Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Realitas Hedonisme: Mengurai Kebenaran di Balik Kesenangan dan Kebahagiaan Sesaat

12 Agustus 2024   15:01 Diperbarui: 13 Agustus 2024   09:20 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menikmati kehidupan sepuasnya | Foto: pexels.com/cottonbro studio 

You Only Live Once kata mereka, kamu hanya hidup sekali jadi tidak perlu memikirkan hari esok nikmatilah kesenangan hari ini. Lupakan masa lalu, jangan terlalu memikirkan masa depan.

Benarkah demikian? Bagi beberapa orang kalimat tersebut menjadi pembenaran untuk bebas menikmati hidup sepuasnya. Menghabiskan uang untuk party, travelling, belanja barang branded atau makan di restoran mewah. Tanpa disadari sebagian orang sering kali terjebak dalam pencarian kenikmatan sesaat yang dikenal sebagai hedonisme. 

Hedonisme berasal dari kata Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan, sebuah pandangan bahwa kebahagiaan diperoleh dari pemenuhan kesenangan dan penghindaran dari rasa sakit. 

Di satu sisi, hedonisme tampak menarik karena menawarkan kebebasan untuk menikmati hidup tanpa batasan. Namun, dalam jangka panjang apakah hedonisme benar-benar akan membawa kepuasan dan kebahagiaan sejati?

Hedonisme dan Ilusi Kebahagiaan

Belakangan ini banyak selebritis atau istri pejabat yang suka pamer gaya hidup mewah di media sosial. Namun ternyata berasal dari hasil korupsi. Walaupun dari hasil kejahatan korupsi mereka merasa tidak bersalah dan mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan dari gaya hidup flexing yang mereka pertontonkan.

Meskipun hal-hal ini dapat memberikan kebahagiaan sesaat, kenyataannya kebahagiaan yang diperoleh dari hedonisme cenderung bersifat sementara padahal keinginan manusia tidak akan pernah ada habisnya. 

Sebagai contoh, seseorang mungkin merasa puas setelah membeli barang mahal, tetapi perasaan itu sering kali cepat pudar, digantikan oleh keinginan yang baru untuk mencari kesenangan berikutnya. Hedonisme menyebabkan adiksi, seperti candu yang terus-menerus menginginkan lebih dan lebih. 

Bagi yang hanya bergaji pas-pasan, ketika uang dan tabungan hampir terkuras habis, mereka tak segan untuk menggunakan Paylater atau kartu kredit untuk memenuhi gaya hidup hedon mereka.

Apakah kesenangan sesaat ini masih bisa dinikmati sementara harus menanggung beban hutang dan bunga tinggi, keluarga berantakan karena tidak dapat membayar tagihan rumah tangga dan uang sekolah anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun