Seringkali penderitaan manusia berakar pada keterikatan pada diri dan ego, yang mengarah pada keegoisan, keserakahan, kemarahan, dan kebencian yang sering menjadi penghalang bagi kebahagiaan kita.Â
Banyak orang menciptakan penderitaan mereka sendiri dari pikiran negatifnya dan memandang situasi hanya dari sisi negatifnya saja, padahal bila kita lihat dari sudut pandang yang berbeda akan ada hal baik yang bisa kita ambil hikmahnya.
Kita harus dapat melatih mengendalikan pikiran kita dengan mengenali pikiran atau perasaan yang positif dan negatif. Pikiran positif adalah sesuatu yang menumbuhkan kebahagiaan seperti kasih sayang, kepedulian dan empati.
Sebaliknya pikiran negatif adalah sesuatu yang membangkitkan amarah, kebencian, kecemburuan dan emosi negatif lainnya. Seberapapun kuatnya, emosi dan pikiran negatif tidak berpijak pada kenyataan. Emosi dan pikiran negatif hanyalah distorsi yang membuat kita tidak bisa melihat keadaan yang sesungguhnya.Â
Cara mengatasi pikiran negatif terletak pada kemampuan untuk mengenali dan memahami sifat kedalamannya dengan meditasi hening dan introspeksi sehingga dapat melihat akar dari permasalahannya.Â
Kasih sayang dan Relasi dengan Orang Lain
Kebahagiaan dapat ditemukan dengan menumbuhkan kasih sayang dan relasi dengan orang lain. Bahkan ketika kita kehilangan segalanya, kita masih memiliki dua hal tersebut.
Dalai Lama mengisahkan saat ia diasingkan hingga diusir dari negaranya, ia tidak pernah merasa kesepian di sisi lain justru mendapat dukungan dari seluruh dunia karena bersedia berelasi dengan siapapun.
Empati merupakan kunci utama bagi seseorang untuk memiliki sifat hangat dan belas kasih dalam menjalin relasi yang baik dengan orang lain karena setiap manusia sejatinya memiliki sifat dasar kelembutan dalam diri mereka.
Empati bukanlah merasa iba terhadap orang lain melainkan merasakan kebersamaan, apa yang dirasakan orang lain hari ini suatu hari mungkin saja akan kita rasakan. Kita mencoba menempatkan diri kita pada posisi orang lain dan melihat bagaimana kita akan bereaksi terhadap situasi tersebut sehingga memiliki toleransi pada perbedaan dan kondisi orang lain.Â