Perkembangan jaman dan teknologi yang pesat diikuti tekanan sosial untuk menjadi orang yang sukses di usia muda membuat kecenderungan seseorang untuk bekerja lebih keras. Selain itu juga tingginya tuntutan pekerjaan dan adanya tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Jam kerja kantor selama 8 jam sehari masih dilanjutkan lagi dengan lembur. Seperti yang kita lihat di kota-kota besar seperti Jakarta, gedung-gedung perkantoran masih banyak yang menunjukkan aktivitasnya hingga pukul 9 malam.
Ini menunjukkan bahwa banyak orang merasa baik-baik saja dengan kerja lembur, bahkan beberapa orang justru merasa bangga jika bekerja hingga larut malam karena menunjukkan keseriusan dalam bekerja.
Bahkan ada yang rela menggunakan jam istirahatnya untuk menyelesaikan pekerjaannya sembari makan siang di meja kerja demi menghemat waktu dan tetap fokus pada pekerjaan.
Dengan pola kerja workaholic seperti itu, maka jelas sudah tidak ada lagi waktu yang tersisa untuk keluarga. Mereka berangkat kerja dini hari ketika anak masih tidur dan pulang ketika anak sudah tidur terlelap. Waktu bersama keluarga hanya di akhir pekan, itu pun kadang kala harus dikorbankan juga.Â
Ambisi ingin menjadi yang terbaik, sempurna dalam menyelesaikan target pekerjaan belum lagi tekanan dari atasan serta ditambah kurangnya waktu istirahat. Hal-hal tersebut yang kemudian memicu stres hingga burnout, yaitu suatu kondisi kelelahan secara fisik, mental dan emosional.
Work, Life, Ibadah Balance
Beberapa orang menganggap bahwa kesuksesan dan kemapanan hanya dapat diraih dengan kerja keras serta dedikasi dan loyalitas yang tinggi pada pekerjaan. Pemahaman ini juga ada benarnya dan menjadi sebuah motivasi untuk menggapai kesuksesan karier dan kemapanan dengan usaha dan kerja keras.
Baca juga: Ngabuburit di Masjid Raya Syeikh Zayed SoloBekerja keras demi mengejar rejeki dan  karir merupakan sesuatu hal yang baik. Namun ada hal yang tidak boleh dilupakan yaitu kesehatan yang perlu kita jaga, waktu yang tidak akan pernah kembali, rezeki yang harus kita nikmati, keluarga yang harus kita perhatikan dan ibadah yang perlu tetap kita jaga  sebagai keseimbangan hubungan vertikal kita dengan Tuhan.
Work, life, ibadah balance atau pola hidup yang seimbang antara kerja, kehidupan dan ibadah adalah kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan tanggung jawabnya dalam urusan pekerjaan dengan hal-hal diluar pekerjaan. Seperti bagaimana membagi tanggung jawab dengan kehidupan keluarga, kehidupan pribadi, waktu, kesehatan dan ibadah secara seimbang.