[caption id="attachment_328985" align="aligncenter" width="624" caption="Presiden Terpilih Jokowi Bersama CEO Facebook Mark Zuckerberg di Balai Kota (Foto : Kompas.Com)"][/caption]
Artikel Sdr. Goenawan yang diganjar Trending Articles (TA) oleh Admin Kompasiana 15 Jam yang lalu dengan judul "Jokowi Menyodorkan Leher Bangsa Ini Pada Facebook" yang sampai saat ini setidaknya sudah dibaca lebih dari 1.700-an dengan 60-an komentar dan 10 Hits itu, isi artikelnya kurang lebih menyoroti dan mempertanyakan rencana kerja sama antara Pemerintahan Jokowi dengan Pihak Facebook yang oleh Sdr. Goenawan dianggap sebagai tindakan Jokowi menyerahkan leher bangsa ini kepada Facebook.
Pertanyaannya apakah mungkin seorang Presiden Terpilih sebodoh dan senekat itu menyerahkan leher bangsa ini kepada pihak Facebook? Ataukah kita saja yang terlalu bodoh dan sok tahu sehingga dengan gampangnya menarik kesimpulan (baca: berasumsi) yang sebenarnya jauh dari apa yang diinginkan dan dihendaki oleh Jokowi.
Baiklah, sebagaimana Judul Artikel saya di atas maka pertama, saya ingin menanggapi soal "Semua orang tahu bahwa bisnis Facebook tak lebih dari iklan online, tidak ada nilai tambah atau teknologi bisa ditransfer."
Benarkah bisnis Facebook tak lebih dari sekedar iklan On-Line dan tidak ada nilai tambah serta alih teknologi? Saya kira kesimpulan yang dibuat oleh Sdr. Goenawan soal ini sulit untuk mendapatkan pembenarannya, dan kesimpulannya terkesan lebih sebagai ketidaksukaannya terhadap Jokowi secara pribadi. Kenapa saya berani mengatakan demikian, karena dari awal hingga akhir artikelnya seolah-olah Jokowi telah melakukan hal yang sedemikian fatalnya sehingga patut dipersalahkan. Padahal kita semua tahu bahkan juga telah membuktikannya bahwa sebagian kita pengguna Facebook mendapatkan manfaat yang lebih dari sekedar up-date status dan berkomentar. Ada berapa banyak pengguna Facebook yang membuka "LAPAK" di jejaring Facebook untuk menawarkan dagangannya dan berapa banyak pula keuntungan yang didapat dari "LAPAK" mereka di jejaring Facebook tersebut. Apakah mereka yang punya "LAPAK" di jejaring Facebook itu diwajibkan membayar iklan sebagai konsekuensi dari apa yang mereka dagangkan?
Sedangkan untuk alih teknologi (TI), saya berani memastikan bahwa apabila kerja sama Pemerintahan Jokowi dengan pihak Facebook benar terwujud, maka alih teknologi (TI) merupakan bagian dari kerja sama tersebut. Artinya bahwa pelaku UKM akan diberikan pemahaman dan atau pendidikan perihal TI untuk pengembangan UKM itu sendiri.
Dan kita juga ketahui bersama bahwa sebelum bertemu dengan Jokowi, Mr. Zuck terlebih dahulu bertemu dengan Panggagas Kampung Cyber, Antonius Sasongko di Yogyakarta. Antonius Sasongko membuktikan sekaligus membantah kesimpulan yang tidak berdasar dari Sdr. Goenawan yang mengatakan Facebook tidak lebih dari sekedar bisnis iklan on-line. Facebook di tangan pria Yogyakarta tersebut dijadikan media yang sangat berarti setidaknya dalam lingkup RT 36, Taman Sari, Yogyakarta.
Sdr. Goenawan juga mengulas tentang Nasib Google, Facebook, Twitter, Yahoo dkk. di China. Atas ulasannya ini, maka kita pun akan bertanya kemudian, sudah mampukah bangsa kita menciptakan aplikasi yang setara dengan Google, Facebook, Twitter, Yahoo dan lainnya itu? Dan sudah siapkah kita sebagai bangsa merasa bangga menggunakan produk bangsa sendiri?
Mungkin sudah banyak juga jejaring sosial buatan anak bangsa selain KASKUS yang merupakan jejaring sosial terbesar Indonesia. Tapi apakah kita dengan bangganya akan menggunakan jejaring sosial tersebut sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan kita terhadap produk anak bangsa? Berkaca dari kasus Mobil Esemka, di mana Jokowi sebagai ambasadornya dalam promosi Mobil Esemka, kita bukannya berbangga, malah ada saja sebagian kita yang mencibirnya dan bahkan menyangkut-pautkan dengan hal-hal yang berbau zionis dan pencitraan. Sebagian kita memang gampang sekali berkesimpulan negatif dalam menyikapi sesuatunya, padahal tanpa sadar sebagian kita pun merupakan bagian dari hal "negatif" itu sendiri.
Dan betapa lucunya menurut saya ketika Sdr. Goenawan mengatakan apa yang dilakukan Jokowi kepada Facebook sebagai tindakan yang menabrak akal sehat dan nasionalisme sekaligus sebagai tindakan yang sangat bodoh, sembrono dan merupakan bagian dari bentuk balas jasa, sebagaimana yang dilakukannya pada admin KASKUS.
Sungguh, saya tidak habis pikir atas dasar pembenaran apa sehingga Sdr. Goenawan sampai sebegitunya mengatakan tindakan Jokowi telah menabrak akal sehat dan nasionalisme sekaligus sebagai tindakan yang sangat bodoh dan sembrono. Bagaimana mungkin Sdr. Goenawan sampai bisa berkesimpulan demikian, padahal apa yang menjadi pembicaraan antara Jokowi dan Mr. Zuck (Facebook) saja tidak diketahuinya. Saya kira apa yang dikatakan oleh Sdr. Goenawan merupakan bagian dari Kebodohan yang Membodohi kita sebagai orang yang berpikir. Sebab sebagai orang yang tidak mengetahui apa yang menjadi bagian dari perbincangan Jokowi dan Mr. Zuck (Facebook) perihal detail rencana kerjasama Pemerintahan Jokowi dengan Pihak Facebook, bagaimana bisa Sdr. Goenawan sampai mengatakan demikian.