Dalam dunia yang terus bergerak cepat seringkali kita terjebak ke dalam siklus kesibukan yang tidak produktif. Meskipun terlihat sibuk dari luar, namun sebenarnya tidak menghasilkan banyak hal yang berarti atau sering dikenal dengan istilah fake productivity.
Fake productivity atau produktivitas palsu adalah fenomena di mana seseorang sibuk dengan tugas-tugas namun tidak produktif atau hanya mengejar kuantitas tanpa memperhatikan kualitas hasilnya.
Sibuk sering dikorelasikan dengan waktu. Menganggap diri kita sibuk atau tidak ada waktu, padahal mungkin yang kita lakukan itu belum tentu penting. Apakah kesibukan yang kita alami sebenarnya mewakili produktivitas yang sesungguhnya?
Produktif vs Sibuk
Kebanyakan orang mengasosiasikan kesibukan dengan produktivitas, sehingga terjebak dalam siklus melakukan aktivitas secara terus-menerus tanpa mempertimbangkan apakah hal tersebut benar-benar memberikan hasil yang diinginkan.
Kalau sibuk korelasinya adalah waktu maka produktif korelasinya adalah output atau hasil relevan yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu. Inilah yang menjadi kata kunci antara produktif dengan sibuk yaitu output atau hasil yang relevan.
Misalkan si A menghasilkan output 10 untuk jangka waktu 10 jam. Sedangkan B menghasilkan output 5 dalam waktu 1 jam. Bila dilihat lebih produktif siapa, maka lebih produktif B karena dapat menghasilkan output 5 hanya dalam waktu 1 jam.
Namun mana yang terlihat sibuk, jelas si A yang jauh lebih sibuk karena membutuhkan waktu lebih lama hingga 10 jam untuk menghasilkan output 10. Disinilah terjadinya fake productivity, terlihat sibuk tapi tidak produktif.Â
Tentunya perusahaan lebih memilih B yang kerja 1 jam dapat menghasilkan output 5 dibanding A yang kerja 10 jam tapi cuma menghasilkan output 10 atau rata-rata dalam 1 jam hanya menghasilkan output 1.