Mohon tunggu...
Rani Nurlinda
Rani Nurlinda Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu muda

seorang perempuan yang sedang berjuang meraih ridho suami dan surganya Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merindu (di Masa Pandemi)

23 Desember 2020   10:34 Diperbarui: 23 Desember 2020   10:40 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

MERINDU
Kring kring.. kring kring.. kring kring,..
Suara telpon genggam di atas meja rias terus menderu. Linda yang sedang memandikan anak tunggalnya yang masih batita, mengacuhkan suara sayup sayup itu dan tetap asyik bermain air bersama anaknya, Hanan.

Hanan, seorang anak laki-laki kecil yang pertama dilahirkan oleh Linda dua tahun silam, anak yang baik dan penurut.
Semilir angin menggoyang ranting dan dedaunan pohon, diiringi cuaca mendung menjadikan Hanan tak seperti biasa, baru sepuluh menit  dia bermain busa sabun dan ikan ikanan di bak mandi biru muda kesayangannya, dia sudah agak menggigil.
"Umma, bilas, bilas"

Ucap  Hanan ingin segera mengakhiri ritual mandinya. Iya, Hanan biasa memanggil ibunya "Umma".

Selesai mandi dan mengeringkan tubuh mungil Hanan dengan handuk,  Linda membalur dan memijat dada, perut, punggung, tangan dan kaki Hanan dengan lembut penuh kasih sayang menggunakan  minyak telon, hingga Hanan merasakan kenyamanan dan tersenyum sembari menatap ke dua bola mata ibunya.

Sesaat setelah memakaikan pakaian untuk Hanan, kembali terdengar suara "kring kring, kring kring" dari telpon genggam Linda, dengan sigap barulah dia mengangkat dan memencet tombol hijau di layar HP setelah mengetahui bahwa seorang perempuan paruh baya yang sangat ia hormati menelpon, seketika muncul wajahnya yang sudah mulai menua di layar HP Linda.
"Assalamu'alaikum, darimana nak, kok ibuk telpon tidak diangkat angkat?", suara dibalik telepon.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, maaf bu, baru selesai memandikan Hanan"
J

awab Linda menimpali pertanyaan dari sang ibu yang sudah kesal karena lama tak diangkat telponnya. "Mana Hanan?", Tanya ibu Kembali.
Iya, semenjak Hanan Hadir dikehidupan Linda, tiap kali Ibu Linda atau neneknya Hanan menelpon, yang dicari dan ditanyakan selalu Cucunya.
Sembari menelpon, Linda menyuapi Hanan dengan sepiring kecil Nasi Goreng kecap dan kerupuk. Tak terasa satu jam sudah terjadi percakapan antara Linda dan ibunya bertatap muka jarak jauh via handphone yang sekarang sudah cukup canggih.

Usai sambungan Video Call ditutup, hati Linda jadi galau gelisah, wajahnya tertunduk lemas. Iya, Linda adalah seorang istri yang taat agama juga penurut dan patuh pada suami juga orang tuanya. Lima tahun sudah dia meninggalkan Ibu dan keluarga besarnya di Jawa mengikuti suaminya yang bekerja di Lombok.  Hampir satu tahun pula dia tak pulang bersua langsung dengan Ibunya karena ada Pandemi Covid 19 yang mulai muncul dan mewabah di Indonesia sejak awal tahun 2020.
"Aku rindu kampung halaman" gumam Linda dalam hati sembari menatap kosong sepiring nasi yang ada dihadapannya.
"UMMA, maem lagi" teriak Hanan memekik telinga, menyadarkan Linda yang terlamun memikirkan percakapan yang baru saja terjadi antara dia dengan Ibunya. Linda tersenyum dan kembali menyuapi Hanan.
Covid 19 (Coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru yaitu Sars-Cov-2, menular melalui droplet (percikan air liur) yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin dan menghembuskan nafas. Pertama kali Virus Corona ini muncul di daerah Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Di dunia sudah lebih dari 1000.000 kasus kematian dan 33 juta lebih kasus penularan. Kasus kematian di Indonesia sendiri terakhir pada 5 desember ada 17.589 orang.
Terlalu banyak orang yang meninggal dan mudahnya cara penularan virus corona membuat Linda galau, disatu sisi ibunya dikampung halaman yang sudah sering sakit menelpon rindu terhadap cucunya namun karena masih kondisi pandemi Lindapun ragu jika nanti justru dia membawa penyakit dan menularkan ke keluarganya di Jawa.
***
Malam hari, di meja makan ruang tengah rumah Linda.
"Abi, aku mau pulang ke Jawa"  Linda membuka percakapan dengan suaminya, Awan.
"Kamu yakin?" Awan menatap wajah Linda tajam  sambil mengunyah jamur crispy makanan favoritnya.
Linda hanya mengangguk tanpa bersuara, tanda dalam hatinya masih ada keraguan untuk menjawab bahwa ia yakin.
"Kondisinya masih begini, di Jawa kasus Covid bukannya berkurang malah terus bertambah banyak" ucap Awan meyakinkan Linda untuk tidak berfikir pulang ke kampung halaman terlebih dulu.
"InsyaAllah yakin bi, selama protokol kesehatan tetap kita jalankan ketat, kalau abi gimana?"  Dengan wajah datar Linda tetap memaksa dan membujuk suaminya untuk pulang.
"Nanti, aku coba ijin dulu ke manajer" jawab  Awan sambil beranjak dari kursinya   memegang tangan Hanan dan menuntun, mengajak  masuk ke kamar,  menandakan dia ingin menyudahi percakapan dengan Linda. Dalam hati Awan sebenarnya juga ingin pulang, Orang tuanya juga sudah sering menanyakan kapan pulang ke kampung halaman.

***
Grrrrrr, brrrrrmmmmm, terdengar suara pintu Gerbang dan sepeda motor masuk ke halaman rumah, Linda segera berlari menuju pintu depan rumah dan membukanya disusul Hanan dibelakang.
"Abiii..." teriak Hanan memanggil Abinya yang baru saja pulang dari kantor.
"Gimana sudah dapat ijin dari manajer belum?" ucap Linda sembari mengambil tas gendong suaminya  saat  baru berjalan masuk ke dalam rumah.
"kalau cuti 2 minggu ga boleh, terlalu lama katanya" jawab Awan.
Seketika paras manis Linda berubah kaku dan kecewa, kepalanya tertunduk, matanya berkaca kaca mendengar jawaban Awan yang cukup mengejutkan, mulutnyapun membisu tak bisa berkata kata.
Dari balik jendela, tiba-tiba turun butiran air tipis yang tersapu angin bak tarian alam, dedaunan bergoyang seirama seolah  membelai, mencoba menenangkan hati dan perasaan yang sedang Linda rasakan. Cuaca mendung gerimis kembali mengingatkan kampung halaman yang penuh kenangan, antara rindu dan ragu berkecamuk dalam hati menjadi gelombang rasa, disatu sisi Ia merindu ingin kembali ke tempat kelahiran, mencoba berbakti pada Ibu Bapaknya diusia mereka yang sudah senja, namun di sisi lain pandemi COVID 19 membuat takut dan ragu, ditambah  terakhir saat di telpon, sang Ibu berkata rindu namun juga tak mengijinkan Linda pulang segera.
****
Esok hari, masih dalam suasana mendung nan syahdu di pulau seribu masjid yang terkenal dengan keelokan dan keindahan pantainya yang berpasir putih bersih, lautnya yang biru dan lekukan garis pantainya  menawan bak gambaran nyata surga.
"Cuti 2 minggu ga boleh, bolehnya hanya 1 minggu, gapapa?"
Ucap Awan mengagetkan Linda yang saat itu sedang mengelus manja rambut Hanan yang sedang tertidur pulas di ujung kasur kamarnya.
"Yasudah, gapapa, yang penting pulang" ujung bibir Linda sedikit mengangkat, pertanda ada rasa senang dengan kabar baru yang disampaikan Awan, meski belum sepenuhnya, karena masih ada tanda restu dari ibu yang belum digenggam.  
"Semoga nanti ibu mengijinkan aku pulang" ucap linda pada diri sendiri yang ternyata  didengar oleh awan.
"Telpon Ibu dulu, bilang mau pulang diijinkan atau tidak?, nanti baru aku ajukan cuti lagi ke manajer kantor, kalau orang tuaku tidak ada masalah, sudah mengijinkan". Perintah Awan pada Linda
" iya... ", segera linda bangun dari tempat tidur dan sigap mencari handphone miliknya.
"Assalamualaikum" ucap linda setelah melihat wajah Ibunya dilayar HP.
"Waalaikumsalam, gimana nak?.. Hanan mana?" Jawab ibu dibalik telpon
"Hanan sedang bobok, Linda telpon karna mau minta ijin ibu, boleh linda pulang ke Jawa?" Tanpa basa basi dengan bibir bergetar dan jantung berdegup sedikit lebih kencang, Linda langsung menanyakan pertanyaan inti dengan hati penuh harap harap cemas.
"Linda rindu sama ibu juga kampung halaman, Mas Awan boleh cuti 1 minggu. Boleh ya bu, Linda pulang..?" Imbuh Linda sebelum Ibunya sempat menjawab sambil memasang wajah memelas agar sang ibu mengijinkan pulang.
"Ibu tidak melarang kamu pulang, hanya saja ibu khawatir dengan semakin banyaknya korban Covid 19 ini, apalagi di Jawa kasusnya meningkat tajam, tidak masalah dengan kesehatan bapak dan Ibu di sini, hanya saja Ibu tidak ingin kamu, Hanan dan Awan kenapa kenapa, Apalagi prosedur untuk naik transportasi umum sekarang cukup ribet, harus Rapid test atau SWAB dulu. Ibu ingin keluargamu tetap sehat nak"
"Trus bagaimana bu, boleh apa tidak?", tanya Linda tak sabar.
"Apa sudah kamu fikirkan baik-baik?", jawab ibu masih belum menenangkan hati Linda.
"InsyaAllah sudah, tinggal ijin dari Ibu" wajah Linda semakin menampakkan kesedihan, dalam hatinya berfirasat tak akan diijinkan pulang kali ini.
"Ibu juga rindu kalian semua, sudah hampir 1 tahun tidak ketemu, kapan rencanamu mau pulang?, tidak usah sedih begitu, kalau kamu yakin mau pulang, ya sudah ibu ijinkan. Tapi dengarkan dan ikuti pesan ibu ini ya"
"Alhamdulillah.." ucap Linda sambil tersenyum lebar hingga menampakkan giginya, karena kegirangan mendengar ijin dari Ibu.
"Ibu sayang kalian, melihat kalian sehat dan bahagia, Ibu juga ikut Bahagia. Bukannya ibu takut kamu kesini justru membawa penyakit atau apa, penyakit juga datangnya dari Allah SWT, atas ijin Allah, namun kita tetap harus ikhtiar dan berusaha supaya tetap sehat, ingat pesan ibu, pakai masker,  rajin cuci tangan pakai sabun, bawa handsinitizer,  sudah punya face shield belum? kalau belum beli dulu ya, jaga jarak dengan orang lain, hindari kerumunan, banyak berdoa sama Allah SWT, agar selalu dalam lindungan-Nya, jangan terlambat makan, bawa bekal makanan yang cukup, khususnya untuk Hanan, jangan biarkan perut kosong terlalu lama karena akan menurunkan imun, bawa dan minum vitamin juga, jaga selalu keluargamu ya nak, ibu tunggu di Jawa, semoga sehat selamat dan lancar semua." Panjang lebar ibu menjelaskan bak satgas (satuan tugas) penanganan Covid 19.
Tak terasa mata Linda berkaca kaca, disudut matanya ada buliran air mata yang siap menetes membasahi pipi, namun segera dia usap dengan jemari tangannya yang lentik. Puluhan tahun  Linda seringkali mengabaikan nasehat dan kasih sayang Ibu, kini di saat Pandemi Covid19 ini, hatinya benar-benar tersentuh, ternyata kasih sayang Ibu begitu besar. Ibu bahkan lebih mengutamakan dan memikirkan kesehatan serta kebahagiaan anak cucunya dibanding dirinya sendiri.
Dimasa pandemi, menjaga kesehatan tentu sangat penting, Hidup berjauhan  dengan keluarga besar membuat Linda sering merasakan rindu. Keinginannya untuk pulang kampung yang sudah tak terbendung, dihadang oleh keraguan akibat Pandemi Covid 19.  Kasih ibu begitu nyata, ingin melindungi anak dan keluarganya agar tetap sehat dan bahagia. Selalu ada wejangan atau nasihat yang keluar dari mulut Ibu  ketika ada kesempatan bertatap muka walau hanya lewat telepon.
Akhirnya, beberapa hari  kemudian Linda memantapkan diri untuk pulang ke kampung halaman bersama suami dan anaknya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan serta mengikuti berbagai  arahan dan nasehat sang Ibu yang didengarnya melalui saluran telepon. Sesampainya di kampung halaman, disambut hangat oleh Ibu, Bapak dan seluruh anggota keluarga. Alhamdulillah, seminggu pula melewati hari di kampung halaman dengan sehat penuh suka cita, Linda bersama keluarga kecilnyapun kembali lagi ke perantauan, di Pulau Lombok. Waktu seminggu tidaklah cukup, namun setidaknya kegalauan hati dan rindu yang menggebu kini sudah dilepaskan. Semoga Pandemi Covid 19 ini segera berakhir dan banyak hikmah yang dapat kita ambil didalamnya.
TERIMAKASIH.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun