadi berubah saat baterai robot habis. Aku kesel karena bonekaku jadi mati ditembak musuh. Akupun menamatkan kisah itu dan hanya bermain dengan bonekaku," kuceritakan apa yang terjadi kala itu.
"Lalu?"
"Laki-laki itu hanya melihatku dan menunduk. Pelan-pelan dia berjalan mundur menuju pintu masuk. Dan aku melihat ke arahnya." Aku menghela nafas. "Lalu dia bilang dadaaah... dan hilang. Aku beranjak dan berlari menuju pintu itu untuk mengatakan kalau permainan kita belum tamat.Tapi terlambat, pintu itu sudah tertutup dan dia tidak pernah mengetuk pintu itu lagi."
"Jadi begitu. Karna itu kamu membiarkan pintumu tertutup dan jendelamu terbalut kabut?" temanku ingin tahu.