abstrak
Pengelolaan wilayah pesisir berbasis wanamina sudah banyak dikenal dan dipraktekkan baik diluar negeri maupun di dalam negeri. Namun sampai saat ini sulit ditemukan penerapan pola wanamina yang memenuhi prinsip-prinsip yang benar,baik dari segi bioteknis, ekologis maupun kelembagaan. Penelitian inibertujuan untuk mengkaji status ekologis di kawasan wanamina di RPH Tegal-Tangkil. Selain itu dikaji pula bioteknik budidaya ikan di kawasan wanamina RPH Tegal-Tangkil. Menganalisis usaha dan kelayakan usaha di kawasan wanamina RPH Tegal-Tangkil serta mengkaji pola pengelolaan kawasan wanamina di RPH Tegal-Tangkil. Data-data yang dikumpulkan adalah data terkait dengan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial kelembagaan terkait pengelolaan wanamina. Hasil penelitian didapatkan bahwa keberadaan mangrove memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil sampingan udang harian. Kondisi kualitas air saat ini masih layak dipeuntukkan bagi kegiatan budidaya. Walaupun ada indikasi terdeteksi logam berat sehingga perlu sistem tandon untuk memperbaiki kualitas air. Secara bioteknis masyarakat penggarap melakukan budidaya secara tradisional dan banyak yang tidak melakukan standar budidaya yang baik. Secara ekonomi sistem wanamina saat ini masih bisa untuk dikembangkan untuk meningkat pendapatan masyarakat. Penerapan wanamina yang baik dapat meningkatkan pendapatan masyarakat hingga 196,19 %. Pengelolaan wanamina saat ini masih kurang hal ini dapat dilihat dari semakin rusaknya hutan karena sistem kelembagaan yang ada tidak berjalan. Setidaknya ada 5 prinsip pengelolaan wanamina yang harus diperjelas dan harus dilaksanakan agar wanamina tetap lestari. Kelima prinsip itu adalah; wewenang, hak, aturan, kontrol, dan sanksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H