Mungkin, aku jarang menggunakanmu. Yah, memang kala itu sedang senggang, bukan? Kau pun hanya ku gunakan sekadar menonton anime ataupun mendengarkan musik.
Berbulan-bulan lalu, engkau merajuk. Aku tahu mungkin engkau lelah, atau mungkin badanmu kesakitan setelah tak sengaja terjatuh kala itu. Lalu, aku pun telah membawamu ke tukang pijit. Kira-kira sepuluh hari kau di rawat di sana.
Selepas pulangmu, engkau nampak normal kembali. Aku bersyukur kala itu. Dua bulan kemudian, penyakitmu pun kambuh. Entah apa kesalahanku sehingga membuatmu kambuh.
Lagi-lagi engkau merajuk. Ayahku membawamu ke Rumah Sakit tempat kau dilahirkan. Di sana kau dirawat selama hampir satu bulan. Kemudian engkau telah siuman dan sudah dapat dibawa pulang.
Tahukah engkau? Aku sangat bahagia tempo itu. Aku mulai merawatmu dengan sepenuh hati agar penyakitmu tak kambuh lagi. Namun, sayang, aku gagal. Aku gagal dalam merawatmu. Aku tak mengerti mengapa lagi-lagi engkau merajuk.
Kamu kenapa, sayang? Merajuk pada keadaanku yang begitu membutuhkan. Aku rapuh, sayang. Aku sedih. Tuhan, kumohon, tolong nyalakan. Tugasku terbengkalai, Tuhan. Peluk aku Tuhan. Hiks..
Lampung, 15 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H