Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terlalu Banyak Makan Fake Food?Ini Alasan Mengapa Real Food Harus Jadi Pilihan

4 Oktober 2024   10:03 Diperbarui: 4 Oktober 2024   10:39 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi real food ala Jepang yang minim pengolahan. Foto:pexels.com/ Valeria Boltneva

Daging dan ayam olahan seperti kornet, nugget ayam, smoked beef, pepperoni dan sosis biasanya mengandung banyak garam, pengawet dan bahan kimia lainnya. Meskipun berasal dari ayam atau daging yang kaya protein, pemrosesan ini menjadikan daging dan ayam olahan jenis makanan yang lebih berisiko untuk kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Pilih ayam atau daging tanpa pengawet atau  yang belum diproses.

Alasan Lebih Memilih Real Food Dibandingkan Fake Food

Real food mengandung lebih banyak nutrisi alami yang dibutuhkan tubuh, seperti vitamin, mineral, antioksidan, serat, dan lemak sehat. Karena tidak melalui proses pengolahan yang rumit dan lama sehingga mempertahankan kesegaran serta kualitas nutrisinya.

Kita ambil contoh masakan Jepang, rata-rata tidak melalui proses masak yang lama atau dimakan mentah. Sushi, sashimi yang dimakan mentah dan olahan hidangan lautnya yang lebih sering direbus atau setengah matang. Tidak diberi banyak bumbu dan perasa, lebih mempertahankan rasa asli dan tinggal diberi soy saus terpisah jika dirasa kurang rasa.

Itulah mengapa orang Jepang jarang yang obesitas dan berumur panjang. Makanan jadul Indonesia banyak yang real food contohnya lalapan, pecel, gudangan atau karedok yang bahan sayurannya masih mentah.

Sedangkan fake food sudah pasti mengandung bahan kimia seperti pengawet, pewarna, perasa buatan, gula dan garam tinggi. Fake food sering kali dikaitkan dengan gangguan kesehatan seperti alergi, gangguan hormon, hingga risiko berbagai penyakit kronis seperti diabetes, jantung, obesitas hingga kanker.

Mengonsumsi real food mengandung serat yang tinggi seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian sehingga mendukung sistem pencernaan yang sehat yang memberikan rasa kenyang lebih lama. Hal ini dapat mencegah makan berlebihan, mencegah obesitas dan cocok sebagai menu diet.

Fake food sering kali penuh dengan kalori kosong atau kalori yang tidak memberikan nutrisi penting bagi tubuh. Banyak fake food dirancang untuk membuat kita ketagihan. Kombinasi gula, garam, dan lemak dalam makanan olahan dapat merangsang otak untuk terus menginginkannya, bahkan saat tubuh sebenarnya tidak membutuhkannya.

*****

Memilih antara real food dan fake food bukan hanya soal gaya hidup, tetapi tentang kesehatan dan kualitas hidup jangka panjang. Real food memberikan manfaat yang jauh lebih besar untuk kesehatan. Sementara fake food mungkin terlihat praktis dan enak, tetapi konsekuensi jangka panjangnya bisa merugikan kesehatan kita.

Dengan beralih ke makanan yang alami dan lebih sedikit olahan, kita dapat mendapatkan manfaat nyata berupa tubuh yang lebih sehat, energi yang lebih baik, dan risiko penyakit yang lebih rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun