Insecure No, Bersyukur Yes!
Nama saya Ivan. Saya merupakan seorang pekerja biasa yang tinggal di Jakarta, hidupku bisa dibilang standar standar saja. Saya bekerja di sebuah kantor swasta di bilangan SCBD, disana saya sudah tiga tahun. Kata orang awam, bekerja disitu sangatlah beruntung, namun bagiku malah sangat capek dan membosankan, rasanya ingin resign dan mencari pekerjaan yang lebih menyenangkan.
Waktu itu menunjukkan pukul 5 sore, waktu dimana aku pulang dari kantor. Pada waktu itu saya memilih untuk naik bis kota menyusuri jalan untuk Kembali ke rumah. Sepanjang jalan kuhabiskan dengan melihat senja, Namun ditengah perjalanan ada yang menarik perhatianku, yaitu ada mobil mewah disebelah bisku ini!
Pada saat itu didalam hatiku berkata "Aah, enak sekali orang itu. Punya mobil mewah, pasti dia sangat Bahagia". Akhirnya mobil itu pun menjauh dan tidak terasa saya sudah nyampai rumah. Â Dirumah pun saya terus memikirkan mobil tadi dan merasa insecure terhadap hidup saya sekarang. Saya merasa hidup saya sangatlah tidak beruntung karena mobil pun tak punya.
Keesokan harinya saya ditugaskan untuk ke rumah salah satu bos kerabat dari direktur di kantor saya. Saat saya sampai rumahnya saya pun langsung tercengang melihat begitu besar rumahnya. Disaat itupun saya langsung insecure lagi dan berpikir "Betapa sialnya hidup ini! Coba saya bisa punya rumah seperti ini, tidak seperti rumah saya yang kumuh!" , bisikku dalam hati.
Setelah itu besoknya saya merenung tentang kehidupan. Saya merasa hidup saya serba kekurangan dibandingkan orang lain, saya merasa sangat stress. Pada saat itu saya sangat down karena merasa tidak punya apa apa. Akhirnya saya memutuskan untuk curhat ke teman saya bernama Doni. Saya pun berkata padanya "Don, aku sangat stress karena merasa kayanya hidup ini serba kekurangan ya, jika dibandingkan dengan orang lain yang hidupnya sukses!" . Doni pun langsung membalas "Kamu ini kenapa sih, Van? Kamu salama ini sudah diberi Kesehatan, pekerjaan yang cukup, rumah yang memadai. Tapi kenapa kamu tidak pernah mensyukuri hal itu? Aku saja iri padamu, Van! Kamu harus lebih banyak mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan, Van!" imbuhnya dengan lantang. Akupun menjadi berpikir , benar juga kata Doni. Selama ini saya telah diberi banyak oleh Tuhan tapi tetap tidak bersyukur dan selalu melihat keatas.
Keesokannya saya Kembali berangkat ke kantor. Pada saat itu saya memilih untuk jalan kaki untuk menghemat ongkos. Banyak mobil mewah lalu Lalang yang membuatku timbul rasa iri Kembali. Alhasil saya pun bekerja di kantor dengan lesu. Singkat cerita waktu menunjukkan pukul 16:30, waktu dimana saya bersiap untuk pulang. Saya memilih untuk menaiki bus menyusuri jalan pulang.
Sesampainya di halte saya pun harus jalan sekitar 14km untuk bisa sampai rumah. Dalam hatiku menggumun "Aah, coba aku punya mobil! Aku pasti tidak harus capek jalan setelah seharian kerja!" . Namun kejadian setelah itu cukup mengejutkan, Diujung trotoar ada pengemis yang tidak bisa berjalan. Dia melihatku dan bertanya "Mas, kenapa kok mukanya murung?" , "Ooh gapapa mas Cuma capek aja jalan, coba saya punya mobil." Jawabku. Lalu jawaban pengemis itu membuka mataku "Mas, mas itu telah diberi fisik yang tidak cacat seperti saya, pekerjaan yang layak, dan sehat namun, mengapa mas masih saja mengeluh dan selalu melihat ke atas? Saya jujur iri dengan mas bisa jalan kemana mana dengan bebas! Namun saya tetap mensyukuri keadaan saya ini mas! Coba mas sedikit bersyukur, dijamin hidup mas akan berubah." Tuturnya. Seketika aku teringat Kembali pesan temanku Doni yang memberi pesan serupa, aku menyadari selama ini sudah diberi semua kenikmatan yang mungkin banyak orang lain sangat mendambakan, namun saya tetap tidak bersyukur.
Akhirnya saya pun bergegas kerumah dengan menyesali perbuatan saya selama ini yang kurang bersyukur. Keesokan harinya saya bangun dengan penuh rasa syukur dan sudah tidak insecure sama sekali. Singkat cerita sudah berminggu minggu setelah itu saya pun merasakan indahnya bersyukur. Rezeki saya ditambah, saya lebih happy, dan lebih tenang. Sesungguhnya pencerahan itu bisa datang darimana saja..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H