Menurut berita yang tersebar , ketika wabah ini datang maka pasar-pasar akan di tutup dan tidak di perbolehkan berjualan. Terdengar suara orang itu mengutuk-ngutuki.
Setelah puas bertukar kabar, karmoiran kemudian mengeluarkanku dari lipatan songkok-nya dan sebagai gantinya orang pasar ini memberikan dua ekor ikan segar pada karmoiran.
Seandainya aku dapat berbicara, aku berani berkata bodoh pada karmoiran. "tentu aku bernilai jauh lebih tinggi dari sekedar dua ekor ikan".
Sejurus kemudian ku ketahui dari tuan baruku ini yang sedang berbincang dengan orang di sebelahnya, ternyata aku di persembahkan oleh karmoiran sebagai pelunas hutangnya kepada pedagang ikan ini.
Cahaya matahari terangkat naik, lampu-lampu di tidurkan, cahaya matahari mengambil alih kekuasaan dari gelap.
Pagi hari yang sibuk di sebuah pasar ikan yang riuh ramai. Karmoiran rupanya masih betah dengan kesibukan pasar, rupanya kerinduanya dapat mengalahkan bau amis ikan.
Dia duduk lurus saja di dari pandanganku, mengawasi hiruk pikuk sambil tersenyum puas seakan seluruh bebannya terangkat seperti balon yang ditiupkan udara, membumbung semakin ringan menuju ke angkasa yang lengang.Â
Orang pasar sebentar saja sudah penuh berkerumun
" Yang kenal dengan Bapak ini. Cepat kemari bantu saya."
" Itu teman saya mas " jawab seorang dari arah kerumunan, ternyata tukimin.Â
Terlihat tukimin panik dan wajahnya pucat pasi, seolah dia yang telah membunuh karmoiran, beberapa penduduk pasar lainya segera membantu termasuk tuanku penjual ikan.Â
Aku masih di pasar saat tersebar berita tantang seseorang yang meninggal setelah melunasi hutangnya, cerita lain yang tersebar adalah, seseorang mati sambil tersenyum di pasar ikan.