Jenderal Soedirman lahir pada tanggal 24 Januari 1916 di Purbalingga dan merupakan Panglima Tentara Nasional Indonesia Pertama dan Pahlawan nasional. Ia dikenal karena peran kepemimpinannya dalam perang kemerdekaan Indonesia, termasuk taktik gerilya dan digunakan melawan Belanda. Meski Jenderal Soedirman menderita TBC, ia aktif memimpin tentara hingga kematiannya pada 29 januari 1950. Ia dianggap sebagai simbol perjuangan dan keberanian bangsa Indonesia.
jenderal soedirman terpilih menjadi Panglima Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 12 November 1945 melalui pemungutan suara di markas TKR di Yogyakarta. Pemilihan ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan mendesak akan kepemimpinan yang kuat untuk menghadapi ancaman invasi Belanda Pasukan Pertahanan Dalam Negeri (PETA), yang dulu dikenal sebagai guru yang memberinya keahlian militer yang memadai. Dukungan luas dari para perwira TKR, khususnya divisi Sumatera, juga memainkan peran penting dalam pemilihannya yang menunjukkan kepercayaan mereka terhadap kepemimpinannya. Selain itu, proses pemilu berlangsung terbuka dan demokratis. dan Pak Soedirman berhasil mengalahkan kandidat lainnya dalam beberapa tahapan pemungutan suara. Setelah pemilu, pada tanggal 18 Desember 1945, ia resmi diangkat sebagai panglima tertinggi TKR oleh Presiden Soekarno, menandai dimulainya peran kepemimpinannya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Jenderal Soedirman memainkan peranan penting dalam pertempuran Ambarawa pada bulan November-Desember 1945. Jenderal Soedirman menghadapi berbagai tantangan dalam perjuangannya melawan tentara Belanda, termasuk keterbatasan sumber daya dan kesehatan yang buruk akibat penyakit tuberkolosis yang ia derita. Jenderal Soedirman mengembangkan "taktik gerilya" yang memanfaatkan medan yang sulit dan dukungan rakyat untuk mematahkan konsentrasi militer Belanda. Ia memimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melawan pasukan sekutu, meggunakan taktik "supit udang" yang efektif untuk mengepung musuh dari berbagai arah. Strategi ini berhasil mengganggu komunikasi dan merusak pertahanan sekutu, sehingga sekutu menarik diri dari Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945. Kemenangan ini memperkuat posisi Jenderal Soedirman sebagai pemimpin militer dan meningkatkan dukungan masyarakat terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Jenderal Soedirman juga harus menghadapi "pemberontakan internal" dan kegagalan perundingan politik seperti Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Lembir yang meerugikan posisi Indonesia. Namun semangat juangnya tetap kuat, dan ia menjadi simbol ketahamam negara melawan kolonialisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H