Membaca Skenario 'beringin' yang harus diwaspadai (kader 'banteng')
Berawal dari "gambar Jokowi"
(Skenario 1 -- Menang Pilkada 2017)
Sejak bergabung dengan koalisi pemerintahan di awal tahun 2016, 'beringin' sukses mendompleng popularitas Jokowi sebagai Presiden. Langkah awal yang dilakukan di antaranya dengan memasang gambar Jokowi di setiap spanduk/balihonya. Langkah tersebut ternyata ampuh. Melihat hasil Pilkada Serentak 2017 dari 101 daerah yang melaksanakan Pilkada 'beringin' keluar sebagai partai yang terbanyak mengantarkankan calonnya menjadi pemenang.
Pemasangan gambar Jokowi di tiap spanduk/baliho dilakukan guna mempengaruhi psikologi masyarakat. Tentunya guna mendongkrak elektabilitas partai agar para pendukung Jokowi menaruh simpati pada 'beringin'. Apalagi melilhat beberapa hasil survei dimana elektabilitas Jokowi masih yang tertinggi serta mayoritas publik puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi.
(Skenario 2 -- Menang Pilkada 2018)
Setelah sukses di Pilkada 2017, tentunya 'beringin'ingin melanjutkan tren tersebut di Pilkada Serentak 2018 nanti. Tentunya dengan salah satu cara yang sama yaitu tetap 'mendompleng' ketokohan Jokowi. Hal itu dapat dilihat, walaupun saat ini Ketua Umumnya ditetapkan sebagai tersangka kemudian beredar isu Munaslub, 'beringin' bergeming untuk tetap mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019. Bahkan gaung mendukung Jokowi di media lebih besar ketimbang gaung memberikan suport kepada Ketua Umumnya yang terjerat kasus. Mereka mungkin menyadari pemberitaan tentang Jokowi dan'beringin' harus tetap menjadi komoditas utama.
Mungkin hal ini yang harus segera disadari dan diwaspadai oleh para kader 'banteng', mengingat Jokowi sampai saat ini adalah kader 'banteng'. Mewaspadai dalam arti bukan memusuhi, bukan juga berarti menjauhkan 'beringin' dari koalisi pemerintahan. Mewaspadai di sini berarti berhati-hati adanya upaya mengeksploitasi ketokohan Jokowi sebagai kader 'banteng' untuk kepentingan taktis memenangkan partai 'beringin' dalam tiap kontestasi Politik sampai 2019.
Tahun 2018 nanti ada 171 Pilkada yang akan dilaksanakan. Data yang paling menarik dari Pilkada 2018 nanti adalah jumlah pemilih keseluruhan dari daerah yang akan melaksanakan Pilkada jika ditotal mencapai sekitar 160 juta jiwa atau 85% dari total pemilih di seluruh Indonesia. Artinya, siapa yang paling banyak memenangkan Pilkada serentak 2018 akan mempunyai modal suara, basis wilayah serta tentunya infrastruktur politik yang potensial menghadapi Pemilu Serentak 2019 (Pileg dan Pilpres). Apabila 'beringin'kembali mendulang kemenangan terbanyak di Pilkada 2018 berarti secara matematis 'beringin' mempunyai modal yang kuat untuk menatap Pemilu 2019.
(Skenario 3 --Penentuan Cawapres)
Hal yang harus diwaspadai dalam tahapan ini adalah jikalau 'beringin' menggunakan modal kemenangannya di Pilkada 2017/2018 untuk 'bargaining' menentukan Calon Wakil Presiden Jokowi di tahun 2019. Opsi yang paling menguntungkan 'beringin' untuk jangka panjang tentunya Pertama, menempatkan kadernya sebagai Wakil Presiden atau opsi Kedua menempatkan kader eksternal (di luar kader 'banteng' ataupun parpol lain). Apabila skenario ini berhasil, maka upaya sistematis menjauhkan Jokowi dengan 'banteng' sukses.