Suasana hati yang santai dan tertidur di salah satu sudut rumah ku yang berada di perkampungan di Kabupaten Deli Serdang, Minggu 12 Januari 2014, cukup memberikan makna namun menjadikan hati saya bertanya. Rasa syukur jika ini menjadi bisikan Tuhan.
Ketika itu, saya merasakan kehadiran malaikat Tuhan yang hadir dalam sosok seorang laki-laki dengan pakain putih. Malaikat ini berdiri tidak jauh dari posisi di mana saya merebahkan tubuh. Cahaya lampu semakin terang dan damai menyertai ruangan itu.
Dengan penuh keyakinan saya menyambut kedatangan malaikat tersebut dengan senyum tanpa beranjak dari posisi saya tiduran. Sementara laki-laki itu berdiri dan memegang sebuah gerobak sorong, berbetuk rak tidur bayi.
Sebelum saya mengucapkan sesuatu kata pun, ia menyampaikan pesan untuk saya. "Tanggal 18 ini kami dijemput, karena akan ada dalam waktu dekat penjahat dijemput. Jadi kamu akan menjadi saksi di sana," ujarnya.
Saya terheran, kenapa saya yang dijemput. Sementara tidak ada alasan saya untuk dijemput diusia muda. Meski dalam menjawabnya, saya tidak ada keraguan untuk menghadap dan memenuhi panggilannya. "Bagaimana mungkin, saya kan sehat-sehat saja?!" jawabku.
Mendengar itu, ia pun menyampaikan tidak ada yang bisa menghalangi rencanaNYA. Banyak hal yang akan dilakukan, terutama dengan memberikan sejumlah tanda sebelum saya dipanggil. Salah satunya akan diberikan gejala penyakit jantung sehari sebelum hari pemanggilan.
Mendengar alasan itu, saya pun mengerti. Sebab, apapun yang kupeercaya saat ini adalah Allah diatas segala allah. Tiada Tuhan yang lebih kuat selain Kristus yang saya sembah dans aya muliakan, dan Dia juga memberikan yang kubutuhkan.
Hidupku adalah milikNYA dan segala sesuatu yang kumiliki adalah dari DIA. Terpujilah Tuhan di atas segala-galanya.
Menjadi pemikiran saya, apakah ini menjadi hukuman ketika saya selama tahun 2014 belum juga beribahada di gereja. Banyak perkara duniawi hingga memasuki minggu kedua tahun 2014, saya dan istri belum pergi beribadah ke rumah Tuhan.
Setelah lelaki tadi enyah dari pandanganku, saya pun terbangun seketika. Mimpi itu terasa nyata dan saat terbangun, saya tetap bersyukur karena bisikan itu saya tahu benar dari Dia. Sebab, saya terbangun belum pagi hari, bahkan masih terlalu pagi untuk beranjak dari tempat tidur.
Kekecewaan dan keserakahan akan pikiran saya, menjadi penghalang saya mengikuti ibadah minggu. Dalam benak dan hati saya, selalu memohon ampun kepada Tuhan. Karena saat kecewa hati saya, kerap tidak mengadu kepada Tuhan. Saya masih terlalu jauh dari ajaranNYA.