Mohon tunggu...
Rani Sabila
Rani Sabila Mohon Tunggu... Lainnya - Penuang rasa

"Live as if you will die tomorrow and learn as if you will live forever" (Mahatma Gandhi)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kehadiranmu: Rasa yang Tepat pada Waktu yang Salah

1 November 2020   16:25 Diperbarui: 1 November 2020   23:32 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Pernah, suatu malam kita bersama, menatap indahnya dunia. Di bawah sinar rembulan, duduk berdampingan. Akan tetapi, aku sibuk dengan gadget sebab tugas deadline yang  tak bisa kutunda.

Kala itu, di tengah kecemasan 'ku coba untuk memberanikan diri. Menemuimu yang sudah hadir sedari tadi yang katanya merinduiku tak henti-henti. Sementara aku, tak mengerti dengan perasaanku sendiri.

Pras, maafkan sikapku ini. Bukan aku tak peduli tapi, kuharap kau mengerti akan keadaanku saat ini. Hadirmu yang secara tiba-tiba, mendobrak paksa pintu hati yang telah rapat-rapat kukunci sebab luka di hati ini belumlah kering.

Kau hadir disaat aku sedang ingin sendiri dan menenangkan diri di tengah kegaduhan yang hakiki. Pras, aku tahu, kau hadir pada rasa yang tepat. Namun, di waktu yang salah.

Pras, aku tahu niatmu baik tapi, tidaklah mampu aku menerima begitu saja akan semua ini. Aku terkejut. Seperti halnya engkau tahu, orang yang sedang terkejut akan refleks marah kepada orang yang mengejutinya.

Maafkan aku jikalau mungkin aku telah melukaimu. Jujur saja aku tak bermaksud untuk melukaimu, sungguh. Aku hanya belum siap! Tapi, percayalah, Pras, jika aku adalah tulang rusukmu, tidak akan mungkin aku akan singgah pada tempat yang bukan rumahku.

Biarlah rasa ini berjalan apa adanya tanpa mengubah yang semestinya. Jikalau kau mampu menungguku hingga rasa itu benar-benar seutuhnya milikmu dan hajatku terlaksana, aku akan sangat bersyukur tapi, jikalau kau tidak mampu menahan rasamu itu dan suatu saat menemukan yang jauh lebih baik dariku maka, pergilah bersamanya.

Aku tak pernah memaksa siapapun untuk tetap bersamaku, pun tidak dapat dipaksa untuk menemani siapa pun. Mungkin saja hadirku hanya untuk memberi semangat kepada seseorang yang pernah singgah. Tak mengapa jika tak ingin mengerti, pergilah saat ini juga. Aku yakin, begitu banyaknya wanita yang jauh jauh lebih lebih lebih baik dari diriku ini.

Tak mengapa jikalau kau menganggapku jahat. Bukankah perasaan seseorang tidak dapat dipaksa? Untuk menjalin sebuah hubunganpun harus ada kesepakatan antara keduanya, lantas mengapa?

Lampung, 01 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun