Mohon tunggu...
rangga parameswara
rangga parameswara Mohon Tunggu... -

mikul dhuwur mendhem jero

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mikul Dhuwur Mendhem Jero

18 Februari 2014   13:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam hangat...

Saat ini kita berada pada jaman yang tiada berbatas ruang dan waktu. Kejadian di belahan bumi Afrika akan dapat kita ketahui pada real time melalui media internet maupun media broadcast lainnya.

Sebuah tulisan yang ada di ruang publik melalui media internet, cetak dan televisi akan mampu membentuk suatu opini publik yang akan membentuk suatu sikap dan pada akhirnya mampu menggerakkan orang melalui suatu tindakan akibat pengaruh dari sebuah tulisan. Begitu besar pengaruh tulisan dengan bahasa kalimat yang tersaji di ruang publik. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara tentunya akan mampu mempengaruhi karakter masyarakat dengan tulisan-tulisan tersebut.

Bicara tentang tulisan salah satunya adalah mengenai sejarah atau kejadian masa lampau. Sejarah merupakan kejadian masa lampau yang diketahui melalui penuturan pelaku sejarah atau orang yang melihat langsung ataupun melalui penulisan sejarah dalam tulisan. Penuturan sejarah sangat kental dipengaruhi oleh suatu kepentingan baik pribadi, golongan maupun kepentingan lainnya. Ada pepatah mengatakan bahwa "sejarah ditulis oleh penguasa", sang penguasa menuliskan sejarah tentunya memiliki maksud dan tujuan tertentu untuk mencapai kepentingan penguasa tersebut. Pepatah lain menyatakan bahwa "untuk menguasai suatu bangsa maka putuskanlah hubungan mereka dari sejarah nenek moyangnya sehingga hilang kebanggaan mereka", oleh karena itu sang penguasa akan menghancurkan dan membiaskan  sejarah suatu bangsa. Penguasa dalam hal ini bukan hanya yang struktural tetapi juga meliputi siapa yang mampu mengendalikan baik dengan kekuatan maupun dengan uang.

Salah satu pepatah jawa berbunyi "mikul dhuwur mendhem jero", yang memiliki makna kita harus mampu menjunjung tinggi kehormatan/kebaikan orang tua dan bangsa kita dan harus mampu menyembunyikan kejelekan/ketidakbaikan orang tua maupun bangsa kita. Disini kita bicara dari sisi positif untuk mampu mencintai orang tua dan maupun bangsa kita secara tulus karena jika kita bicara sisi negatifnya maka dengan beribu lembar dan kalimat tidak akan ada habisnya. Analogi mencintai secara tulus yaitu saat kita mencintai kekasih hati. Bila kita mendengar nama sang kekasih hati maka hati kita akan bergetar dan berseri-seri, sebaliknya bila kekasih hati kita dijelek-jelekkan maka kita akan marah dan akan membelanya. Begitulah kita mencintai setulus hati terhadap orang tua maupun bangsa kita.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan kekayaan SDA dan SDMnya yang melimpah. Kita akan berdiri dimana, sebagai warga negara yang mencintai bangsa ini atau warga negara yang masa bodoh atau lebih parah sebagai warga negara yang menghancurkan negara ini. Mencintai tanah air merupakan bagian dari iman. Pepatah lain menyatakan bahwa "bila belum mampu memperbaiki maka paling tidak jangan ikut merusak".

Untuk berbuat dan bertindak benar maka kita harus cerdas, banyak tahu dan memiliki prinsip dan berkarakter. Sehingga kita akan mampu menentukan sikap kemudian bertindak dalam koridor yang benar. Media yang ada saat ini memungkinkan kita memperoleh informasi yang tiada batas, seluruhnya yang kita butuhkan tersedia di internet baik yang baik maupun yang buruk.
Hidup adalah suatu pilihan maka kita harus memilih.
Semoga Sukses.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun