Mohon tunggu...
Randy Firmansyah
Randy Firmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Salah satu mahasiswa di suatu universitas di Indonesia yang mengambil program studi Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Love

Bagaimana Trauma Masa Lalu Membentuk Cara Mencintai Seseorang?

8 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 8 Oktober 2024   07:10 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: br.freepik.com

Bagi banyak orang, cinta adalah tentang kedekatan, kepercayaan, dan keintiman. Namun, bagi sebagian lainnya, cinta bisa terasa rumit, penuh ketakutan, atau bahkan menyakitkan. Ketika seseorang membawa luka dari masa lalu, seperti pengalaman pengabaian, penolakan, atau bahkan pelecehan, hubungan cinta di masa dewasa sering kali menjadi cermin dari trauma-trauma tersebut. Alih-alih menjadi sumber kenyamanan, cinta justru bisa memunculkan kecemasan, ketidakamanan, atau bahkan rasa takut.

Bagaimana trauma masa lalu membentuk cara seseorang mencintai? Mengapa pengalaman traumatis bisa mempengaruhi cara seseorang merespons cinta, atau bahkan memilih pasangan? Artikel ini akan membahas bagaimana pengalaman-pengalaman masa lalu yang kelam dapat membentuk dinamika hubungan, serta bagaimana seseorang dapat menghadapi trauma ini untuk membangun cinta yang lebih sehat.

Apa Itu Trauma Masa Lalu?

Trauma masa lalu bukan hanya tentang peristiwa besar seperti pelecehan fisik atau seksual. Trauma bisa juga berupa pengalaman yang lebih halus tapi meninggalkan luka emosional yang dalam, seperti:

Pengabaian atau penelantaran oleh orang tua atau pengasuh di masa kecil.

Penolakan atau pengkhianatan dalam hubungan sebelumnya.

Lingkungan yang penuh konflik, seperti tumbuh dalam keluarga yang sering bertengkar.

Kehilangan mendadak seseorang yang sangat dicintai, seperti kematian orang tua saat usia dini.

Trauma ini bisa membentuk cara otak merespons stres, cara seseorang memandang dirinya sendiri, dan bahkan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Efek trauma bisa berlanjut hingga masa dewasa dan, tanpa disadari, memengaruhi cara seseorang mencintai dan dicintai.

Bagaimana Trauma Membentuk Cara Seseorang Mencintai?

Trauma masa lalu menciptakan pola-pola emosional yang sering kali terbawa ke dalam hubungan cinta. Otak manusia dirancang untuk belajar dari pengalaman dan membentuk kebiasaan dari apa yang dirasakannya. Ketika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan atau pengabaian, otak mereka akan terbiasa dengan pola-pola stres dan ketidakpastian tersebut.

Berikut adalah beberapa cara trauma masa lalu bisa memengaruhi cara seseorang mencintai di masa dewasa:

Ketakutan akan Kedekatan (Fear of Intimacy) 

Seseorang yang pernah mengalami pengabaian atau penolakan mungkin memiliki ketakutan mendalam untuk menjadi terlalu dekat dengan orang lain. Ketakutan ini bukan hanya tentang ketidakpercayaan pada orang lain, tetapi juga ketakutan untuk menjadi rentan. Bagi mereka, kedekatan mungkin terasa seperti ancaman. Mereka khawatir, jika mereka membuka diri, mereka akan ditinggalkan atau disakiti lagi.

Akibatnya, mereka cenderung menjaga jarak emosional dalam hubungan, menahan perasaan mereka, atau malah mendorong pasangan menjauh ketika hubungan mulai terasa terlalu dekat. Ini adalah bentuk perlindungan diri, untuk mencegah luka yang sama terulang kembali.

Ketergantungan Emosional (Emotional Dependency) 

Di sisi lain, beberapa orang yang pernah merasa diabaikan bisa menjadi sangat bergantung secara emosional pada pasangan. Karena mereka takut ditinggalkan, mereka mungkin merasa cemas atau tidak aman ketika pasangan tidak memberikan perhatian penuh. Ini bisa menciptakan kecenderungan untuk selalu mencari validasi atau persetujuan dari pasangan, yang pada akhirnya justru bisa menekan dan membebani hubungan.

Ketergantungan ini tidak hanya merusak hubungan, tapi juga membuat seseorang kehilangan jati dirinya. Mereka mungkin terlalu sibuk berusaha memenuhi ekspektasi pasangan, atau terus-menerus khawatir akan kehilangan pasangan, sehingga lupa bagaimana mencintai diri sendiri.

Pilihan Pasangan yang Berulang (Repetition Compulsion) 

Tanpa disadari, banyak orang yang pernah mengalami trauma masa lalu terjebak dalam "repetition compulsion", yaitu kecenderungan untuk memilih pasangan yang serupa dengan orang yang melukai mereka di masa lalu. Ini terjadi bukan karena mereka ingin disakiti, tetapi karena otak cenderung mencari pola yang familiar, meskipun pola itu berbahaya.

Misalnya, seseorang yang tumbuh dengan orang tua yang kasar atau tidak peduli bisa tertarik pada pasangan yang juga bersikap dingin atau tidak menghargai. Pola ini terus berulang, dan mereka mungkin tidak memahami mengapa mereka selalu terjebak dalam hubungan yang sama.

Kesulitan Mempercayai Pasangan (Trust Issues) 

Kepercayaan adalah pondasi dari hubungan yang sehat. Namun, bagi seseorang yang pernah dikhianati atau disakiti, membangun kepercayaan bisa terasa sangat sulit. Mereka mungkin selalu meragukan niat pasangan, mencari-cari tanda-tanda pengkhianatan, atau menjadi sangat protektif dengan perasaan mereka.

Ini menciptakan dinamika hubungan yang penuh ketegangan. Setiap ketidakpastian kecil bisa terasa seperti ancaman besar, dan komunikasi sering kali terhambat oleh rasa takut dan keraguan yang tak beralasan.

Perilaku Menghindar (Avoidant Behavior) 

Beberapa orang dengan trauma masa lalu bisa mengembangkan pola perilaku menghindar, di mana mereka secara sengaja menjauh dari hubungan yang terlalu emosional atau intim. Mereka mungkin memilih untuk terlibat dalam hubungan yang dangkal, atau tidak berkomitmen pada satu pasangan, karena mereka merasa tidak siap menghadapi beban emosional dari hubungan yang serius.

Mereka mungkin terlibat dalam hubungan hanya sampai pada tahap tertentu, lalu menarik diri ketika mulai merasa terlalu dekat. Ini bisa membuat pasangan mereka bingung dan merasa diabaikan, menciptakan siklus ketidakpastian dalam hubungan.

Bagaimana Mengatasi Pengaruh Trauma dalam Hubungan?

Mengatasi dampak trauma dalam hubungan bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Memahami akar permasalahan adalah langkah pertama yang penting. Berikut beberapa cara yang bisa membantu seseorang mengatasi trauma masa lalu dan membangun hubungan yang lebih sehat:

Mengenali Pola yang Berulang 

Langkah pertama adalah mengidentifikasi pola-pola hubungan yang merusak. Apakah kamu cenderung tertarik pada tipe pasangan yang sama? Apakah kamu sering merasa cemas atau tidak aman dalam hubungan? Dengan mengenali pola-pola ini, kamu bisa mulai memahami bagaimana trauma masa lalu mempengaruhi pilihan dan perilakumu.

Terapi dan Konseling

Terapi bisa sangat membantu dalam mengatasi trauma masa lalu. Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) dapat membantu mengubah cara otak memproses kenangan traumatis. Terapi juga memberikan ruang yang aman untuk mengeksplorasi perasaan dan membangun kembali kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain.

 Latihan Komunikasi yang Terbuka 

Bagi mereka yang mengalami trauma, berbicara tentang perasaan bisa terasa menakutkan. Tetapi komunikasi terbuka adalah kunci untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan dalam hubungan. Bicarakan dengan pasanganmu tentang apa yang kamu rasakan dan bagaimana pengalaman masa lalu mempengaruhimu. Pasangan yang pengertian akan mendukungmu untuk melewati proses ini.

Membangun Rasa Aman dan Percaya Diri 

Ini mungkin membutuhkan waktu, tetapi cobalah untuk perlahan-lahan membangun rasa aman dan kepercayaan diri dalam hubungan. Fokuslah pada hal-hal kecil yang bisa memperkuat hubunganmu, seperti menghargai momen-momen kecil bersama, mengucapkan terima kasih, dan belajar menerima cinta yang diberikan.

Memaafkan Diri Sendiri

Banyak orang yang mengalami trauma cenderung menyalahkan diri sendiri atas perasaan atau reaksi mereka. Penting untuk menyadari bahwa apa yang kamu alami adalah respons normal terhadap situasi yang tidak normal. Belajarlah memaafkan dirimu sendiri atas ketakutan dan keraguan yang kamu alami. Proses penyembuhan adalah perjalanan yang panjang, dan setiap langkah kecil patut dihargai.

Kesimpulan: Cinta sebagai Proses Penyembuhan

Trauma masa lalu bisa sangat memengaruhi cara seseorang mencintai, tetapi itu bukan akhir dari segalanya. Hubungan yang sehat bisa menjadi tempat untuk menyembuhkan luka-luka tersebut, asalkan ada kesadaran, keinginan untuk berubah, dan dukungan dari pasangan. Meskipun proses ini tidak mudah, cinta yang didasarkan pada kesabaran dan pengertian bisa menjadi kunci untuk membebaskan diri dari bayang-bayang masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun