Pernah, suatu malam kita bersama, menatap indahnya dunia. Di bawah sinar rembulan, duduk berdampingan. Akan tetapi, aku sibuk dengan gadget sebab tugas deadline yang  tak bisa kutunda.
Kala itu, di tengah kecemasan 'ku coba untuk memberanikan diri. Menemuimu yang sudah hadir sedari tadi yang katanya merinduiku tak henti-henti. Sementara aku, tak mengerti dengan perasaanku sendiri.
Pras, maafkan sikapku ini. Bukan aku tak peduli tapi, kuharap kau mengerti akan keadaanku saat ini. Hadirmu yang secara tiba-tiba, mendobrak paksa pintu hati yang telah rapat-rapat kukunci sebab luka di hati ini belumlah kering.
Kau hadir disaat aku sedang ingin sendiri dan menenangkan diri di tengah kegaduhan yang hakiki. Pras, aku tahu, kau hadir pada rasa yang tepat. Namun, di waktu yang salah.
Pras, aku tahu niatmu baik tapi, tidaklah mampu aku menerima begitu saja akan semua ini. Aku terkejut. Seperti halnya engkau tahu, orang yang sedang terkejut akan refleks marah kepada orang yang mengejutinya.
Maafkan aku jikalau mungkin aku telah melukaimu. Jujur saja aku tak bermaksud untuk melukaimu, sungguh. Aku hanya belum siap! Tapi, percayalah, Pras, jika aku adalah tulang rusukmu, tidak akan mungkin aku akan singgah pada tempat yang bukan rumahku.
Biarlah rasa ini berjalan apa adanya tanpa mengubah yang semestinya. Jikalau kau mampu menungguku hingga rasa itu benar-benar seutuhnya milikmu dan hajatku terlaksana, aku akan sangat bersyukur tapi, jikalau kau tidak mampu menahan rasamu itu dan suatu saat menemukan yang jauh lebih baik dariku maka, pergilah bersamanya.
Aku tak pernah memaksa siapapun untuk tetap bersamaku, pun tidak dapat dipaksa untuk menemani siapa pun. Mungkin saja hadirku hanya untuk memberi semangat kepada seseorang yang pernah singgah. Tak mengapa jika tak ingin mengerti, pergilah saat ini juga. Aku yakin, begitu banyaknya wanita yang jauh jauh lebih lebih lebih baik dari diriku ini.
Tak mengapa jikalau kau menganggapku jahat. Bukankah perasaan seseorang tidak dapat dipaksa? Untuk menjalin sebuah hubunganpun harus ada kesepakatan antara keduanya, lantas mengapa?
Lampung, 01 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H