Bersedekah tanpa pamrih dan ikhlas adalah seperti menanam investasi kebaikan. Siapa saja yang memberi suatu saat pasti akan menerima. Ini adalah hukum alam yang tidak bisa ditawar. Kebiasaan memberi sedekah adalah benih kemakmuran, tidak peduli sekecil apapun pemberianmu.
Jika kamu melakukannya dengan senang hati tanpa mengharap sesuatu balasan maka akan mempengaruhi kehidupanmu di masa depan. Dan memberi tidak harus dengan jumlah nominal yang besar atau barang yang mahal.
Bersedekah bisa dimulai dari lingkungan kecil di sekitar kita. Membahagiakan anak-anak, pasangan, keluarga, memberi kursi kepada orang tua di dalam bis, atau hanya sekedar memberi makan kucing liar di jalanan, membuang sampah pada tempatnya dan banyak lagi yang lain.
Ketika kamu rajin memberi dari hal-hal yang kecil perlahan Tuhan akan mempercayakan hal-hal yang lebih besar kepadamu. Hal yang paling membahagiakan adalah ketika kamu melihat orang yang kamu bantu merasa senang, kamu juga akan merasakan kebahagiaan di dalam hati.
Dan ketika kamu terus menerus mengembangkan kebiasaan ini kamu sedang menarik lebih banyak energi kekayaan dan kebahagiaan mengalir dalam hidupmu. Namun perlu diingat bersedekahlah secara bijaksana sesuai kemampuan karena ketika kamu memberi pada orang yang salah dan mengharapkan pamrih maka ia bisa saja menjadi bumerang pada dirimu sendiri.
Selama bulan Ramadhan, banyak orang yang berlomba-lomba berbuat kebaikan, antara lain dengan sedekah. Namun terkadang hal tersebut tidak membuat kehidupan mereka sendiri menjadi lebih baik. Mengapa demikian? Bukankah dengan sedekah apalagi di bulan ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya.
Beberapa orang masih sulit melepaskan diri dari yang namanya ego. Ketika bersedekah atau membantu orang lain, yang menjadi tujuannya bukanlah bagaimana agar kehidupan orang itu menjadi lebih baik. Namun bagaimana supaya dia terlihat baik atau merasa baik.
Mengharap sesuatu pamrih dalam berbuat baik seperti bersedekah atau yang sifatnya menjadi transaksi seperti  balas jasa, mendapat pujian, mendapat like di sosial media, agar terlihat sebagai orang baik pada dasarnya adalah untuk memuaskan ego, merasa diri lebih baik dari orang lain, lebih dermawan dan nafsu nafsu ego yang lain. Dengan sudut pandang seperti itu, maka tindakan yang dilakukan tidak lagi menjadi perbuatan baik melainkan hanya menjadi ajang pamer.
Misalkan seseorang yang naik transportasi bis umum karena ingin dinilai sederhana dan merakyat. Bagi yang sering naik transportasi umum karena berfikir lebih praktis dan hemat maka bisa menikmati perjalanannya tanpa beban. Sedangkan yang naik bis umum demi pencitraan dengan memaksakan diri mungkin berhasil dalam mencitrakan dirinya tapi merasa berat menjalaninya dan merasa terbebani.
Artinya adalah ketika kamu ingin memberi tanpa ada pamrih apa-apa maka kamu akan melakukannya tanpa beban dan melupakannya. Namun ketika kamu melakukan suatu tindakan karena ada embel-embel lain, maka kamu akan merasa terbebani. Pemberian yang baik akan membuat yang memberi dan yang diberi sama-sama bahagia.