Kelompok 124 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya di Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, berupaya untuk menyelesaikan permasalahan terkait sampah di Desa Ngadilangkung, terutama permasalahan terkait limbah atau sampah rumah tangga. Kelompok 124 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Desa Ngadilangkung, berupaya untuk memberikan sebuah solusi terkait permasalahan mereka, yakni melakukan sosialisasi serta pelatihan terkait Eco-Enzyme.
Eco-Enzyme merupakan sebuah cairan multifungsi yang berasal dari beberapa enzim serta mikroorganisme. Eco-Enzyme berasal dari beberapa campuran-campuran zat kimia beserta dengan beberapa bahan-bahan yang bisa didapatkan dari limbah rumah tangga, seperti sampah sisa makanan, sampah sayuran, sampah buah-buahan, sampah organik, dan lain sejenisnya yang tentu bisa didapatkan dari sisa-sisa pengolahan kegiatan rumah tangga. Selain itu, terdapat beberapa bahan yang harus dibeli seperti molase (berbahan dasar dari tebu). Sisanya tentu saja sampah-sampah rumah tangga yang sudah disebutkan diatas.
Sebelum mengenal lebih jauh, tentunya kita ingin membahas sedikit terkait siapa yang menemukan Eco-Enzyme. Eco-Enzyme, ditemukan oleh seorang profesor yang berasal dari negara gajah putih atau Thailand, yang bernama Dr. Rosukong Poonpamvong, yang merupakan seorang pendiri asosiasi pertanian di Negara Thailand. Beliau meneliti mengenai bagaimana mencari cara agar limbah bisa diolah serta dimanfaatkan.
Setelah kita membahas sedikit terkait dengan sejarah dari cairan ramah lingkungan ini, tentunya kita akan membahas terkait manfaat dari cairan serbaguna ini. Pertama yaitu sebagai salah cara mengurangi sampah dan limbah di lingkungan, yang bertujuan agar lingkungan sekitar semakin lebih bersih, hijau, serta terhindar dari potensi berbahaya yang bisa ditimbulkan dari limbah rumah tangga seperti penyakit, bencana, dan lain sebagainya. Selain itu, cairan multifungsi ini juga bisa juga digunakan sebagai alat pembersih maupun obat seperti sabun mandi, sabun pencuci piring, pembersih lantai, antiseptik luka, selain itu membantu menumbuhkan tanaman sebagai pupuk, dan lain sebagainya.Â
Sesudah kita membahas manfaat, kami akan sedikit membahas terkait bagaimana cara membuat cairan Eco-Enzyme, serta bahan apa saja yang diperlukan. Alat dan bahan yang diperlukan diantaranya yaitu air, molase (tetes tebu), wadah plastik, limbah buah-buahan atau limbah sisa sayuran. Caranya yaitu cukup dengan mencampurkan semua bahan, lalu nantinya ditutup dengan rapat, dan diberi perekat agar udara tidak bisa masuk dan tidak mengganggu proses fermentasi, serta diberi label tanggal pembuatan agar nantinya mempermudah ketika panen. Catatan yang harus diperhatikan adalah ketika melakukan pembuatan Eco-Enzyme, tentunya minimal harus didiamkan selama 3 bulan, jika kurang dari itu hasilnya akan kurang maksimal. Selain itu, Eco-Enzyme ini sebaiknya tidak diperjualbelikan, seperti anjuran dari sang penemu cairan ini, agar dunia ini semakin ramah lingkungan.
Setelah kita membahas semua teknis dan sejarah dari Eco-Enzyme, kami akan sedikit memaparkan bagaimana reaksi dari masyarakat Ngadilangkung. Selama sosialisasi, mereka tentunya sangat antusias, karena kegiatan ini merupakan cara untuk mengolah limbah rumah tangga agar tidak mengotori lingkungan, dan kedua, langkah-langkah serta alat dan bahan yang dibutuhkan terbilang cukup mudah ditemui. Antusiasme warga terlihat ketika sesi quiz yang diberikan oleh pemateri sosialisasi, serta proses praktik yang dilakukan juga ketika sosialisasi berlangsung.
Program kerja yang dilakukan oleh kelompok 124 Mahasiswa Membangun Desa di Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang ini tentunya bertujuan agar masyarakat di desa tersebut memiliki cara mengolah limbah rumah tangga mereka, agar lingkungan mereka semakin sehat dan asri. Antusiasme warga tentunya merupakan suatu pertanda bahwa mereka sangat menginginkan sebuah solusi dari masalah yang ada selama ini yakni bagaimana cara mereka untuk mengolah limbah rumah tangga agar tidak mengganggu lingkungan serta mendapatkan manfaat di balik pengolahan tersebut.
Penulis: Ilham Dwi GustianÂ