Sejenak kita berbicara tentang wajah cemas
di stasiun dan tiang-tiang yang tak lelah berdiri di tubuhnya.
Kreta-kreta diberangkatkan, kita tetap berdiri di sini
walau pertemuan entah berpulang kemana?
Pluit panjang tak memberi tanda apa pun
selain kecemasan yang tak tertafsirkan.
Kadang kita harus berlari mengejar kreta yang cepat pergi
Kadang tetap di stasiun ini, menunggu setiap keberangkatan, dan
musimmusim belum usai digenapkan.
“Akankah kita pernah kembali di sini?” katamu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!