Mohon tunggu...
Randy Firmansyah
Randy Firmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Salah satu mahasiswa di suatu universitas di Indonesia yang mengambil program studi Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Love

The Science of Attraction: Mengapa Kita Hanya Tertarik pada Orang Tertentu?

4 Oktober 2024   11:11 Diperbarui: 4 Oktober 2024   11:35 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa kita bisa sangat tertarik pada orang tertentu, sementara yang lain tidak begitu menarik perhatian kita? Ketertarikan, ternyata bukan hanya soal penampilan fisik semata. Ada berbagai faktor psikologis, biologis, dan bahkan kimiawi yang bekerja di baliknya. Penampilan mungkin menjadi daya tarik awal, tetapi alasan kita tertarik pada seseorang jauh lebih kompleks dari sekadar paras yang menarik.

Dalam ilmu psikologi, ketertarikan bisa dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari kesamaan kepribadian, daya tarik fisik, hingga sinyal tak kasat mata seperti feromon. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang apa yang sebenarnya membuat kita tertarik pada seseorang.

Daya Tarik Fisik: Mengapa Penampilan Begitu Berperan?

Daya tarik fisik seringkali menjadi pemicu awal dalam ketertarikan. Ketika kamu pertama kali melihat seseorang, otakmu dengan cepat memproses berbagai informasi visual---seperti wajah, bentuk tubuh, atau senyum---untuk menilai apakah orang tersebut menarik atau tidak. Ini terjadi secara otomatis dan dalam hitungan detik.

Dari perspektif evolusi, kita cenderung menganggap orang dengan ciri-ciri fisik tertentu sebagai "menarik" karena ini terkait dengan kesehatan dan kesuburan. Misalnya, pria mungkin lebih tertarik pada wanita dengan proporsi pinggang-pinggul yang seimbang, karena ini menandakan kesehatan reproduktif. Sebaliknya, wanita sering kali tertarik pada pria dengan bahu lebar dan rahang yang tegas, yang dihubungkan dengan kekuatan dan stabilitas genetik.

Namun, penampilan fisik saja tidak cukup. Ketertarikan fisik bisa memudar seiring waktu jika tidak ada elemen lain yang mendukung, seperti kepribadian atau nilai yang sejalan.

Kepribadian: Mengapa Sifat dan Sikap Begitu Menentukan?

Setelah penampilan fisik menarik perhatian, kepribadian yang sebenarnya menentukan apakah seseorang tetap menarik atau tidak. Sikap hangat, rasa humor, kecerdasan, atau kebaikan hati bisa meningkatkan ketertarikan seseorang. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa kepribadian bisa mengubah persepsi terhadap penampilan. Orang dengan kepribadian positif seringkali dianggap lebih menarik secara fisik dibandingkan mereka yang berperilaku negatif.

Kesamaan kepribadian juga memainkan peran besar. Kita cenderung lebih tertarik pada orang yang memiliki kesamaan nilai, keyakinan, atau minat. Ini dikenal sebagai similarity-attraction effect. Misalnya, jika kamu adalah orang yang menyukai seni dan menemukan seseorang yang juga berbagi minat yang sama, maka ketertarikan akan lebih mudah terbentuk. Kesamaan ini memberikan rasa nyaman dan koneksi emosional yang lebih kuat, sehingga hubungan cenderung berkembang lebih stabil.

Feromon: Apakah Daya Tarik Bisa Tercium?

Satu aspek yang sering terlewat adalah feromon, yaitu zat kimia yang diproduksi tubuh dan bisa mempengaruhi perilaku orang lain di sekitar. Meski kamu tidak bisa mencium feromon secara sadar, tubuhmu dapat meresponsnya. Inilah mengapa kadang kamu merasa "klik" dengan seseorang tanpa alasan yang jelas.

Feromon berperan dalam sinyal ketertarikan seksual. Beberapa studi menunjukkan bahwa pria dan wanita dapat merespons feromon lawan jenis yang menunjukkan kompatibilitas genetik. Artinya, tubuh kita secara alami tertarik pada orang yang memiliki gen yang berbeda tapi saling melengkapi, untuk meningkatkan kemungkinan menghasilkan keturunan yang sehat.

Faktor Lingkungan: Bagaimana Konteks Mempengaruhi Ketertarikan?

Ketertarikan juga dipengaruhi oleh konteks di mana kamu bertemu seseorang. Prinsip ini dikenal sebagai proximity effect. Seringnya bertemu dengan seseorang bisa meningkatkan ketertarikan, karena keakraban membuat orang terasa lebih dapat diandalkan dan aman. Inilah mengapa orang cenderung jatuh cinta dengan teman sekantor, teman satu komunitas, atau bahkan tetangga.

Lingkungan emosional juga memengaruhi ketertarikan. Misalnya, perasaan bahagia saat kamu bertemu seseorang bisa membuat kamu merasa orang tersebut lebih menarik daripada saat kamu dalam suasana hati yang buruk. Ini disebut emotional contagion, di mana emosi kita mempengaruhi cara kita menilai orang lain.

Status Sosial dan Pengaruh Sosial: Bagaimana Persepsi Orang Lain Mempengaruhi Pilihan Kita?

Status sosial juga memainkan peran penting dalam ketertarikan. Orang dengan status yang lebih tinggi atau dihormati di komunitas tertentu seringkali dianggap lebih menarik. Ini bukan hanya soal kekayaan atau kekuasaan, tetapi lebih tentang bagaimana seseorang dipandang oleh orang lain. Pengaruh sosial juga bisa membentuk persepsi kita. Ketika orang-orang di sekitar kamu memandang seseorang dengan cara positif, kamu cenderung melihatnya dengan cara yang sama.

Ini juga menjelaskan mengapa selebriti atau orang berpengaruh terlihat begitu menarik bagi banyak orang. Mereka tidak hanya dipandang sebagai pribadi yang menarik secara fisik, tetapi juga karena status sosial mereka memberi kesan prestise dan daya tarik.

Mengapa Kita Hanya Tertarik pada Orang Tertentu?

Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi ketertarikan, tidak semua faktor tersebut bekerja dengan intensitas yang sama pada setiap orang. Pengalaman masa lalu, preferensi pribadi, dan konteks sosial semuanya berperan dalam menentukan siapa yang membuat hati kita berdebar-debar.

Ketika kita tertarik pada seseorang, itu bukan hanya tentang apa yang kita lihat atau rasakan secara fisik, tetapi juga tentang bagaimana orang tersebut cocok dengan gambaran ideal kita tentang pasangan. Setiap orang memiliki kombinasi unik dari preferensi ini---itulah mengapa ketertarikan bisa terasa begitu misterius dan kadang sulit dijelaskan.

Kesimpulan

Ketertarikan bukanlah fenomena yang bisa dijelaskan dengan satu alasan saja. Ini adalah kombinasi kompleks antara daya tarik fisik, kepribadian, kesamaan, sinyal kimia, dan bahkan pengaruh lingkungan. Dengan memahami bagaimana berbagai faktor ini bekerja, kita bisa melihat bahwa ketertarikan adalah hasil dari proses psikologis dan biologis yang sangat rumit---dan justru inilah yang membuatnya begitu memikat.

Jadi, jika kamu merasa tertarik pada seseorang tanpa alasan yang jelas, mungkin itu adalah kombinasi dari berbagai faktor yang bekerja di luar kesadaranmu. Pada akhirnya, ketertarikan bukan hanya soal memilih, tetapi juga soal bagaimana otak dan tubuh kita merespons orang lain dengan cara yang unik dan terkadang tak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun