Literasi telah menjadi kebutuhan bagi setiap manusia untuk bertahan hidup ditengah derasnya arus digital. Dikaji dari sisi linguistik, Literasi sendiri merupakan kata bentuk kerja dari kata literatur yang memiliki arti bahan bacaan yang digunakan dalam berbagai aktivitas baik secara intelektual maupun rekreasi. Sehingga dapat dimaknai jika literasi adalah  kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Fasilitasi literasi biasanya dilakukan oleh Perpustakaan, Media, dan Taman Baca Masyarakat atau biasa dikenal dengan istilah TBM. Dari sekian fasilitas literasi yang ada, TBM dapat dikatakan menjadi salah satu ujung tombak dunia literasi saat ini.
TBM adalah tempat yang sengaja di buat pemerintah, perorangan atau swakelola dan  swadaya masyarakat untuk menyediakan bahan bacaan dan menumbuhkan minat  baca kepada masyarakat yang berada di sekitar Taman Bacaan Masyarakat. Perbedaannya dengan perpustakaan, TBM merupakan lembaga nonformal-informal yang menyajikan literasi kepada mastarakat. Berbeda dengan perpustakaan yang memberikan prasyarat formal untuk menjadi anggota atau sekedar menjadi pengunjung, TBM lebih mengedepankan untuk mendorong masyarakat memiliki minat baca yang tinggi.Â
TBM memiliki fungsi sebagai menumbuhkan minat, kecintaan dan kegemaran membaca; memperkaya pengalaman belajar bagi warga masyarakat yang haus akan literatur; menumbuhkan kegiatan belajar mandiri masyarakat; mempercepat proses penguasaan teknik pemahaman; membantu pengembangan kecakapan membaca; menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; melatih tanggungjawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan; serta membantu kelancaran penyelesaian tugas yang didapat oleh masyarakat.
Dari beberapa fungsi tersebut, TBM mulai banyak diminati ditengah arus digital yang tak bisa dibendung. TBM memberikan objektivikasi terhadap satu peristiwa atau dengan kata lain dapat disebut sebagai filter bagi banyaknya informasi yang kini mulai  diragukan kebenarannya. Diakui atau tidak, orang yang memiliki literatur banyak tidak akan mempan oleh hoax (berita palsu) yang kini mulai menteror masyarakat. Sehingga dapat dikatakan, TBM hadir di era digital untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan mengkounter informasi yang cenderung meresahkan masyarakat.
Beberapa berita yang meresahkan tidak akan dipercaya begitu saja jika literatur seseorang cukup luas. Munculnya berita bahwa  bumi itu datar, masuknya 10 juta tenaga kerja ilegal dari china, gambar palu arit di edaran uang baru, hingga isu penarikan besar-besaran rupiah akibat dari krisis moneter, tidak akan langsung dipercaya bagi orang yang literasinya sudah banyak.
Hadirnya TBM ditengah masyarakat setidaknya membantu mengurai segala problematika masyarakat digital yang haus akan informasi. Salah satu TBM yang concern untuk mengembangkan fungsi TBM di masyarakat adalah TBM Gema Pustaka Kota Blitar. Keberadaannya di Kota Proklamator, Blitar membuat TBM yang didirikan sejak tahun 2007 ini terus berbenah. Berbagai kegiatan literasipun dilakukan untuk mencegah informasi dan pengetahuan yang menyesatkan masyarakat.
Beberapa kegiatan TBM Gema Pustaka ini adalah Lapak Buku Keliling, Bedah Buku, dan Bedah Film yang mengarus utamakan kebutuhan masyarakat. Misalnya saja, ditengah kerisauan masyarakat akan populisme religius, TBM Gema Pustaka hadir dalam program lapak keliling dengan membawa buku-buku nasionalisme yang syarat akan pesan persatuan seperti Buku Penyambung Lidah Rakyat Bung Karno, Buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang, dan buku Kekuasaan, Politik, dan Kebudayaan karya Edward Said.
Pun demikian bila isu disintegrasi mulai menyeruak, TBM Gema Pustaka menghadirkan buku-buku seperti 700 Tahun Majapahir, Bunga Rampai Seni Budaya Jawa Timur, dan Asal Usul Kota di Indonesia. Dari sinilah literasi di era digital dapat terjawab, ketika manusia haus akan kebutuhan informasi, TBM hadir memberi solusi.
TBM yang beralamatkan di Perum GKR Blok G No.3 Kec. Sananwetan, Kota Blitar ini tumbuh dan mampu bersinergi dengan gerakan literasi lain di Kota Blitar. Seperti yang telah diketahui bersama, Kota Blitar memiliki perpustakaan Bung Karno yang diklaim sebagai perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara. Ketika beberapa literasi yang ada di perpustakaan tersebut memenuhi kebutuhan wisatawan di Kawasan Wisata Makam Bung Karno, TBM Gema Pustaka menyajikannya koleksinya dengan konsep Taman Baca Keliling di area kompleks Istana Gebang yang tidak lain merupakan kediaman kakak dan orang tua Bung Karno di Blitar.
Kini TBM Gema pustaka memiliki koleksi 1038 Buku yang siap untuk dibaca oleh para anggota maupun pengunjung Taman Baca, khususnya untuk mencukupi kebutuhan literasi di era digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H