Mohon tunggu...
Randy Firmansyah
Randy Firmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Salah satu mahasiswa di suatu universitas di Indonesia yang mengambil program studi Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta di Era Digital: Apakah Teknologi Mengubah Cara Kita Mencintai?

4 Oktober 2024   15:15 Diperbarui: 4 Oktober 2024   15:30 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustration by: https://www.nytimes.com/2018/02/21/learning/how-do-you-think-technology-affects-dating.html

Teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan, tak terkecuali cara kita menjalin hubungan cinta. Dulu, orang bertemu, jatuh cinta, dan menjalani hubungan secara langsung---bertatap muka dan berbicara tanpa perantara layar. Namun sekarang, teknologi, media sosial, dan aplikasi kencan telah membawa dinamika baru dalam dunia percintaan. Mulai dari cara bertemu, berinteraksi, hingga bagaimana kita mengekspresikan perasaan.

Pertanyaannya, apakah cinta di era digital ini sama kuatnya dengan hubungan konvensional? Bagaimana teknologi mempengaruhi ekspektasi dan perilaku kita dalam mencari, menjaga, atau bahkan mengakhiri hubungan?

Era Media Sosial: Romansa yang Terlalu Terbuka?

Media sosial seperti Instagram, Facebook, atau Twitter memberi ruang bagi kita untuk berbagi momen-momen pribadi, termasuk kisah cinta. Di satu sisi, ini bisa memperkuat hubungan dengan menunjukkan komitmen secara publik. Ketika kamu memposting foto bersama pasangan atau menulis pesan manis, ini bisa menjadi cara untuk mengukuhkan posisi pasangan dalam hidupmu.

Namun, ada efek negatif yang perlu diperhatikan. Media sosial sering kali menciptakan ekspektasi yang tidak realistis. Ketika kamu terus-menerus melihat pasangan lain berbagi momen-momen romantis, tanpa sadar kamu mulai membandingkan hubunganmu dengan orang lain. Ini bisa memicu rasa tidak puas, meskipun hubunganmu sebenarnya baik-baik saja. Hal ini dikenal sebagai comparison trap atau perangkap perbandingan, di mana kita merasa hubungan kita tidak cukup baik karena tidak terlihat "sempurna" seperti yang ditampilkan di media sosial.

Selain itu, media sosial sering kali memicu kecemburuan. Sebuah like dari orang asing atau komentar yang tampak biasa bisa memicu rasa tidak aman. Muncullah masalah seperti stalking akun, mengecek aktivitas online pasangan, dan terlalu fokus pada validasi sosial daripada interaksi yang nyata.

Dating Apps: Mudah Bertemu, Tapi Sulit Terhubung?

Dating apps atau aplikasi kencan seperti Tinder, Bumble, dan sejenisnya telah mengubah cara kita bertemu pasangan potensial. Dulu, kamu harus benar-benar keluar, bertemu orang baru, atau diperkenalkan oleh teman. Sekarang, kamu hanya perlu menggeser layar untuk menemukan orang yang mungkin cocok. Aplikasi ini menawarkan kemudahan dan akses ke lebih banyak pilihan daripada sebelumnya.

Tapi di balik kemudahan ini, ada masalah baru yang muncul: paradox of choice. Ketika terlalu banyak pilihan, kita justru cenderung merasa sulit berkomitmen. Ketakutan bahwa ada "orang yang lebih baik" di luar sana membuat kita ragu untuk benar-benar menjalin hubungan serius. Ini menciptakan siklus di mana orang lebih memilih berkencan secara casual daripada berinvestasi secara emosional.

Selain itu, aplikasi kencan juga mengubah cara kita menilai seseorang. Sering kali, kita hanya melihat penampilan fisik dan informasi singkat yang ada di profil. Ini membuat kita cenderung memutuskan secara cepat apakah seseorang layak untuk didekati atau tidak, tanpa memberi kesempatan untuk benar-benar mengenal kepribadian mereka. Akibatnya, hubungan yang terjalin bisa terasa dangkal dan mudah berakhir.

Hubungan di Dunia Maya: Apakah Sama Nyatanya dengan Dunia Nyata?

Pertanyaan utama yang muncul adalah: apakah hubungan yang dimulai dan berkembang secara online bisa sama kuatnya dengan hubungan di dunia nyata? Jawabannya tidak hitam-putih. Banyak pasangan yang berhasil membangun hubungan kuat meski dimulai dari percakapan digital. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa komunikasi tertulis yang intens di awal bisa menciptakan kedekatan emosional yang dalam.

Namun, ada juga tantangan yang unik. Ketika hubungan hanya terjalin melalui pesan teks atau panggilan video, ada aspek-aspek non-verbal yang hilang, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan fisik. Ini bisa menciptakan kesalahpahaman dan rasa kurang terhubung. Juga, hubungan yang terlalu lama terjebak di dunia maya bisa membuat kedua pihak menciptakan ekspektasi yang tidak realistis tentang satu sama lain.

Ekspektasi Hubungan yang Berubah: Cinta Seperti Apa yang Kita Cari?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun