Mohon tunggu...
Raniah Oktariza Imani
Raniah Oktariza Imani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Implikasi Pembelajaran: Teori Jerome S. Bruner

28 Oktober 2023   11:43 Diperbarui: 28 Oktober 2023   12:24 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.nytimes.com/2016/06/09/science/jerome-s-bruner-who-shaped-understanding-of-the-young-mind-dies-at-100.html

Kita mungkin akan setuju dengan pernyataan bahwa selama kita hidup kita masih belajar. Apalagi bagi mereka yang masih berstatus pelajar, calon guru atau guru itu sendiri, pembelajaran literasi tentunya semakin erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kita pada dasarnya mengikuti hampir semua teori tentang belajar, namun seringkali kita tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan sebenarnya ada teorinya. Teori Bruner merupakan teori pembelajaran matematika yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap operasional, tahap simbolik, dan tahap simbolik. Fase aktif merupakan fase pembelajaran dimana siswa mempunyai kesempatan untuk memanipulasi  secara langsung benda-benda konkrit.

Jerome Seymour Bruner lahir pada tanggal 1 Oktober 1915 di New York. Bruner terlahir buta dan tidak bisa melihat sampai operasi katarak saat masih kecil. Ia lulus dari program penelitian psikologi di Duke University pada tahun 1937. Kemudian, Bruner juga  memperoleh gelar master pada tahun 1939 dan gelar doktor pada tahun 1941 dari Universitas Harvard. Pada tahun 1960, Bruner dan George Miller mendirikan Pusat Penelitian Kognitif di Universitas Harvard. Keduanya  yakin bahwa psikologi harus berkaitan dengan proses kognitif yang memiliki bentuk berbeda pada manusia dan bagaimana pemikiran tersebut  disusun ke dalam sintaksis logis. Hal ini kemudian memantapkan kontribusi besar Bruner sebagai pionir aliran psikologi kognitif yang mendorong perhatian pendidikan terhadap pentingnya perkembangan berpikir.

Teori Belajar Bruner Bruner memberikan lebih banyak wawasan tentang perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasikan pengetahuan. Landasan dasar teori ini menganggap manusia sebagai pengolah, pemikir, dan  pencipta informasi. Menurutnya, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia  menemukan banyak hal baru di luar informasi yang diberikan kepadanya.. Teori Bruner berkaitan dengan aktivitas belajar manusia yang tidak berhubungan dengan usia atau tahap perkembangan. Pendekatan belajar Bruner didasarkan pada dua asumsi, yaitu asumsi pertama bahwa perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif dan asumsi  kedua bahwa orang  mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan dan diperoleh sebelumnya.

Perkembangan teori ini diawali dengan percobaan yang dilakukan oleh Kohler pada seekor simpanse (sejenis monyet hitam) di sebuah fasilitas konservasi hewan di Pulau Tenerive  di Kepulauan Canary. Simpanse pertama kelaparan di kandang dengan jeruji dan pisang ditempatkan di luar.. Di dekat pisang ia meletakkan sebuah tongkat dan dengan tongkat itu ia dapat meraih pisang tersebut.. Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui apakah hewan dapat melihat hubungan bermakna antara tongkat dan pisang. Tidak perlu melalui jalur dan penanganan. Tiba-tiba binatang itu. Lihatlah keterkaitan arti stik pisang  dan segera ambil stik pisang tersebut untuk mendapatkan pisang tersebut. Pada eksperimen lain, situasinya lebih rumit namun  tetap berhasil, kecuali beberapa eksperimen dengan situasi yang  lebih rumit. Eksperimen Kohler menyimpulkan bahwa proses belajar bukanlah hasil jejak, kesalahan atau pengaturan rangsangan, tetapi belajar adalah hasil kemampuan menganalisis situasi yang ditemui dalam keseluruhan yang bermakna untuk diketahui dan dipahami. Semakin jelas makna suatu keadaan, maka proses pembelajaran akan semakin mudah dan cepat. Dari percobaan tersebut disimpulkan bahwa belajar merupakan hasil kemampuan kognitif (kecerdasan, pemahaman, pemahaman, dan lain-lain) dan bukan hasil mekanisme reaksi atau rangsangan, sehingga teori kognitif ini mencapai puncaknya pada Browner. (Buto, n.d.)

Konsep ini lebih dikenal dengan konseptualisme instrumental yang dipelopori oleh Jerome S. Bruner, dimana pembelajaran pada awalnya tidak berlangsung karena adanya rangsangan dari luar (S), tetapi situasi yang dihadapi mengandung pemahaman/konsep, prinsip dan kaidah yang spesifik dan ringkas.. Situasi seperti ini cenderung mendorong orang untuk memahami, mengeksplorasi prinsip, menarik kesimpulan, dan mencobanya. Eksperimen di atas menunjukkan bahwa Bruner hanyalah seorang epistemolog yang menggunakan hasil eksperimen orang lain untuk memperkuat teori yang sudah ada. Meski hanya  memperkuat atau meniru hasil orang lain, namun ia berusaha memberikan pemahaman  mendalam tentang pembelajaran kognitif melalui teorinya atau yang disebut dengan pembelajaran penemuan.

Bruner menjelaskan empat tema pendidikan. Tema  pertama menjelaskan  pentingnya struktur pengetahuan, kemudian tema  kedua kemauan belajar, dan tema  menekankan pada nilai intuisi dalam proses pendidikan. Topik terakhir menyangkut motivasi atau keinginan untuk belajar dan berbagai cara yang dapat digunakan guru untuk merangsang motivasi ini. Teori Bruner tidak hanya berfokus pada perkembangan kognitif tetapi juga pada aspek emosional dan psikomotorik, yang harus dimasukkan dalam proses belajar-mengajar. Penggunaan prinsip pembelajaran penemuan dapat meningkatkan perkembangan kognitif, kemandirian, dan kemampuan pemecahan masalah  siswa.  Interaksi antara guru dan siswa sangat penting untuk perkembangan kognitif, dan interaksi sistematis diperlukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif individu (Anidar, 2017).

Menurut Bruner, perkembangan positif seseorang  melalui tiga tahap yang ditentukan oleh cara mereka memandang kondisi lingkungan. Pertama adalah tahap aktif, yaitu tahap  seseorang melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mempelajari lingkungan hidup.Tahap ini lebih dominan terjadi pada anak usia  5 sampai 7 tahun, misalnya anak sudah aktif dalam mengemudikan mobil.. mesin, yang kedua adalah tahap simbolik, yaitu tahap di mana seseorang melihat dunia melalui gambar-gambar dari visualisasi verbal, seperti ketika memperkenalkan konsep pira mida, dll, dan Tahapan Tahap ketiga adalah tahap simbolik, khususnya tahap Abstraksi ide sangat dipengaruhi oleh bahasa dan logika, seperti pengenalan tangga nada musik melalui jungkat-jungkit.

Menurut Bruner, untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa harus melakukan proses konversi informasi dengan benar pada setiap tahapannya, menurutnya ada tiga tahap sebagai berikut:

  • Menyerap informasi, khususnya tahap awal dimana informasi diterima dari luar , informasi secara sederhana diartikan  sebagai ilmu.
  • Pengolahan informasi, khususnya menyesuaikan informasi yang diperoleh ke dalam klasifikasi yang obyektif.
  • Memverifikasi atau melakukan "pemeriksaan kesesuaian" atau keakuratan informasi yang diproses.

Sumbernya bermacam-macam, sehingga teori pembelajaran penemuan yang ditemukan  oleh Bruner mencakup pemahaman konsep, makna dan hubungan melalui proses intuitif (disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang) hingga akhirnya mencapai suatu kesimpulan  disebut pembelajaran penemuan. Bruner berpendapat bahwa pembelajaran penemuan berkaitan dengan pembelajar yang secara aktif mencari pengetahuan dan hal itu dengan sendirinya membawa hasil terbaik. Berusaha mencari solusi permasalahan sendiri akan menciptakan pengetahuan yang benar-benar bermakna dalam pembelajaran khususnya bagi siswa. Menurutnya reward (penghargaan dan hukuman) harus diperhatikan, harus  sesuai dengan kondisi proses belajar mengajar.. Perkembangan kognitif seseorang sangat ditentukan oleh proses yang dilaluinya, melalui peristiwa, lingkungan dan simbol serta melalui bantuan kata-kata yang kemudian dapat menjadi kesimpulan pengetahuan dan meningkatkan sumber daya kognitif seseorang

Menurut Brunner, pembelajaran dapat menciptakan situasi yang memungkinkan individu mempelajari dirinya sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan baru dan kemampuan mereka sendiri.. Dari sudut pandang  psikologi kognitif, metode yang dianggap efektif untuk meningkatkan  kualitas hasil pendidikan adalah dengan mengembangkan program pembelajaran yang mampu mengoptimalkan keterlibatan mental dan intelektual siswa peserta didik pada setiap  jenjang pembelajaran. Proses pembelajaran didasarkan pada beberapa prinsip :

  • Semakin tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, maka kemandiriannya terhadap rangsangan tertentu semakin meningkat.
  • Kedewasaan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal orang tersebut dalam menyimpan dan mengolah informasi.. Data yang diterima masyarakat dari luar harus diolah secara mental.
  • Pengembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan mengungkapkan pendapat dan gagasan melalui simbol-simbol.
  • Untuk mengembangkan kemampuan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang sistematis antara guru dan siswa.
  • Perkembangan kognitif meningkatkan kemampuan seseorang dalam memikirkan berbagai alternatif sekaligus, memperhatikan berbagai rangsangan dan situasi, serta melakukan aktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun