Mohon tunggu...
Randy Septo Anggara
Randy Septo Anggara Mohon Tunggu... -

mahaiswa akuntansi tingkat akhir di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apakah Saya Punya Keyakinan akan Tuhan?

7 Oktober 2014   18:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:02 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keyakinan akan Tuhan bukanlah suatu hal untuk dijadikan perdebatan dan perpecahan, apalagi dijadikan alasan untuk saling membunuh dan berperang atau menghinakan keyakinan orang lain. Tapi keyakinan bisa kita diskusikan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan pencerahan atas atas kebenaran dari adanya Tuhan.Yakin atas tidak adanya Tuhan juga merupakan sebuah Keyakinan.

Kemarin malam saya menonton film Son of God, sebuah film yang bagus yang menggisahkan Jesus putra Maria sebagai putra Tuhan, mungkin tidak ada yang berbeda dengan cerita tentang Dia. Saya menulis kata dia dengan huruf besar bukan berarti saya meyakini Jesus sebagai Tuhan tapi lebih karena menghormati orang-orang yang menganggap dia sebagai Tuhan (umat Nasrani).

Saya cukup kagum dengan tokoh jesus dalam cerita tersebut, dia datang sebagai pembawa kabar gembira dan pembawa peringatan bagi manusia khususnya bangsa Israel, Tapi kami orang-orang Islam merasa ada beberapa kesamaan antara tokoh Jesus dengan Nabi Isa as. Baik dari segi cerita mapun apa yang dimiliki oleh mereka, Atau memang mereka adalah orang yang sama namun dipahami secara berbeda oleh kita anak-anak manusia.

Dahulu Tuhan mengutus para nabi untuk memberikan kehidupan kepada umat manusia agar mereka tidak berjalan dimuka bumi ini dalam kematian, karena menurut saya hidup tanpa sebuah keyakinan sama saja dengan mati dan beberapa nabi mendapatkan kemampuan atau mukjizat dari Tuhan sebagai tanda dia adalah utusan Tuhan.Sebagaimana biasa para nabi akan memperlihatkan mukjizat mereka sehingga manusia yang melihatnya merasa lemah, dan berfikir

“ bagaimana mungkin seorang manusia bisa berbuat demikian”.

Ketika saya menonton film tersebut saya tidak melihat bahwa Jesus adalah Tuhan, saya tidak dapat memahami dari setiap detil cerita bahwa Jesus adalah Tuhan atau dalam cerita Dia berkata saya adalah Tuhan.

Saya justru melihat ada kesalah pahaman diantara pengikut Jesus dalam mengartikan apa yang dikatakan Jesus dalam setiap kesempatan Dia berkhutbah, misal dalam sebuah adegan Dia yang ketika itu sedang berkhutbah didatangi oleh salah seorang muridnya yang menggendong seseorang yang lumpuh dan diletakan dekatnya, ketika itu Jesus melihatnya dengan penuh rasa kasih sayang dan iba, lalu Dia memegang kaki orang tersebut lalu berkata

“dosamu sudah diampuni anak-ku”.

Dan Jesus meminta orang tersebut untuk bangun dan berjalan kembali, sungguh ajaib akhirnya orang itu bisa sembuh dan berdiri kembali.

Saya memahami bahwa yang yang dimaksud Jesus bukanlah Dia mengampuni orang tersebut, namun Tuhanlah yang telah mengampuni orang tersebut lewat perkataan Jesus karena Jesus adalah pembawa pesan Tuhan yang yang membawa kabar gembira dan peringatan.

Hal ini sama seperti ketika Nabi Muhammad SAW. Yang membawa pesan dari Tuhan untuk umat manusia, misal dalam satu kesempatan nabi berkata

“karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu......” (Al-Baqarah 2:152).

Kata Aku dalam perkataan nabi tersebutbukanlah Aku sebagai dirinya namun rasul hanya menyampaikan apa yang diakatakan Allah SWT lewat jibril yang ketika itu menjadi mentor nabi secara utuh, sehingga apa yang ingin disampaikan Tuhan dapat didengar secara utuh tanpa mengurangi atau menambah satu huruf sekalipun.

Karena mereka membawa pesan dari Tuhan dalam kitab-kitab yang kami yakini sampai ruh berpisah dengan tubuh ini, baik Zabur, Taurat, Injil maupun Al-Qur’an.

Namun saya sangat meyakini hanya Al-Qur’an yang terjaga keasliannya dan kesamaan redaksinya dari sejak apa yang nabi sampaikan ketika itu, nanti akan saya sampaikan pada bab kitab para nabi.

lalu kenapa Tuhan menghentikan untuk mengutus nabi pada zaman setelah nabi Muhammad SAW, padahal saya melihat begitu banyak kebodohan yang dilakukan masyarakat negeri ini melebihi bangsa Quraisy yang disebut kaum Jahiliyah (kaum yang bodoh) pada waktu itu.

vDahulu mereka mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru lahir

vSekarang bayi yang belum lahir saja sudah mereka bunuh

vDahulu mereka berzinah dan memperkosa kaum wanita

vSekarang ada orangtua menyetubuhi anaknya sendiri, bahkan menyetubuhi anak-anak kecil.

vDahulu mereka meminum khamar dan bermabuk-mabukan

vSekrang mereka bukan hanya meminum namun memakai obat yang bahkan bukan hanya menghilangkan kesadaran namun menghilangkan nyawa mereka.

Sungguh aku rindu akan bagaimana rasul dahulu menerapkan Islam dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, karena saya melihat Islam saat ini tidak lagi menjadi rahmat bagi seluruh alam, kami umat manusia sedang mengalami krisis akan keyakinan terhadap Tuhan.

Termasuk saya yang sedang mengalami kegersangan hati, kekeringan panjang yang mengeraskan hati menjadi batu dan Hati yang tidak lagi bisa merasakan alam berbicara.

Apakah alam berhenti memberikan isyarat kepada kita, atau kita tidak mau mendengar, memahami apa yang alam isyaratkan. Manusia adalah bagian dari alam ini namun seringkali manusia lupa, sehingga dia tidak dapat berbicara lagi dengan alam.

Saya menjadi teringat akan sebuah lagu tentang sebuah keyakinan dari Raihan, ada satu bait lagu yang menarik dan membuat saya berfikir akan keyakinan yang saya anut, syair tersebut berbunyi,

“iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertakwa”

Apakah kita saat ini tidak sadar akan apa yang kita yakini saat ini adalah warisan dari orangtua kita, orangtua kitalah yang menjadikan kita beragama Islam, Kristen dan Yahudi, atau sperti keyakinan Hindu dan Budha. Apakah salah jika kita mendapatkan keyakinan kita ini dari orangtua?...

Saya kira bukannya salah,tetapi Agama ini harus kita pahami dengan akal dan hati kita,
saya akan analogikan dengan seorang dokter dan seorang anak,

Pada suatu ketika ada seorang pasien yang sedang sakit datang kerumah seorang dokter, namun sang dokter tidak ada ditempat, hanya ada anaknya yang biasa menemani sang ayah praktek.

Sang anak menjelaskan bahwa ayahnya sedang tidak ada ditempat, lalu sang anak bertanya tentang penyakit orang tersebut, lalu tanpa berfikir panjang sang anak memberikan obat kepada sang pasien.

Sang ayah marah ketika mengetahui apa yang anaknya lakukan.

Bukan berarti ketika sang ayah adalah seorang dokter maka otomatis sang anak akan menjadi dokter, sang anak bisa menjadi dokter apabila sang ayah mengajarkan ilmu untuk menjadi dokter

Walaupun sang anak sudah terbiasa dengan bagaimana sang ayah memberikan obat kepada pasien melalui bertanya akan rasa sakit yang diderita pasien.Dan boleh jadi sang anak tidak salah memberikan obat, Namunyang perlu dipahami sang anak adalah kenapa obat tersebut bisa menyembuhkan pasien tersebut, dan zat apa yang terkandung dalam obat tersebut. Hal inilah yang perlu dipahami sang anak dalam proses menjadi seorang dokter.

Oleh sebab itu sah-sah saja jika kita meyakini apa yang orangtua kita yakini, namun harus dipahami bukan keturunanlah yang menjadikan kita yakin tentang agama yang kita yakini, melainkan dengan cara mempelajari tentang kenapa kita harus yakin dengan agama yang orangtua kita anut.

Saya sangat iri kepada orang-orang menemukan agamanya dengan cara mencari dan dengan proses berfikir yang mendalam, karena kita bisa saksikan bagaimana ketaatan mereka beribadah kepada Tuhan. Mereka meyakini dengan sebenar-benarnya yakin bahwa Tuhan benar-benar ada.

Adik saya pernah bercerita tentang temanya yang seorang nasrani, ketika itu mereka sedang belajar didalam ruang kelas, ketika itu seorang guru yang sedang mengajar bertanya kepada seorang murid yang beragama nasrani tersebut

“kenapa kamu yakin bahwa Jesus adalah Tuhan? ...”

Anak tersebutpun hanya terdiam tanpa bisa menjawab apa yang ditanya ibu guru tadi.

Sebenarnya saya merasa kecewa akan apa yang dilakukan guru tesebut, Lalu saya bertanya kembali kepada adik saya,

“kenapa Riry (nama adik saya) yakin bahwa Allah adalah Tuhan? ...”

Diapun hanya terdiam, mungkin sang guru juga belum tentu dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Sebelum kita sampai kepada memilih sebuah keyakinan kita harus pahami dahulu secara mendalam, tentang

Apakah kita yakin tentang adanya Tuhan? ...

Apakah Tuhan benar-benar ada dan menciptakan alam semesta? ...

Atau memang adanya kita, kehidupan dan alam semesta ini berdasarkan hanya berdasarkan kebetulan semata? ...

Maka sebelum kita melanjutkan membaca buku ini ada baiknya kita keluar rumah sejenak dan padangilah langit, atau pergilah kesuatu tempat yang menghantarkan kita kepada kedalaman befikir, sama seperti yang saya lakukan saat ini hiruplah udara segar yang akan menghantarkan oksigen keseluruh bagian yang ada ditubuh ini.

Berpandang langit

Langit begitu indah dalam birunya, dalam percampuran warna awan putih yang berarak, dalam sinar kecil yang menyala ketika malam, dalam bulan yang mendapat cahaya eksistensi matahari, dalam kesunyian yang begitu indah.

Langit yang begitu tinggi tanpa tiang yang menyanggah dan menopang mereka, begitu luas membentang alam semesta, begitu terbatas jarang pandang kita melihatnya, begitu kecil bumi ini dialam semesta, begitu sombong kami yang tak mau menyadarinya.

Memandangnya tak akan membuatmu jenuh, tak akan membuatmu ingkar, tak akan membuatmu menjadi orang yang sombong, karena kita terlalu kecil untuk langit.Dengan beban yang begitu berat dia berjalan perlahan, Menjatuhkan titik air dan berkata ini adalah rahmat Tuhan dalam bulir salju dingin sebagai ujian akal akan alam

Detak jantung yang berdetak tiada henti sampai ruh terlepas dari jasadnya, Berirama akan pujian ciptaan Tuhan yang sempurna tanpa keraguan, Berdenyutnya nadi tanpa kendali akal yang tak bisa memahami kerdipan mata, Udara yang masuk begitu saja melewati rongga hidung dan menghidupkanmu, Menghidupkan kami dari tetes mani yang aku sendiri malu melihatnya, Sungguh aku dapat melihat Engkau Tuhan dalam langit dan tubuh kami.

Teramat indah dunia ini untuk dikatakan sebuah kebetulan, sungguh jawaban kebetulan adalah sebuah kebohongan

Maka lihatlah kedalam dirimu, lihatlah alam sekitarmu, rasakan kehadiran akan Zat yang mencipatakan semua ini, rasakan air lewat air yang mengalir dan kau minum, angin yang menggerakan ranting-ranting pohon dan menari bertasbih menyebut nama-Nya.

Bagaimana kita bisa kagum ketika kita melihat sebuah lukisan dan memuji orang yang menciptnya, sedang kita tidak meyakini akan keberadaan Tuhan ketika kita melihat alam yang berjuta-juta kali indahnya dari lukisan yang kau puji tersebut, apakah kau tak ingin memuji Tuhan yang menciptakan lukisan yang kau puji tersebut.

Ada sebuah cerita tentang seseorang yang tidak yakin akan adanya Tuhan, kita sebut saja dia sebagai Atheis.

Dalam sebuah ruangan si Atheis sedang mengagumi sebuah jam besar, dia begitu kagum dengan detil dari jam tersebut baik ukiran kayu yang yang begitu indah maupun dari mekanisme kerja jam tersebut sehingga dapat menunjukan ketepatan waktu dan keteraturan rangkainan mesin didalamnya ketika berputar, sentak dia bertanya kepada teman yang berada didekatnya,

“kawan siapakah yang menciptakan jam yang begitu indah ini? ...”

Temannya pun menjawab dengan santai,

“itu tidak ada yang menciptakan, jam itu tercipta secara kebetulan dengan sendirinya”

Atheis pun terdiam tanpa memprotes jawaban temannya, karena dia tahu bahwa dia hanya akan mempermalukan dirinya ketika bertanya.

Dia menyadari satu hal bagaimana mungkin alam semesta yang begitu indah dan memiliki keteraturan begitu sempurna tidak ada yang menciptakan, bagaimana tentang keteraturan antar planet yang berputar mengelilingi matahari, mereka berputar sesuai orbit mereka tanpa bertabrakan satu dengan yang lainnya, bagaimana tentang posisi bumi yang tidak terlalu dekat dengan matahari sehingga manusia dapat bertahan dari panasnya, tidak pula terlalu jauh sehingga manusia bisa bertahan dari kedinginan, bagaimana bisa letaknya bisa begitu tepat. Sungguh dia menyadari bahwa ada seuatu yang menyababkan semua itu terjadi, dan itu semua bukan karena kebetulan melainkan ada kekuatan lain yang maha dahsyat yang dapat melakukan itu semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun