Entah benak apa yang sedang tersirat dibenak mantan dosen Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang mencoba memperkosa mahasiswinya. Apakah mungkin sedang tidak sadar atau mungkin memang sadar sepenuhnya? Ya... Ketika malam ini saya membuka facebook saya, ada berita dari Facebooknews Banten yang membuat saya terheran-heran (baca disini). Seorang Dosen PTS mencoba memperkosa mahasiswinya sendiri yang hendak ingin memperbaiki nilainya. Kejadian tersebut terlebih lagi berlangsung ketika umat muslim laki-laki sedang melakukan solat jum’at berjamaah. Apakah motifnya? Saya pun kurang mengerti jika belum mewawancarai pelaku terkait alasan untuk melakukannya. Tapi sungguh sangat disayangkan bukan?
Setiap pribadi manusia tentu mempunyai hak dan privasi sendiri dalam memenuhi kebutuhan seksnya. Entah itu dengan cara masturbasi, melihat video dewasa, melakukan seks dengan pasangan sahnya atau dengan kupu-kupu malam. Ya memang semua itu terserah kepada pribadi masing-masing. Namun tindakan pelaku jelas sangat menyimpang dan tidak mencerminkan moral yang baik. Bagaimana seharusnya dosen menjadi salah satu tokoh untuk membimbing mahasiswanya agar lebih cerdas, dan pribadi yang baik. Seharusnya memberikan kontribusi yang nyata dan melakukan kewajibannya, tidak pantas melakukan hal yang seperti ini. Pendewasaan itu adalah dapat mengendalikan emosi, nafsu dan pikirannya, bukannya malah memberikan efek trauma psikis bagi peserta didik. Jelas sekali dimata sosial sangat disayangkan, apalagi di bumi banten ini. Lalu apakah penyebabnya sehingga pelaku ingin melakukan pemerkosaan tersebut?
Lagi-lagi saya beropini dan mengkritisi bagaimana media/situs pornografi merajalela bak semut yang tak ada habisnya. Film blue movie yang bebas dan bertebaran di dunia maya yang dapat anda download sepuasnya. Bahkan film yang lulus sensor pun tidak sedikit memasukkan adegan-adegan seks yang memang bertolak belakang oleh budaya bangsa kita. Meskipun pemerintah dalam program “Internet Bersihnya” selalu memblok akses situs pornografi, namun selalu saja situs pornografi yang baru bermunculan dan bahkan selalu bertambah. Belum lagi jika anda mencoba untuk mengetik keyword di google “jual dvd porno murah” saya yakin, banyak jasa penjualan dvd porno di Indonesia yang banting harga murah demi melariskan penjualanya. Seakan tidak ada habisnya mereka ingin merusak moral bangsa dan nilai agama kita dengan cara seperti itu. Lalu apakah hal-hal tersebut yang mengakibatkan sipelaku melakukan percobaan pemerkosaan ini? Saya rasa Tidak 100% memang, mungkin tidak lebih dari 50% motif pelaku melakukan ini karena menonton video porno atau situs porno. Tapi, jika memang alasan pelaku melakukan pemerkosaan tersebut 50% karena sering menonton video porno, sungguh besar sekali kontribusi video porno dalam motif tersebut. Kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan pemerintah karena tidak becus dalam mengatasi hal tersebut, tidak gampang. Dunia yang didominasi oleh penggunaan internet yang bebas dan tidak dapat dikendalikan, juga menjadi alasan bagaimana video porno tidak dapat dimusnahkan. Justru sekarang dijadikan ajang bisnis dan lahan panas untuk mendapatkan profit yang menguntungkan.
Di negara kita, tidak bisa semua orang indonesia yang menonton video porno bertangggung jawab atas pengendalian emosinya sendiri. Ditambah pergaulan atau budaya di indonesia tidak sama dengan budaya di amerika yang bisa melakukan hubungan seks tanpa adanya ikatan pernikahan. Membuat pemberontakan emosi yang tidak tersalurkan justru semakin besar. Belum lagi hasrat untuk mengikuti atau mencontoh cerita pada video-video porno tertentu. Semakin besar kesempatan, justru semakin terdorong motif untuk melakukannya.
Dalam hal ini menghadapi budaya yang semakin bebas, pengendalian diri dan emosilah menurut saya penting bagi kita semua. Dimana kita harus bijak dalam menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan budaya kita. Era dimana dominasi video-video porno yang terus merajalela juga tidak bisa kita hilangkan di bumi indonesia ini.
Dalam kasus ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi pendidikan indonesia yang semakin keluar dari misi untuk mencerdaskan bangsa. Institusi pendidikan tertinggi di indonesia dicoreng oleh hal yang tidak bermoral seperti ini. Sudah banyak berita-berita seperti ini bahkan di Sekolah Menengah Atas juga tidak sedikit. Harapan kedepan kejadian ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat khususnya di Kota Serang, untuk lebih berhati-hati kedepannya. Kuncinya mungkin selalu meningkatkan nilai akhlak dan moral sebagai tameng dalam menghadapi budaya yang semakin tidak bersahabat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H