Mohon tunggu...
raniainsyarah
raniainsyarah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

memasak

Selanjutnya

Tutup

Analisis

makanan khas riau gulai ikan patin

2 Januari 2025   21:07 Diperbarui: 2 Januari 2025   20:05 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

MAKANAN KHAS RIAU GULAI IKAN PATIN
RANIA INSYARA
Mahasiswa Program studi Administrasi Bisnis, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas islam Riau
Jl.kaharudin Nasution No.113 perhentian marpoyan Pekanbaru, Riau,indonesia
90221
Email:raniainsyara@student.uir.ac.id
Abstrak. Ikan patin ini merupakan ikan yang sedang dibudidayakan di Pokdakan
Kelurahan Rumbai Bukit Kecamatatan Rumbai Kota Pekanbaru, dengan jumlah
produksi 3-6 ton setiap panen. Untuk mengatasi kelimpahan produksi dan
memperpanjang masa simpan maka dilakukan usaha diversifikasi olahan hasil
perikanan dalam pembuatan snack. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini adalah memberikan kemampuan dan keterampilan praktis kepada
masyarakat kelurahan Rumbai Bukit Pekanbaru dalam pembuatan snack ikan patin
aneka flavour yang bernilai gizi tinggi sehingga dapat meningkatkan konsumsi
protein ikan bagi anggota keluarga dan diharapkan dapat mengembangkannya dalam
bentuk industri skala rumah tangga atau kelompok industri kecil di daerah ini
sehingga dapat membantu perekonomian keluarga. Metode yang digunakan berupa
metode survey, wawancara, observasi, ceramah, diskusi dan pelatihan pengolahan
snack ikan. Hasil yang didapat bahwa masyarakat Kelurahan Rumbai Bukit sangat
antusias mengikuti kegiatan pelatihan ini. Berdasarkan post test yang diberikan 95%
masyarakat telah dapat membuat produk olahan ikan berupa snack ikan baik secara
perorangan maupun kelompok, mengetahui teknik pengemasan dan pelabelan
produk.
Kata kunci: cemilan sehat; ikan patin; rumbai bukit; snack ikan
Abstract. This catfish is a fish that is being cultivated in Pokdakan, Rumbai Bukit
village, Rumbai DIstrict, Pekanbaru City, with production of 3-6 tons per harvest.
To overcome the abundance of production and extend the shelf life, adiversified
processing of fishery products is carried out in making snacks. The purpose of this
community service is to provide the ability and practical skills to the community of
Rumbai Bukit Village Pekanbaru in making snacks of various flavors of catfish with
high nutritional value so that they can increase fish protein consumption for family
members and are expected to develop it in the form of a household industry or small
industry groups in this area so that it can help the family economy. The method used
is a method of survey, interview, observation, lecture, discussion and training on
processing fish snacks. The results obtained were that the community of Rumbai
Bukit Village was very enthusiastic in participating in this training activity. Based
on the post test, 95% of the community has been able to make processed fish
products in the form of fish snacks both individually and in groups, knowing the
product packaging
and labeling techniques.
Keywords: catfish; healthy snack
rumbai bukit village; snack
1. PENDAHULUAN
Ikan Patin ternyata tidak hanya bisa
diolah menjadi sajian sedap seperti
digoreng atau masakan berkuah
dengan bumbu pedas. Jika diolah
dengan kreatif dan baik Ikan Patin bisa
disulap menjadi abon Ikan Patin
dengan nilai ekonomi yang sangat
menggiurkan (Masrifah &
Karyono,2022). Bahkan, saat ini abon
Ikan Patin hasil buatannya telah
mampu menembus pasar sampai di
luar Jawa bukan hanya konsumsi lokal.
Peluang bisnis abon Ikan Patin ini
sangat besar, karena harganya yang
lebih murah dan ekonomis, serta bahan
baku yang gampang di dapatkan.
Dibandingankan dengan abon daging
yang lebih mahal, sementara abon Ikan
Patin lebih terjangkau buat kalangan
masyarakat menengah bawah. Tapi
siapa sangka bila ternyata citarasa
abon Ikan Patin tidak kalah enak
dengan abon sapi. Banyak orang
yang menyukai produk abon Ikan
Patin ini, inovasi dengan memakai
bahan dasar Ikan Patin sebagai raw
material buat abon Ikan Patin, yang
belum banyak dikenal oleh
masyarakat luas. Budidaya Ikan
Ikan Patin yang melimpah sangat
mendukung pengembangan usaha
kecil terutama buat Ibu Rumah
Tangga untuk meningkatkan
pendapatan dalam membantu
ekonomi keluarga. Namun
melimpahnya hasil budidaya ikan
Ikan Patin kerap tidak ditunjang
dengan pemasaran serta kestabilan
harga, sehingga banyak peternak
Ikan Patin yang jatuh bangkrut
(Sundari et al., 2017). Kondisi
seperti itulah yang menjadi sebuah
keprihatinan tersendiri bagi kami
sebagai tim pengabdian
masyarakat, sehingga tim terpikir
sebuah ide bisnis untuk membuat
olahan ikan Ikan Patin yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi
dan bisa dijual secara kemasan.
Akhirnya tim memutuskan
memberikan pelatihan kepada Ibi ibu
PKK, didaerah Sukolilo untuk
mengolaikan Ikan Patin menjadi abon
Ikan Patin Pada pelatihan pertama
akan diberikan keterampilan untuk
mengurangi kandungan minyak pada
abon Ikan Patin yang begitu tinggi.
Kandungan minyak pada Ikan Patin
membuat abon pun akan cepat basi dan
berbau tidak enak. Untuk mengurangi
minyak ikan Ikan Patin dipergunakan
mesin prestangan atau spinner yang
bisa mengurangi kandungan minyak
dalam abon Ikan Patin. Respon pasar
untuk abon Ikan Patin ini sangat positif
dan lumayan bagus. Permintaan pasar
pun juga terus mengalir. Abon Ikan
Patin di pasaran dijual dengan harga
Rp 30.000 setiap kemasan plastiknya
seberat 100 gram, ini menjadi peluang
bagi masyarakat yang ingin
mendapatkan tambahan pendapatan
terutama buat ibu Rumah Tangga agar
bisa membantu ekonomi keluarga
(Riani, 2023) .
Melihat hasil yang memuaskan,
selain peluang pasar yang
terbuka lebar, bisnis sampingan
membuat abon Ikan Patin juga
tidak membutuhkan modal yang
besar pada tahapan awalnya.
Hal ini didukung oleh harga
ikan Ikan Patin di Surabaya
yang relatif murah yaitu hanya
Rp 30 rb perkilogramnya. Setiap
satu kilogram ikan Ikan Patin
dapat menghasil 3 ons abon atau
3 kemasan. Setiap 1 kemasan
dijual Rp 20.000 sehingga
keuntungan kotor yang didapat
tiga kali lipat. Keuntungan
tersebut dikurangi biaya untuk
pembelian minyak goreng dan
juga plastik untuk kemasan.
Selain daging ikan Ikan Patin
yang diolah menjadi abon, kulit
Ikan Patin juga bisa
dimanfaatkan menjadi keripik.
Namun, jumlahnya masih
sangat terbatas karena dari 10 kg
ikan Patin hanya bisa
menghasilkan keripik kulit
sekitar 15 bungkus dengan berat 100
gram. Namun, seiring dengan
permintaan dari konsumen yang terus
meningkat dan pemasaran yang
semakin meluas ke kota-kota besar
seperti pemasaran di Kalimantan,
Gresik, Jember, Sidoarjo, malang dan
Surabaya kebutuhan akan bahan baku
ikan Ikan Patin pun semakin
bertambah. Setiap harinya rata-rata
dari penjualan abon ikan patin Ikan
Patin bisa menghasilkan penjualan
kotor sebesar Rp 500.000 hingga Rp
700.000, dengan omzet 3- 5 jt per
minggu. Abon Ikan Patin yang terlihat
masih sangat sederhana ternyata sudah
mampu bersaing dengan Abon Daging
Sapi dan bisa dipasarkan di beberapa
Kota di Jawa dan Luar Jawa.
Walaupun jumlahnya masih belum
begitu banyak (Trimurti et al., 2023).
Dengan bekal keterampilan yang baik,
diharapkan masyarakat akan mampu
memecahkan proble kehidupan yang
dihadapi, termasuk mencari atau
menciptakan pekerjaan bagi mereka.
Untuk mewujudkan hal ini, perlu
diterapkan prinsip pendidikan berbasis
luas yang memberikan bekal learning
how to learn sekaligus learning how to
unlearn untuk memecahkan problema
kehidupan sehari-hari (Cahyani &
Setyawati, 2017).
Berbicara tentang ikan Ikan Patin
tentu yang terbayang adalah menu
masakan yang olahannya biasa
digoreng atau dibakar. Jika melihat
dari persepsi itu kemudian
dibandingkan dengan hasil produksi
ikan Patin tentu akan banyak kerugian
yang diderita oleh para pengusaha ikan
Patin. Sebab konsumsi ikan Patin tentu
jauh lebih sedikit dari pada menu
masakan yang lainnya. Oleh sebab itu
muncullah inovasi baru terkait dengan
pengolahan ikan Patin yaitu
Abon Ikan Patin. Banyak orang yang
belum tahu tentang abon Ikan Patin,
hal ini karena dalam frame yang
terbentuk di masyarakat abon itu
adalah dari daging sapi. Abon Ikan
Patin secara rasa tentu tidak kalah dari
abon daging sapi dan realita yang
berkembang bahwa abon Ikan Patin
justru lebih disukai karena
mengandung banyak protein dan
rendah lemak (Ir
Rabiatul Adawyah, 2023).
Ikan patin seperti ikan pada umumnya,
merupakan sumber zat gizi yang baik
untuk masyarakat. Hasil analisis
proksimat, dalam daging ikan patin
terdapat kadar air 75,75-79,42
persen,kadar protein 12,94-7,59
persen, kadar lemak 1,81-6,57 persen,
dan kadar abu 0,16-0,23 persen.
Nutrisi daging ikan patin yang cukup
tinggi adalah protein dan asam amino
esensial. Daging ikan patin juga
mengandung lisin dan arginine yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan
protein susu dan daging. Susunan
kimiawi daging ikan patin dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor, seperti
jenis ikan, pakan, umur, musim, serta
lokasi budidaya. Daging ikan patin
mengandung lisin dalam jumlah
banyak. Lisin merupakan asam amino
esensial yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh sebagai bahan dasar antibodi,
memperlancar sistem sirkulasi, dan
mempertahankan pertumbuhan sel-sel
normal (Fitriyani et al., 2020).
Bersama polin dan vitamin C, lisin
akan membentuk jaringan kolagen
serta mampu menurunkan kadar
trigliserida darah yang berlebih. Oleh
karena itu, lisin sangat dibutuhkan
tubuh untuk menjaga daya tahan.
Tubuh yang kekurangan lisin bisa
menyebabkan mudah lelah, sulit
berkonsentrasi, rambut rontok,
anemia, pertumbuhan terhambat, dan
gangguan reproduksi (Lubis &
Syaputra, 2020).
Adapun arginine yang terkandung
dalam daging ikan patin merupakan
asam amino nonesensial, tetapi
dibutuhkan tubuh dan disintesis dalam
jumlah terbatas sehingga kadang
dibutuhkan dari sumber makanan.
Peranan arginine sangat penting untuk
meningkatkatkan imunitas
,mempercepat proses penyembuhan
luka, meningkatkan kemampuan untuk
melawan kanker, dan menghambat
pertumbuhan tumor. Nutrisi lainnya
yang terdapat di dalam daging ikan
patin adalah mineral sodium yang
cukup tinggi, sekitar 222-594 mg/100
gram, kalium 330-340 mg/100 gram,
magnesium 11,9-12,3 mg/100 gram,
dan kalsium 5,50-10,10 mg/100 gram.
Kandungan lemak dalam daging ikan
patin juga tergolong rendah, bahkan
lebih rendah dibanding daging ayam
dan sapi. Ikan patin juga mengandung
omega-3 meskipun lebih rendah
daripada ikan laut. Omega-3 yang
terkandung lebih didominasi oleh
DHA, sedangkan kandungan EPA-nya
cukup kecil, yakni kurang
dari 1 persen.
B. PEMBAHASAN
Produk olahan ikan patin yang terdiri
dari fillet ikan patin, kepala ikan patin,
tulang ikan patin, hingga kulit ikan
patin yang berkualitas tinggi telah
tersedia untuk Anda. Ikan patin
merupakan sumber protein yang baik.
Rasanya yang gurih dan lembut
membuat banyak orang yang
menggemarinya. Hampir seluruh
bagian ikan patin dapat dikonsumsi.
Daging dan kepala ikan patin dapat
diolah menjadi masakan yang lezat,
sedangkan bagian tulangnya dapat
menjadi kaldu ikan yang juga sama
lezatnya. Ikan patin sudah menjadi
bahan dasar favorit untuk jenis
makanan yang ada di Indonesia dan
terbukti disukai oleh kalangan
masyarakat. Produk dalam istilah
pemasaran (marketing) adalah bentuk
fisik barang yaang ditawarkan dengan
seperangkat citra (image) dan jasa
(service) yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan.Produk dibeli
oleh konsumen karena dapat
memenuhi kebutuhan tertentu atau
memberi mamfaat tertentu.
Kharateristik produk tidak hanya
meliputi aspek fisik produk tetapi juga
aspek nonfisik seperti citra dan jasa
yangtidak dapat dilihat, Menurut Juran
(2010) mengatakan kualitas adalah
apapun yang menjadi kebutuhan dan
keinginan konsumen.Kualitas produk
(produk quality) adalah kemampuan
suatu produk untuk melaksanakan
fungsinya meliputi daya,tahan,
keandalan, ketepatan, kemudahan
operasi, dan perbaikan, serta atribut
bernilai lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh peneliti sendiri tahun
2020 dengan judul Strategi
Pengembangan Kuliner Lokal Olahan
Ikan Patin sebagai daya tarik wisata di
Desa Wisata Kampung Patin Desa
Koto Masjid Kabupaten Kampar
Kecamatan XIII Koto Kampar
Provinsi Riau. Diketahui bahwasanya
terdapat peningkatan kunjungan
wisatan local maupun nasional Dan
dapat meningkatkan nilai jual ikan
patin dan pemanfaatan hasil panen
ikan patin dengan memvariasikan
produk olahan ikan patin. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya antusias
masyarakat tentang pelatihan
memvariasaikan produk olahan ikan
patin, masyarakat bersemangat untuk
mempraktekannnya, dan hasilnya
dapat dijual ditempat objek-objek
wisata yang ada di kampung patin
Desa Koto Mesjid Kecamatan
Xiii Koto Kampar.
Ikan patin merupakan salah satu
spesies ikan budidaya air tawar yang
saat ini menjadi primadona komoditas
ekspor. Perkembangan budidaya ikan
patin di Indonesia semakin pesat,
terutama di daerah Jawa Barat,
Sumatera Selatan, Jambi, Riau,
Squalen Vol. 3 No. 1, Juni 2008
Bengkulu, Lampung, dan Kalimantan.
Perkembangan budidaya yang cukup
pesat tersebut terutama dipicu oleh
peluang pasar yang masih terbuka
terutama untuk ekspor. Permintaan
daging ikan patin yang berwarna putih
sangat besar dan terus meningkat.
Salah satu jenis spesies ikan patin asli
Indonesia yang telah berhasil
dibudidayakan dan berdaging putih
adalah patin jambal (Pangasius
djambal Bleeker). Namun karena
fekunditas dan daya tetas telurnya
rendah, maka produksi massal benih
ikan patin jambal ini sulit dilakukan.
Oleh karena itu, Loka Riset Pemuliaan
dan Teknologi Budidaya Perikanan Air
Tawar (LRPTBPAT) Sukamandi telah
membuat hibrid ikan patin jenis
Pasopati. Ikan patin ini merupakan
hasil silangan antara ikan patin siam
(Pangasius hypothalamus) yang
mempunyai daging berwarna
kekuning-kuningan, diintroduksi dari
Thailand dan telah berkembang di
Indonesia, dengan ikan patin jambal
yang mempunyai daging yang
berwarna putih. Ikan patin pasopati
mempunyai keragaan yang baik
dengan daging berwarna putih,
pertumbuhan yang cepat, daya
toleransi kualitas air yang baik,
resistensi patologis, serta
memungkinkan untuk diproduksi
secara besar-besaran sehingga
potensial sebagai komoditas andalan
baru perikanan budidaya (Tahapari et
al.,2007).
Menurut data statistik perikanan
budidaya tahun2001, produksi ikan
patin (dari budidaya kolam,keramba
dan jaring apung, serta sawah) adalah
sebesar 11.118 tonn. Produksi ikan
patin naik menjadi 32.375 ton pada
tahun 2005, tetapi pada tahun 2006
turun menjadi 31.490 ton (Anon.,
2007c). Pada tahun 2007 diharapkan
produksi dapat meningkat dengan
mulai digalakkannya produksi
budidaya ikan patin di beberapa
daerah. Pasar ikan patin sangat
menjanjikan. Vietnam yang
merupakan negara penghasil ikan patin
terbesar telah mengekspor fillet ikan
patin ke-65 negara tujuan. Pada tahun
2006 volume ekspor ikan patin naik
dua kali lipat bila dibandingkan
dengan tahun 2005. Data ekspor ikan
patin Vietnam pada tahun 2005--2006
dapat dilihat pada Gambar 1. Uni
Eropa merupakan pasar utama untuk
ekspor ikan patin dengan volume
sebesar 11.118 ton. Produksi ikan patin
naik menjadi 32.375 ton pada tahun
2005, tetapi pada tahun 2006 turun
menjadi 31.490 ton (Anon., 2007c).
Pada tahun 2007 diharapkan produksi
dapat meningkat dengan mulai
digalakkannya produksi budidaya ikan
patin di beberapa daerah.
Pasar ikan patin sangat menjanjikan.
Vietnam yang merupakan negara
penghasil ikan patin terbesar telah
mengekspor fillet ikan patin ke-65
negara tujuan. Pada tahun 2006
volume ekspor ikan patin naik dua kali
lipat bila dibandingkan dengan tahun
2005. Data ekspor ikan patin Vietnam
pada tahun 2005--2006 dapat dilihat
pada Gambar 1. Uni Eropa merupakan
pasar utama untuk ekspor ikan patin
dengan volume ekspor mencapai
46,9%. Spanyol, Belanda, dan
Polandia merupakan negara
pengimpor fillet ikan patin dengan
volume yang cukup besar. Rusia
jugamerupakan pasar yang sangat
prospektif bagi ikan patin Vietnam.
Impor ikan patin meningkat secara
berarti pada tahun 2006. Amerika
Serikat dan Cina masing-masing
mengimpor 11% dan 9 % dari total
ekspor ikan patin Vietnam.
Peningkatan yang cukup signifikan
juga terjadi pada pasar India dan Timur
Tengah. Di Singapura, Malaysia, dan
Thailand fillet ikan patin kini diolah
lebih lanjut menjadi makanan siap olah
dan diekspor ke berbagai negara.
Sedangkan di Inggris, fillet ikan
patin diolah menjadi makanan siap saji
dan dipasarkan di jaringan retail
(Anon., 2007a).
A) Pembekuan ikan patin
Dalam perdagangan terdapat
bermacam-macam produk ikan patin
beku, yaitu ikan patin tanpa kepala dan
ekor (head and tail less ), fillet yang
belum dikuliti (skin on), fillet yang
sudah dikuliti (skin less), dan breaded
fillet ikan patin. Pembekuan adalah
proses pendinginan pada suhu yang
sangat dingin hingga hampir semua air
yang ada dalam fillet ikan patin
membeku. Umumnya pembekuan
dilakukan pada suhu --18oC atau lebih
rendah sehingga dapat membunuh 10--
95% total mikroba (Haryadi, 2007).
Produk ikan patin beku dapat disimpan
cukup lama, yaitu berbulan-bulan
bahkan bisa lebih dari 1 tahun. Selama
pembekuan, pertumbuhan
mikroorganisme dalam fillet ikan patin
akan terhambat. Faktor-faktor dasar
yang mempengaruhi mutu produk
akhir fillet beku adalah mutu bahan
baku, penanganan sebelum
pembekuan, metode dan kecepatan
pembekuan, suhu penyimpanan dan
fluktuasi suhu, waktu penyimpanan,
kelembaban lingkungan penyimpanan,
serta sifat bahan kemasan yang
digunakan. Pembekuan dapat
dilakukan dengan cara memaparkan
produk dengan udara dingin (air blast
freezing), meletakkan ikan pada pelat
beku (contact plate freezer) dengan
cara mencelupkan produk atau
menyemprotkan cairan refrigeran CO2
dan nitrogen cair dingin ke produk
(cryogenic freezing), atau dengan cara
membekukan produk dengan larutan
garam yang didinginkan (Brine
immersion)(Fawzya et al., 2007).
Proses pembekuan harus dilakukan
dengan cepat, yaitu penurunan suhu
dari 0oC menjadi --5oC dalam waktu
tidak lebih dari 2 jam, kemudian
diteruskan dengan pembekuan dalam
cold storage sehingga suhumencapai --
30oC pada akhir pembekuan. Ikan
patin biasanya diolah dari ikan yang
masih hidup, sehingga kesegaran dan
mutu hasil olahan sangat baik apabila
proses pembekuannya dilakukansecara
cepat. Akan tetapi perlu diperhatikan
bahwa dalam industri pengolahan ikan
patin untuk tujuan ekspor, terutama
ekspor ke Uni Eropa, penerapan GMP,
SSOP, serta HACCP harus dilakukan
untuk memberikan jaminan mutu dan
keamanan pangan.
B) Pengolahan Ikan Patin menjadi
Produk Siap Saji
Meningkatnya jumlah wanita pekerja
dalam era globalisasi ini menjadikan
produk siap saji menjadi pilihan
konsumen untuk santapan keluarga.
Menurut data pasar ikan internasional,
ikan yang diolah dalam bentuk siap
saji seperti breaded, bakso, nugget
mempunyai nilai tambah yang cukup
tinggi dibandingkan ikan dalam bentuk
mentah. Sementara permintaan produk
siap saji meningkat 22% selama 3
tahun terakhir, demikian juga nilai
tambah yang diperoleh. Ikan patin
merupakan salah satu jenis ikan yang
sangat cocok untuk diolah menjadi
surimi. Dagingnya 20 yang tebal dan
berwarna putih, serta dimungkinkan
diolah dari bahan baku ikan yang
masih hidup, akan menghasilkan
surimi yang bermutu tinggi Uji folding
test (uji daya lipat) terhada surimi yang
diolah dari daging ikan patin
menghasilkan grade AA dengan
kekuatan gel dapat mencapai lebih dari
1000 g/cm2 meskipun daging surimi
sudah disimpan selama 2 bulan dalam
cold storage (Suryaningrum et al.,
2007).
Proses pengolahan surimi dari daging
ikan patin memerlukan air yang
banyak karena kandungan lemak ikan
patin cukup tinggi. Surimi ikan patin
sebaiknya diolah dari ikan patin yang
sudah di-fillet dan dihilangkan
kulitnya (skin less). Surimi yang
diolah dari ikan patin yang masih ada
kulitnya (skin on) dapat menyebabkan
daging lumat ikan patin mengandung
serpihan-serpihan kulit yang terikut
ketika proses pelumatan daging
dengan menggunakan mesin meat
bone separator. Adanya serpihan kulit
ikan patin yang berwarna hitam pada
surimi merupakan benda asing yang
tidak dikehendaki dalam perdagangan.
Untuk membantu mengeluarkan lemak
dari daging ikan patin maka selama
pencucian ditambahkan natrium
C.KESIMPULAN
Tersedianya lahan produktif untuk
pengembangan budidaya ikan patin di
beberapa daerah, semestinya
mendorong Indonesia untuk mampu
tampil sebagai produsen ikan patin
seperti halnya Vietnam. Oleh karena
itu, peran strategis pemerintah (pusat
maupun daerah), lembaga riset,
swasta, serta perbankan diharapkan
dapat meningkatkan tumbuhnya
industri budidaya ikan patin yang
selama ini belum dioptimalkan. Selain
itu pengembangan budidaya ikan patin
dengan sistem sentra yang merupakan
pusat kegiatan budidaya di satu
kawasan/lokasi tertentu yang
menggunakan bibit, teknologi, sarana
yang sama, serta menghasilkan produk
yang sejenis perlu digalakkan. Dengan
sistem sentra ini, maka usaha budidaya
akan menjadi lebih efisien dan dapat
mencapai skala ekonomis untuk
berdirinya industri pengolahan ikan
patin, penanganan limbah dapat
terkendali, dan mudah untuk
melakukan pembinaan atau inovasi.
Tumbuhnya sentra budidaya ikan patin
ini akan meningkatkan perekonomian
nasional melalui penerimaan devisa
dan membuka lapangan kerja baik
disektor budidaya (hatchery dan
pembesaran), pengolahan dan
pemasaran sebagai sumber pendapatan
bagi ribuan nelayan serta pembudidaya
ikan. Pengembangan budidaya ikan
patin dan inovasi produk olahan ikan
patin diharapkan mampu mengisi
kebutuhan pasar di Uni Eropa, Rusia,
Timur Tengah, Australia, dan Amerika
yang saat ini didominasi oleh ikan
patin "basa" dari Vietnam.
DAFTAR PUSTAKA
(Sari et al. 2019)Masyarakat
Pemberdayaan, Melalui
Program, Pelatihan Pembuatan,
Abon Ikan, Patin Di, Kelurahan
Semolowaru, Kecamatan
Sukolilo, et al. 2024.
"Pemberdayaan Masyarakat
Melalui (Sri Umiyat, Dkk.) | 51
Nanggroe." Nanggroe : Jurnal
Pengabdian Cendikia 3(3): 51--
60.https://doi.org/10.5281/zeno
do.12105652.
Sari, N Ira, Dian Iriani, Bustari
Hasan, and Tjipto Leksono.
2019. "Pengolahan Snack Ikan
Patin Sebagai Cemilan Sehat Di
Kelurahan Rumbai Bukit
Kecamatan Rumbai Kota
Pekanbaru." Unri Conference
Series: Community
Engagement 1: 663--69.
doi:10.31258/unricsce.1.663-
669.
Suryaningrum, Theresia Dwi.
2008. "Ikan Patin: Peluang
Ekspor, Penanganan
Pascapanen, Dan Diversifikasi
Produk Olahan." Squalen
Bulletin of Marine and
Fisheries Postharvest and
Biotechnology 3(1): 16.
doi:10.15578/squalen.v3i1.166.
Suryaningrum, Theresia Dwi,
Suryanti Suryanti, Rodiah
Nurbaya Sari, Ema Hastarini,
and Diah Lestari Ayudiarti.
2022. "Pengaruh Perendaman
Dengan Asam Cuka Dan
Sodium Bikarbonat, Serta
Perlakuan Blansing Terhadap
Karakteristik Keripik Kulit
Ikan Patin (Pangasius
Hypophthalmus)." Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan 17(1):
63.
doi:10.15578/jpbkp.v17i1.799.
Yanti, Delfi, and Maryantina
Maryantina. 2021. "Strategi
Pengembangan Kuliner Lokal
Untuk Meningkatkan Kualitas
Produk Olahan Ikan Patin Di
Kampung Patin Desa Koto
Masjid Kabupaten Kampar
Kecamatan Xiii Koto Kampar
Provinsi Riau." Jurnal Daya
Saing 7(2): 174--84.
doi:10.35446/dayasaing.v7i2.6
75.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun