[caption id="attachment_307800" align="alignnone" width="960" caption="Adol Frian Rumaijuk"][/caption]
Dua hari, tanggal 21-21 Januari 2014, Konvensi Demokrat berlangsung di Istana Maimoon Medan. Sontak, dua hari sebelum acara yang dihadiri kebanyakan para menteri dan mantan panglima ini sudah berubah. Disulap dengan panggung utama dan sejumlah tenda lainnya. Perhelatan akbar yang jarang dilakukan di kota Medan.
Berbeda dengan perhelatan kampanye politik lainnya. Seperti dalam proses persiapan pemilihan legislative pada 9 April 2014 mendatang. Pemerhati pemilu dan pengawas pemilu melakukan fungsinya dengan baik. Bahkan para LSM dan pemerhati lingkungan lainnya terus bergerak.
Perhelatan kali ini nampaknya lepas dari pengawasan mereka semua. Apakah karena gaewan partai pemerintah? Atau karena yang melakukan acara bakal calon presiden? Tidak ada larangan memaku pohon, bahkan, sepanjang Jalan Brigjen Katamso Medan dan sejumlah ruas jalan lainnya dipasang umbul-umbul partai dan foto para peserta konvensi.
Tidak ada yang berani melakukan protes, sampai acara selesai pohon tetap menjadi korban kepentingan para pemegang kekuasaan. “Apakah ada diantara peserta Konvensi mengucapkan terimakasih kepada pohon-pohon di jalana tersebut?” tanyaku dalam hati.
Kemana semua pemerhati lingkungan yang biasanya vocal itu? Apakh mereka sedang ke Karo meenyampaikan sumbangan kepada saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah? Atau, jangan-jangan sudah ada pembiaran karena segepok ‘rejeki’?
Mari, sama-sama perhatikan keindahan kota Medan bukan hanya karena perhelatan pemilu atau kampanya ada persaingan satu dengan yang lain. Berbeda dengan konvensi, yang hanya kepentingan orang-orang Jakarta, maka warga Medan tidak perlu menyampaikan protes atau kritik. Yang jelas, ini Medan, tempat tinggal kita yang harus kita jaga.
(###)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H